BERBURU

15 2 0
                                    

Temaram.

Kosong dan hampa, lampu-lampu gemerlap rumah bordil dan remang warung-warung pinggir jalan tak mampu memberi warna bagi hitamnya malam. Di balik langit bayangan hitam mengintai seluas cakrawala, bersiap menerkam memangsa jiwanya yang sudah semakin menipis. Bahkan mati saja sudah tak lagi membuatnya takut.

Malam itu suara malam semakin lirih, hanya terdengar suara angin yang berembus menyapa sambil bercerita tentang sebuah kisah tentang rahasia.

"Farres, Eleanor, Valerie!!!" Suara yang sudah mulai Farres kenali itu memangil dari lantai atas. Dengan gerakkan kepalanya, Si Wajah Tato itu mengisyaratkan untuk menyuruh ketiganya naik ke atas.

Tanpa menunda lagi ketiganya segera menuju lantai atas, di kepala mereka tak ada pertanyaan ataupun perasaan heran selain asumsi bahwa mereka hanya akan diberikan tugas seperti biasanya. Sekadar membawakan makanan atau melakukan hal biasa yang sudah wajar mereka lakukan sebagai pekerja di sana.

"Bos menyuruh kalian masuk." Ujarnya singkat sambil membuka pintu ruangan Darman.

Di kursinya Darman duduk tenang menatap ke arah ketiganya yang masuk dengan memasang wajah polos tanpa menampilkan ambisi untuk menghabisinya sedikitpun. Tak ada kata-kata keluar dari mulut Darman saat dia menunjuk kursi untuk menyuruh mereka duduk.

"Aku tidak tau apa yang sebenarnya Beni dan Lukas pikirkan saat memilih kalian. Tapi aku yakin ada alasan kalian dikirim ke sini walau sebenarnya aku membayangkan yang mereka kirim ke sini adalah lelaki-lelaki berbadan kuat dan tangguh dan bukan malah tiga perempuan lemah seperti kalian."

Farres mengangkat alisnya mendengar bagaimana Darman menyebut dirinya dan dua kawannya itu. 'Perempuan? Apa kau buta?!' Farres tak sampai hati mengucapkan ocehan di kepalanya.

"Tapi... mau bagaimana lagi, kalian yang dikirim. Tugas tetaplah tugas." Lanjutnya tak menghiraukan bagaimana Farres menatap tajam ke arahnya.

"Kalian akan ikut Irawanto dan regunya untuk menjalankan tugas. Dan harapanku hanyalah satu. Jangan gagalkan tugas yang aku berikan kalau kalian mau hidup kalian aman!" Tandasnya.

"Besok subuh kalian akan berangkat. Nanti di luar Irawa akan memberi pakaian yang layak untuk tugas besok." Pungkasnya sambil mengibaskan tangan menyuruh mereka keluar.

Mereka enggan bertanya mengenai tugas apa yang Darman maksud, mereka hanya budak bagi Darman dan mau tak mau perintah Darman sudah menjadi kewajiban yang harus mereka jalankan apapun itu.

Seperti perkataan Darman Si Wajah Tato yang baru mereka ketahui bernama Irawan itu menyodorkan mereka pakaian hitam untuk mereka pakai saat menjalankan tugas besok.

"Sebenarnya tugas apa yang akan kita jalankan besok?" Farres yang penasaran memberanikan diri untuk bertanya.

"Besok juga kalian akan tahu." Balasnya singkat.

Kesal rasanya Farres setiap mendapat jawaban tak jelas dari Irawan atas setiap pertanyaan yang di ajukan, sedangkan kedua temannya hanya melirik ke arahnya seolah berkata 'Percuma saja kau bertanya.'

Subuh.

Seperti jadwal, mereka semua sudah berkumpul di ruangan Darman subuh itu. Ada lima orang yang akan pergi menunaikkan tugas termasuk mereka bertiga bersama Irawan dan lelaki yang di bedge-nya bertuliskan 'Kai'.

'Regu? Hanya berisi lima orang seperti ini kau bilang regu?' Kutuk Farres yang mengira akan ada lebih banyak orang yang pergi menjalankan tugas bersama mereka.

"Tugas kalian adalah untuk mencari orang ini." Darman menyodorkan sebuah foto lelaki yang berumur tak lebih dari empat puluh tahun. Wajahnya tampak begitu muda meski uban di rambutnya mulai menutupi kulit kepalanya.

AKARSANA : Lautan TragediTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang