Deep Inside

374 43 4
                                    


Kai terus mengendarai mobil dengan kecepatan melampaui rata-rata, ia membawa So Eun pergi ke salah satu pub ternama di Seoul. Sejak meninggalkan hotel sampai dengan berada di pub mereka tidak bicara. Pada akhirnya, So Eun membawa Kai pada ruang VIP yang tersedia di pub ini karena ia merasa itu yang dibutuhkan.

Ruangan tersebut  berada di lantai tiga dan kedap suara sehingga hingar-bingar di lantai bawah tidak mampu mengusik. Ruangan tersebut dilengkapi meja berbentuk lingkaran dan beberapa sofa. Lalu terdapat LED TV dan speaker beserta perlengkapannya. Mereka duduk di salah satu sofa berdampingan. So Eun sudah memesan mineral water sebelumnya.

Kai masih diam sedangkan So Eun terus saja menatap Kai. "Kai..." panggil So Eun lembut seraya mengusap salah satu pundak Kai, bersamaan dengan datangnya pelayan yang mengantarkan pesanan So Eun.

Kai merasakan usapan So Eun, terasa lembut dan menenangkan. Kai menatap So Eun, ia melihat bayangannya sendiri pada netra itu, saat itulah Kai menyadari bahwa So Eun belum mengenal keluarganya dengan baik.

"Are you ok, honey ?" Tanya So Eun.
Kai masih menatap So Eun dalam diam, lalu tiba-tiba ia memeluk So Eun.

"Sorry, I messing up. Aku hanya ingin mengatakan apa yang ada dalam benakku selama ini ketika bertemu dengannya." Kai menghembuskan napasnya kasar.

So Eun lebih mendekat pada Kai dan membalas pelukkan Kai dari samping. So Eun mengeyampingkan rambut panjangnya ke salah satu sisi pundak dan membiarkan Kai bersandar di pundaknya yang lain.
"It's ok, honey aku tak keberatan" sedikit tersenyum. "Dan kalau memang kau ingin bercerita.. aku siap mendengarkan" hibur So Eun seraya beralih mengusap lembut punggung sang kekasih.

Kai kembali terdiam dan mulai berpikir apakah mungkin dia berani bercerita kepada So Eun. Hanya sekali ia menceritakan keluarganya pada Kim So Eun dan itu hanya umumnya saja, ia tak ingin terlihat rapuh di depan orang lain, tetapi.. So Eun bukan orang lain kan ?

"Ketika aku melihat ayah dan istri barunya, aku teringat eomma, perasaan itu masih sama saat ayah membawa istri barunya ke sekolahku dan berusaha mengenalkanku dengannya. Apakah kau tahu beberapa teman yang mengenal eomma ku melihat itu, rasanya aku sedih dan malu secara bersamaan. Setelah peristiwa itu, peristiwa yang lain pun berdatangan, belum habis rasanya penderitaanku  tapi dengan tiba-tiba kabar jatuhnya perusahaan eomma kembali membuatku terpuruk hingga membuat beberapa teman menjauhiku. Saat itu aku tersadar bahwa Appa sudah mengetahui itu semua dan memang berniat untuk meninggalkan kami."

"Ya Tuhan.." So Eun.

"Beberapa hari setelah kepergian Appa, aku menemukan ibuku dalam kondisi over dosis, dia terlalu banyak mengonsumsi obat tidur dan yang paling aku sesali adalah aku tak pernah tau jika ibu sudah mengonsumsi obat tidur jauh hari sebelum peristiwa itu terjadi." Kai mempererat pelukannya dan menangis di pundak So Eun.
"Aku merasakan sakit di sepanjang arteri tubuhku, aku merasa.. aku merasa dicampakkan dan ditinggalkan So Eun. Tadinya aku ingin membawa eomma bangkit dan menunjukkan pada Appa bahwa kami baik-baik saja meski ditinggalkan olehnya, tetapi..eomma - " Kai tidak bisa melanjutkan ucapannya, Kai terus menangis, menelusupkan lebih dalam wajahnya pada leher So Eun.

So Eun merasakan getaran pada tubuh Kai, So Eun merasa matanya mulai memanas, ia ingin menangis namun ia tersadar bahwa saat ini dia harus menguatkan dirinya, tak mungkin ia ikut menangis ketika kekasihnya sedang dalam keadaan terpuruk. So Eun terus mengusap punggung Kai dan sesekali memberikan kecupan pada bagian wajah Kai yang bisa diraihnya.

Beberapa menit kemudian ketika Kai sudah terlihat tenang, So Eun memberikan air mineral padanya. Setelah kelegaan dirasakan oleh Kai, ia kembali menatap So Eun yang saat ini sedang menatapnya. Dalam benaknya ia memikirkan bagaimana pandangan So Eun saat ini terhadapnya. Ia takut So Eun menjauhinya.

Love the WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang