CR'4

216 21 0
                                    

Ziu keluar dari taxi yang mengantarnya pulang ke rumah. Mood nya langsung turun begitu tau kalau mobil jemputan yang biasanya dia pakai, harus mengantar mamanya ke solo karena urusan pekerjaan. Parahnya ternyata besok
pun mobil itu belum bisa dia pakai, karena mamanya baru pulang besok sore.

Langkah kaki Ziu terseok-seok, dia memasuki gerbang rumahnya dengan langkah pelan. Seakan otot di kakinya sedang mati rasa. Tadi di sekolah Ziu kena hukuman, akibat tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan materi. Terlalu sibuk berdandan, grasak-grusuk jadinya ketahuan. Alhasil... dia dihukum berdiri di lapangan sampai jam pulang sekolah. Bedak yang tadinya melekat indah, meleleh seketika.

"Mbak? bawain minuman dingin ya ke kamar?" Teriak Ziu begitu memasuki rumah. Langkah nya menuju kamarnya yang terletak di lantai atas. Ziu merasa badan nya bau keringat, parfume mahalnya sudah terkontaminasi oleh kuman yang mungkin sudah menumpuk.

ART yang bernama Muna datang dari dapur dengan terburu-buru.

"Kok, mbak Muna yang dateng? mbak Sri kemana?" Tanya Ziu menyatukan ujung alisnya.

"Mbak Sri lagi ikut nyonya non, besok baru balik." Jawab Muna.

"Yaudah, jus melon bawain ke kamar." Perintah Ziu. Mbak Muna mengangguk mengerti. Ziu kembali melangkah menuju kamarnya. Tertatih dia menaiki satu persatu anak tangga, Mbak Muna yang melihatnya merasa was-was. Takut kalau majikan nya itu terpleset lalu terjatuh. Sampailah Ziu di depan kamarnya, tidak sabaran Ziu memutar gagang pintu.

Baru masuk kedalam kamar, Ziu mencium sesuatu yang aneh. Buru-buru Ziu membuka pintu kamarnya lebar-lebar, lalu keluar dari sana dengan perasaan bingung. Ada bau aneh di kamarnya. Harusnya tidak ada bau seperti itu dikamar seorang Ziu. Kamar itu selalu bersih tanpa kuman. Serbet yang dipakai mengelap meja aja selalu ganti setiap harinya. Begitu juga dengan semua peralatan makan, Ziu hanya mau jika tertera namanya dibaliknya.

"Ini non, minuman nya."
Mbak Muna menyadari raut panik dari majikannya.

"Tarok aja mbak. Sekarang, mbak coba chek ke dalam."

"Ngapain non?" Tanya mbak Muna, tapi perlahan mulai memasuki kamar milik Ziu.

"Ada bau aneh. Mbak cari ada apa di dalam."

Dari pintu Ziu melihat Mbak Muna menutup hidungnya. Semakin yakin Ziu jika ada yang tidak beres.

"Aaaaaaccchhh!"
Mbak Muna ngacir keluar dari kamar Ziu. Ziu jadi panik seketika, wajahnya pucat dan bergetar.

"A_ada apa mbak?" Ziu ketakutan.

Dibayangan Ziu di dalam kamarnya ditemukan mayat, dan kondisinya mengenaskan.

"A.. a.. ada mayat kucing di dalam." Jawab mbak Muna juga ketakutan. Ziu bertambah pusing, dari mana bangkai kucing itu berasal. Padahal pintu kamarnya selalu tertutup.

"Mbak bersihin ya?" Rengek Ziu. Mbak Muna menggeleng kuat, sangat ketakutan. Dipaksa pun tetap tidak mau, malah langsung kabur ke bawah. Ziu sudah tidak tau harus bagaimana, tidak ada yang bisa dimintain tolong.

"Haduuh...gimana nih?" Ziu mondar mandir di luar kamar.

"Ah! Rizky! ya, Rizky bisa gue mintain tolong."

Dengan semangat Ziu turun dari tagga menuju keluar rumah, menemui Rizky di rumahnya. Rizky baru saja pulang dari sekolah, sedikit terlambat karena ada perlu sebentar di toko buku. Sama seperti Ziu, hari ini mamanya tidak ada di rumah. Baru kembali besok sore dari Solo. Rizky berjalan santai kedalam rumah.

"Ky!." Rizky membalikkan tubuhnya.

"Tolongin gue Ky? Please?." Pinta Ziu, tanpa Rizky tau sudah menarik tangannya keluar dari rumah.

Cita RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang