SM Entertaiment

276 22 4
                                        

“Takdir yang akan membantuku menemukanmu, karena cerita tidak akan bisa berjalan, tanpa ada si tokoh utama.”

                                                                                                         ***

“Tidak adakah yang bisa kau tulis selain tentang Tuhan?!”

“INI SANGAT MENYEBALKAN! MEMBOSANKAN!”

Bentak seorang pria ber jas hitam rapi sambil membanting kumpulan kertas di atas mejanya.

Kumpulan kertas yang sudah cukup lama kusiapkan untuk buku baruku.

Benar, hari ini aku ada di kantor untuk menemui atasanku seraya memberikan dokumen yang akan kuajukan untuk diterbitkan.

Mungkin aku memang tidak sabaran untuk segera merilis kembali buku, setelah belum lama aku menerbitkan buku beberapa waktu yang lalu, tentang cinta beda agama itu.

Dan sekarang aku berpikir untuk menulis sebuah kisah tentang pencarian sebuah keyakinan sejati, ya, tentu saja tentang Islam. Dan aku rasa, seorang nonmuslim seperti atasanku mungkin tidak berpikiran sama tentang itu.

Mendengar bentakannya, dan caranya membanting tulisan-tulisanku. Aku hanya menghela nafasku sambil menunduk.

“Saya minta maaf,” aku terus menunduk.

“Kau pikir semua pembacamu itu muslim?! Kau pikir semua orang percaya pada Tuhanmu?! Atau kau ingin membuat semua warga Korea ini jadi sepertimu?! Iya?! MAKA JANGAN JADI PENULIS! LEBIH BAIK JADI PENDAKWAH SAJA SANA!!”

Aku sedikit bergetar, rasanya sangat sakit. Aku mati-matian menahan air mataku. Aku tidak ingin menangis, aku harus profesional.

                                ***

“Yeol hari ini kita harus membahas album baru kita, segeralah kesini!”

Kata seseorang di seberang telephone.

“Baiklah Baek aku mengerti, aku akan segera kesana.”

Jawab Chanyeol lalu segera mematikan sambungan.

Hari ini Chanyeol berada di Apartementnya, dan dia terlambat untuk bangun serta tidak sempat membaca chat pada grup obrolan member exo bahwa hari ini mereka ada pertemuan.

Chanyeol segera bangkit dari ranjangnya dan melesat ke kamar mandi.

                                ***

Hari ini beberapa member NCT127 mempunyai jadwal untuk melakukan syuting video terbaru di youtube channel mereka.

Beberapa member NCT itu melakukan syuting di bawah jejeran pohon sakura yang sedang bersemi. Mereka mengambil beberapa foto di sana.

Jaehyun sedikit terpesona pada keindahan bunga sakura yang kian berjatuhan di hadapannya.

“Aku bahkan sudah merindukannya,” gumam Jaehyun.

“Siapa hyung?”

Seseorang menyaut di sampingnya.

“Aish, kau mengagetkanku!”

Bentak Jaehyun.

Dia Haechan.

“Hehe maafkan aku, ngomong-ngomong hyung merindukan siapa? Hyung punya kekasih?!”

“Ya! Pelankan suaramu bodoh!” gertak Jaehyun.

Hyung punya kekasih? Benar?” Haechan berbisik.

“Tidak.”

“Lalu siapa hyungg? Jangan membuatku penasaran eoh!” Haechan mulai kesal.

Jaehyun sedikit tersenyum, ia mulai mendongakkan kepalanya. Memandang bunga sakura yang terbang terbawa angin begitu cantiknya.

“Seseorang, yang mendeskripsikan cantiknya saja aku tidak tau bagaimana caranya.”

  ***

Aku berjalan menyusuri jalanan kota Seoul, ditemani sedikit rasa sesak di dadaku.

Memang benar, tidak semua hal yang kita rencanakan itu akan terencana juga oleh takdir Tuhan.

Aku mengistirahatkan kakiku, berhenti tepat di depan sebuah gedung besar bertuliskan SM Entertaiment. Aku teringat seseorang, seorang teman yang sangat baik. Setelah beberapa hari yang lalu ia mendatangi tempat tinggalku, kita belum bertemu lagi.

Terkadang aku bertanya-tanya. Bagaimana bisa seorang wanita biasa sepertiku yang tidak punya apa-apa ini, bisa berteman dengan seorang artis besar bernama Jung Jaehyun.

Hmm, kurasa Jaehyun adalah seorang artis yang sangat baik dan tidak sombong. Aku sangat bersyukur dan berterimakasih karena Allah mentakdirkanku memiliki teman berharga seperti dia.

Sering terpikir olehku, bagaimana Tuhan bisa menciptakan makhuk sesempurna dia?

Astgfirullahhaladzim … aku ini mikir apa? Huh.”

Tak lama setelah detik-detik mulai berganti. Sebuah mobil melintas didepanku hendak berbelok menuju gedung SM.

Aku terkaget dan segera memundurkan langkahku. Lalu membungkuk meminta maaf karena sedikit menghalangi jalan.

“Saya minta maaf,” sambil membungkuk.

Namun mobil dedepanku ini tidak kunjung melaju dan masuk kearah gerbang.

Aku terdiam.

Tak lama kemudian, aku memutuskan untuk melangkahkan kembali kakiku. Entahlah, tiba-tiba terpikir ingin ke Sungai Han saja, untuk sedikit menenangkan diri.

Sebelum kakiku melangkah cukup jauh, tiba-tiba seseorang memanggilku.

“Hei tunggu!”

Aku membalikkan badanku, menatap seorang tersangka yang menyenandungkan suaranya.

Seorang pria bertubuh jangkung dengan masker yang menutupi hidung dan mulutnya. Sepertinya, dia adalah pria yang mengendarai mobil tadi.

Aku sedikit mengamatinya, lalu menoleh-noleh kearah lain, barangkali bukan aku yang dipanggilnya tadi.

“Maaf, apa saya yang anda panggil?”

Tanyaku memastikan.

“Iya, kau.”

Kata pria berpakaian serba hitam itu sambil mendekat kearahku.

Aku sedikit melangkah kebelakang, “K-kau siapa?”

“Senang bisa melihatmu lagi.”


TBC
Next or no?

Me and SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang