Dari dalam mobil yang baru saja berhenti di basecamp, aku melihat gadis bertubuh mungil sedang menyandang keril berwarna merah jambu. wajahnya putih bersih dengan rambut yang diikat satu dan membiarkan poni menutupi keningnya. Kemeja flannel merah yang dipakainya sedikit kebesaran dengan tubuhnya dan celana kargo yang menandakan gadis itu seorang pencinta alam sejati.
Firman menyapanya dengan cukup akrab. Firman dan gadis itu terlihat sudah lama saling mengenal. Mereka bercanda dan tertawa. Ada rasa sedikit penasaran. Siapa gadis yang sedang dengan Firman? Yang pasti itu bukan pacarnya ataupun gebetannya. Mereka berdua seperti seorang teman lama. Aku harap begitu.
Kak Sarah memanggilku keluar dari dalam mobil dan segera berkumpul di depan sebuah bangunan, yang aku ketahui sebagai tempat pos pendataan. Mataku masih melirik pada gadis itu, ia datang dengan Firman dan beberapa orang di belakangnya.
"Ini yang mau ikut naik sama kita" Ucap Firman. Aku mengangguk.
"Gapapa, biar ramai dan santai. ada teman kami juga baru pertama kali mendaki." Ucap Kak Sarah sambil menepuk bahuku. yang dia maksud itu aku, sebagai pendaki pemula.Kami berkenalan dengan gadis itu dan beberapa pemuda yang bersamanya. Kami sudah mulai sedikit akrab. Aku yang sedikit-sedikit bisa membuat suasana jadi ceria dan Firman yang sangat mudah akrab dengan orang baru. Gadis itu pun terlihat cepat akrab dengan kami. Apalagi dengan Kak Sarah, karena di rombonganku hanya Kak Sarah saja yang wanita.
Rombonganku yang berangkat dari Jakarta kak Sarah, Firman dan Andre kini juga di tambah dengan rombongan teman-temannya Firman dari Jogja. Dimas, Rama, dan gadis yang mencuri perhatianku. Jani.Sebelum kami berjalan menyusuri hutan, kami yang sekarang beranggotakan 7 orang memulai doa dan foto di beberapa spot bagus di basecamp. Terutama gapura selamat datang.
Firman memberi beberapa instruksi, karena di antara kami semua, dialah yang paling sering mendaki, sudah entah berapa kali, tapi yang aku tahu dia sudah melakukan kegiatan ini sejak SMA.
Kami berjalan beriringan, aku di paling belakang dengan Andre karena baru beberapa menit berjalan sudah langsung minta istirahat. "Nug, lemah amat deh lu." Keluh Andre yang sudah beberapa kali aku minta istirahat. "Puncak jauh lagi ya, Ndre?" Ucapku dengan napas terengah-engah. Uh sial, tau begini aku tak ikut. Tapi aku menyesali ucapanku, Ada Jani yang membuatku bersemangat. Melihat gadis mungil yang mendaki dengan cepat itu membuatku takjub. Makan apa anak itu sampai bisa jalan secepat itu?
Setelah berhasil sampai di pos pertama dengan paksaan Andre, aku akhirnya berhenti dan istirahat lalu meneguk air. "Minumnya jangan banyak-banyak, Mas." Ucapan Jani membuatku sedikit malu. Gadis itu sudah hendak jalan ketika aku sedang meneguk airku. Betapa kuatnya gadis mungil ini, menyandang keril yang hampir sama besarnya dengan kerilku. "Tak ada lagi suaranya dia itu." Ucap Firman yang beberapa detik kemudian berjalan dengan Jani. Aku langsung teringat dengan kata-kata Firman saat masih di kereta. "Awas aja elu diam aja pas naik gunung nanti." Keluhnya karena aku yang paling berisik di kereta. Ah, sial kau Firman. Nanti sampai puncak aku mau jerit kuat-kuat sampai telingamu itu tuli.
"Nug, ayo. masih pos satu, jangan kelamaan istirahatnya."
"Siap, Bos." Kami mulai berjalan lagi. Aku dan Andre masih barisan paling belakang, karena jalanku yang lama dan beberapa kali minta istirahat. Sedangkan yang lain sudah jauh di depan. Mungkin Jani dan Firman sudah di puncak."Di hadapan gunung, manusia lemah. Jadi, aku ini apa di hadapan sang Pencipta?"
Begitu aku selesai menulis kalimat itu. Andre kembali mengajakku berjalan lagi. Betapa banyak orang yang mendaki gunung, kami saling mendahului dan berpapasan. Ada mereka yang masih belia, ada yang remaja, ada juga yang sudah tua. Ternyata gunung di nikmati berbagai lapisan generasi. Sedikit semangat yang membuat langkahku kini lebih cepat. Aku tak mau kalah dengan gadis mungil yang kuat itu. Jani. Aku akan menyusulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT-SURAT PETUALANG
Teen FictionAku adalah rahasia sebaik-baiknya cinta Bersembunyi ketakutan di relung dada Namun, paling lantang keluar menjadi kata-kata Menyuratkan puisi untuk di nikmati sendirian saja -Anugrah Aku ingin pergi Namun ragu membuatku menunggu Kau datang, namun pe...