04

5.5K 372 19
                                        

"Eomma, aku ingin pindah sekolah." Pinta Minho untuk sekian kalinya bergelayut ke tangan sang Ibu. Sambil memasang mata berkaca kaca.

Hatinya masih sakit akibat perkataan Jeongin kemarin, yang selalu menghantuinya. Bahkan Minho tidak bisa tidur, terlihat kantong mata menghiasi kelopak bawah mata. Bahkan Minho bisa saja menyaingi mata panda panda di kebun binatang sana.

"Minho sayang, Eomma akan kabuli permintaan kamu kali ini. Tapi janji dulu, jangan sakiti dirimu lagi." Nayeon menyibak poni panjang Minho yang menutupi dahinya, banyak memar membiru di sana. Terlihat satu memar baru di sudut kiri paling atas.

"Jangan sakiti dirimu lagi."

Minho mengangguk.

Susu panas yang Ibunya sediakan sudah di teguk setengah, ia melihat pantulan bayangannya di sana.

Mereka hanya ingin mendapatkan hadiah dari Chan Sunbae. Bukan hatimu Minho.

Sakit.

Rasanya Minho ingin membenturkan kembali kepalanya ke dinding kamar mandi agar semua ingatannya menghilang. Ia benci fakta kemampuan terbaik dari golongan darah O adalah mengingat sesuatu.
_

"Minho sudah dua hari tidak masuk, sejak dia pergi bersama Jeongin." Jisung menatap lurus ke arah bawah sana. Tangannya berkait ke jaring besi yang terpasang di pembatas atap. Sedangkan Hyunjin bersandar santai di perbatasan itu.

"Aku melihat tante Nayeon memasuki ruang kepala sekolah. Dan, kau tau apa yang berita terburuknya ?"

Dahi Hyunjin mengernyit. Siapa itu Tante Nayeon ?

"Tante Nayeon mau membawa Minho pindah sekolah." Lanjut Jisung dengan suara pelan.

Seketika Hyunjin tersedak dan terbatuk batuk.

"Kau serius ?" Tanya Hyunjin tak percaya. Mulutnya sedikit terbuka. Matanya membulat.

"Aku tidak pandai berbohong sepertimu Hwang-ssi." Balas Jisung dengan nada setengah menyindir.

"Kau akan menahan Minho pergi ?" Tanya Hyunjin menoleh. Menatap side profil Jisung.

"Kau tau. Kau akan kalah jika kau jatuh cinta. Kau akan kehilangan kesempatan emas,"

Jisung mendengus tak perduli. Ia merasa hatinya sakit saat tahu kabar Minho akan pindah sekolah. Meski Jisung tidak tahu Minho akan pindah sekolah ke mana.

"Bagaimana jika Dia benar benar pindah sekolah mengikuti keluarga neneknya di jepang ?"

"Kau pikir aku perduli ? Felix lebih baik daripada dia."

Jisung menegakan badannya. Ia membuang kaleng soda yang telah kosong. "Dengar. Aku tidak perduli dengan taruhan itu. Kau ambil saja hadiahnya, aku tidak akan membiarkan Minho pindah." Putus Jisung membulatkan niatnya.

"Good luck."

"Yeah, daripada berdiam diri menjadi seorang pengecut." Entah kenapa perkataan Jisung terdengar seperti menyindir Hyunjin. Tapi sejujurnya ia tak bermaksud menyindir Hyunjin, tapi dirinya sendiri.

Blam!

Pintu atap di banting Jisung, menyisakan Hyunjin sendiri yang masih bimbang akan perasaannya.
_

Jam 7 malam, Jisung sudah berdiri di depan pintu bercat biru laut. Namja itu mengenakan jaket abu abu, dan satu kotak pizza di tangannya.

Mendadak dia gugup sekali sekedar memencet pintu bell rumah Minho.

Teng tong

Tak ada jawaban.

Teng tong

Masih juga. Jisung tak akan menyerah. Jarinya memencet kembali bel pintu itu.

Chamomile [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang