ch. 1 - a divorce

198 23 9
                                    

It must really be ending.



Jung Soojung kembali menyapukan bedak berwarna natural itu ke wajahnya yang nampak pucat -akibat terlalu sering begadang akhir-akhir ini. Untuk beberapa saat dia berfikir untuk menggunakan lipstick berwarna nude, namun saat melihat ke arah cermin wanita itu tersenyum masam. Nude adalah warna kesukaan Myungsoo dan hati Soojung terasa kembali teriris jika mengingat pria itu -suaminya. Maka lipstick berwarna softpink menjadi pilihannya meskipun Soojung agak risih dengan warnanya.

Wanita dengan dress selutut berwarna peach yang dibalut dengan blazer coklat itu kini sedang berada dalam perjalanannya dari Seong Bok-dong menuju Seoul. Selama satu minggu Soojung meninggalkan apartemennya bersama Myungsoo di Seoul untuk menenangkan diri -selepas bertengkar hebat dengan pria itu.

Di sampingnya -Jung Yunho sang kakak yang sedang mengemudi nampak khawatir melihat adik bungsunya yang terus diam selama perjalanan mereka.

"Gwaenchana?"

Soojung menggubris pertanyaan Yunho hanya dengan sebuah gelengan kepala yang singkat tanpa menoleh ke arah kakaknya itu.

Jelas aku tidak sedang dalam keadaan baik.

-

Pria itu sudah hampir setengah jam berdiri di depan sebuah cermin -mematut dirinya dalam balutan kemeja putih yang tertutup jas hitam. Tak terlukis senyuman di sana, begitu masam. Kedua matanya yang tajam tak lepas dari pentulan dirinya yang hanya sanggup berdiam diri seperti itu, seolah melupakan sejenak apa yang akan dilakukannya hari ini. Sesekali dia menarik nafas dalam. Rasanya begitu tercekat di pangkal tenggorokan ketika dia ingin bernafas dengan lega.

"Buruk sekali penampilanmu, Kim Myungsoo." Ujarnya.

Tangan kanannya menarik kembali dasi berwarna hitam dari kerah kemejanya -melepasnya, dan tak menggunakannya lagi. Dasi itu dilempar ke atas kasur dan dibiarkan.

"Myungsoo-ya, kau sudah siap?"

Seseorang berdiri di ambang pintu -Kim Jonghyun, kakaknya. Pria itu menatap nanar pada Myungsoo yang menjawab pertanyaannya dengan sebuah gelengan kepala. Bagaimana Myungsoo siap untuk menghadapi hari ini -hari perceraiannya? Jonghyun menghampiri adiknya kemudian menepuk pundak Myungsoo.

"Tidak ada yang siap untuk menghadapi perceraian, Myungsoo-ya. Keputusanmu dan Soojung untuk mengakhiri pernikahan kalian adalah keputusan yang akan membuat kalian menderita. Percayalah -aku yakin Soojung pun tidak siap untuk menghadapi hari ini."

Myungsoo ingin mengiyakan apa yang dikatakan oleh Jonghyun. Bahkan batin Myungsoo saat ini pun tengah menderita. Ingin sekali pria itu mengukuti keputusannya yang menyetujui perceraian yang diajukan oleh Soojung. Seandainya saja saat itu keegoisan Myungsoo bisa diredam barang sebentar, seandainya dia mau sedikit mengalah pada Soojung, seandainya -iya, seandainya. Mungkin saat ini mereka masih tinggal di apartemen yang sama, menikmati hari minggu berdua sambil duduk di balkon ditemani secangkir teh dan biskuit -adalah kegiatan yang disukai Soojung.

"Setidaknya -aku membuatnya bahagia dengan menyetujui apa yang diinginkannya, Hyung."

-

Palu sudah diketuk sebanyak tiga kali oleh sang hakim. Ruangan sidang itu pun sudah mulai sepi. Tapi sesuatu menahan Soojung untuk tetap di sana, kepalanya tertunduk -wanita itu menangis dalam diam. Yunho -sang kakak memberikan pesan padanya sebelum pria itu keluar. "Bicara lah dengan Myungsoo barang sebentar, mungkin akan membantu menenangkan perasaanmu."

Soojung semakin terisak mengingat pesan kakaknya, bagaimana bisa dia berbicara dengan Myungsoo? Jangan kan berbicara -untuk menatap mata pria yang sudah menjadi mantan suaminya itu pun dia masih takut. Iya -Soojung merasa takut jika dia akan menyesal atas keputusan yang sudah dibuatnya atau dia takut berdekatan dengan Myungsoo.

Marriage Proposal ㅡ ᵐʸᵘⁿᵍˢᵗᵃˡTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang