Prologue

244 26 2
                                    



Aku mencintaimu, sungguh.

Tidak kah pernah kau tahu perasaanku melebihi perasaanmu?

Aku berjalan menggenggam tanganmu yang pada awalnya terasa hangat, seolah meyakinkanku jika kau akan terus bersamaku. Seiring berjalannya waktu, seiring dengan pergantian musim dan tahun.

Genggaman tanganmu tak lagi sama, tak lagi hangat.

Ku putuskan untuk berhenti sejenak, memerhatikan punggungmu yang terus menjauh. Dalam benakku timbul sebuah tanya, akan kah kau merasakan ketiadaan ku yang tak lagi menggenggam tanganmu?

Kau pun berhenti di sebuah persimpangan jalan dan menoleh. Saat itu adalah detik di mana aku meyakinkan hatiku ketika melihat tatap matamu. Keyakinanku berubah, ku putuskan untuk berhenti berjalan bersamamu. Begitu lah yang aku rasakan dari tatap matamu.

Ini kah sebuah akhir ceritaku denganmu?







Prologue







Hujan di awal bulan November.

Rintik air dari langit kota Seoul kala itu berjatuhan dengan ringan -gerimis, kian menguat membasahi permukaan bumi. Tetesannya perlahan membasahi ujung sepatu Soojung yang berteduh di sebuah halte dekat sekolah. Gadis itu hanya menatap gelisah pada sepatunya.

Ini sudah satu jam, keluhnya. Pasalnya kakak laki-lakinya itu tak kunjung datang untuk menjemputnya.

-

Kim Myungsoo berlari menghindari hujan yang sudah membuat separuh badannya basah. Sialnya hari itu dia tak membawa payung, padahal dia adalah pria yang selalu memperhatikan cuaca. Beruntung lah dia karena ada halte bus di dekat sekolah, sehingga dia bisa berteduh di sana, setidaknya dia akan menunggu hujan reda di tempat itu.

-

Soojung memerhatikan seorang laki-laki yang sedang menggerutu sendiri, berulang kali laki-laki itu mengumpat pada hujan yang telah membuat bajunya basah. Gadis itu menghampiri laki-laki tersebut dan menyodorkan saputangan miliknya.

"Tak ada gunanya kau mengumpat pada hujan, baju mu akan tetap basah." Soojung kembali ke tempatnya, saat itu bertepatan dengan sebuah sedan hitam berhenti di depan halte.

Seorang pria dengan balutan kaos putih dengan cardigan berwarna biru gelap keluar dari dalam mobil sambil membawa payung.

"Kau sudah menunggu lama?"

Soojung mengerucutkan bibirnya, "Em. Satu jam."

-

"Tak ada gunanya kau mengumpat pada hujan, baju mu akan tetap basah."

Myungsoo memerhatikan uluran tangan yang sedang menggenggam saputangan itu. Tanpa sadar tangannya mengambil saputangan itu dan berterimakasih -tanpa melihat wajah si empunya.

Laki-laki itu baru menengadah ketika gadis yang memberikan saputangan padanya itu sudah masuk ke dalam mobil yang menjemputnya.

Kim Myungsoo mengerjap beberapa kali, sekejap dia dapat melihat wajah si gadis dan menyimpan potret gadis itu di dalam kepalanya.

-

Setidaknya seperti itu lah pertemuan pertamakali Kim Myungsoo dan Jung Soojung. Di bawah halte bis -saat hujan. Sejak saat itu Myungsoo mencari Soojung, yang diingatnya hanya lah baju seragam yang dikenakan oleh gadis itu. Mereka satu sekolah. Entah apa yang membuat Myungsoo mencari Soojung -selain untuk mengembalikan saputangan milik gadis itu.

Jung Soojung berada satu tingkat dibawah Myungsoo.

Pertemuan mereka tak disengaja, ketika Myungsoo sedang -kebetulan mau -berada di perpustakaan sekolah.

Myungsoo merasa beruntung bisa bertemu lagi dengan Soojung.

Keduanya mulai dekat. Kepribadian Soojung yang ceria dan penuh semangat itu membuat seorang Kim Myungsoo terpikat. Dengan berani Myungsoo menyatakan perasaannya ketika kelulusan sekolah, saat itu Soojung datang untuk memberikan ucapan selamat pada Myungsoo.

-

Siapa sangka kedua insan itu menikah di usia mereka yang terbilang sangat muda. Ketika Myungsoo sudah menjadi seorang arsitek yang mapan dan Soojung menjadi desainer di salah satu rumah mode ternama, keduanya memutuskan untuk menikah. Sebuah unit apartemen mewah di daerah Gangnam pun telah mereka miliki. Satu tahun usia pernikahan mereka pada awalnya diwarnai dengan kebahagiaan, bahkan mereka menunda memiliki anak hanya untuk bisa hidup berdua.

Tapi semuanya berubah ketika Soojung mengajukan perceraian pada puncak pertengkaran hebat mereka dan Myungsoo mengabulkan keinginan Soojung tersebut.

-

Pada awalnya aku merasa yakin, namun entah kenapa keyakinanku luntur ketika menjalani hidup bersamamu, menikah? Bukan lah perkara mudah ketika kita memutuskan untuk saling mengikat. Dan pada akhirnya kita berada di sini, di pengadilan, di depan seorang hakim -untuk bercerai. -Jung Soojung

Tidak seharusnya bersikap kekanakan ketika kita memutuskan untuk saling berpisah. Seolah keyakinan akan ikatan yang kita buat sebelumnya seakan habis terkikis oleh waktu. Aku mengerti bahwa keputusanmu adalah hal yang terbaik bagimu. Tapi apakah kau tak pernah memikirkan perasaanku? -Kim Myungsoo







Do you remember.....













End of Intro.
See ya in the 1st section 🤗

Marriage Proposal ㅡ ᵐʸᵘⁿᵍˢᵗᵃˡTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang