prolog

154 11 4
                                    

___LikeADrug___


Hari cerah di kota orang, membuat hati selalu berdesir. Ia selalu rindu dengan kotanya, kota kelahirannya membuat ia selalu ingin cepat lulus dan pulang.

Tapi baginya itu tidak mungkin ia lakukan sekarang, banyak yang harus ia lakukan di sini, ada tugas kuliah yang sedang mengantri untuk dikerjakan dan ada pula pekerjaan yang harus ia jalankan membuatnya tidak bisa berkutik banyak untuk itu.

Namun, esok adalah hari sabtu dan lusa minggu jadi ia libur dan berniat untuk pulang hari ini dan balik lagi hari minggu sore.

Huft, tapi ia harus bicara kepada dua orang temannya yang ikut bekerjasama dalam bisnis yang selama ini dijalani olehnya.

Gadis manis berpipi chubby itu melangkahkan kakinya menuju ke kost temannya sekaligus sahabatnya yang ikut bekerjasama dengan dirinya, dengan perasaan kesal karena sekarang ia sedang berada di kost sahabatnya yang satu lagi tapi sang empunya tidak berada di kost.

Meskipun jarak kostnya dan sahabatnya itu tidak terlalu jauh maka dari itu bisa ia tempuh dengan jalan kaki untuk menghemat pengeluaran.

Setelah sampai di depan kamar kost sahabatnya, ia langsung berteriak dan menggedor pintu sedikit keras.

"Rara!" Teriaknya, tidak terlalu kencang tapi mampu merusak gendang telinga.

"Masuk!" Teriak dari dalam tak kalah kencang, namun masih bisa teredam karena pintu masih tertutup.

Kemudian Kara masuk tanpa aba-aba, gadis berpipi chubby itu seketika terdiam cengo melihat sahabatnya yang dipanggilnya Rara sedang menghadap ke laptop dan seorang cowok sedang mencoret-coret kertas seolah sedang membuat desain.

"Lah kok lo ada di sini sii?" Tanya Kara bingung sambil menunjuk ke arah cowok yang kini menatapnya dengan tatapan datar dan menyebalkan.

"Kenapa emang?" Tanya sang cowok datar, menyebalkan bukan?

"Ifan kampret! Gue nyariin lo dari tadi di kost lo gak ada kambing!" Kesal Kara kepada sang cowok yang bernama Ifan itu, kemudian Kara menghampiri Ifan dan melemparnya dengan bantal yang ada di sofa kecil tak jauh darinya.

Seketika Ifan langsung menangkap bantal yang dilempar Kara sambil cengengesan merasa bersalah.

"Ya maaf, mana gue tau kalo lo nyariin gue." Kata Ifan membela dirinya tak ingin kena marah dari seorang Kara.

"Ihh! Kok lo bego si? Kemaren kan lo nyuruh gue buat ke kost lo katanya mau ke sini bareng!" Kesal Kara karena Ifan dengan menyebalkannya lupa dengan janjinya.

Sedangkan Ifan yang mendengarnya langsung cengo dengan apa yang dikatakan Kara.

"Hah? Astagfirullah gue lupa, Kar! Sorry, sumpah gue lupa. Lo si gak bilang lagi mau ke kost. Hehe... maaf." Kata Ifan terkejut sambil cengengesan dan mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V yang berarti meminta ampun karena merasa bersalah dengan Kara.

Kara yang kesal setengah mati langsung menabok Ifan dengan kekuatannya sampai Ifan berteriak kesakitan karena ulah Kara.

"Ampun, Kar! Sumpah gue lupa, maafin gue! Sakit ini woyy, aduh, Kar, udah napa kan udah minta maaf." Ampun Ifan, karena Kara yang memukulnya berkali-kali.

Setelah cukup puas menyiksa Ifan, Kara langsung menghentikan aksi memukulnya terhadap Ifan. Sedangkan Rara sedang fokus dengan laptopnya, hanya bisa tertawa dan geleng-geleng kepala melihat Kara menyiksa Ifan.

"Ihh.. gila lo, Kar! Remuk sumpah badan gue lo pukulin terus." Protes Ifan dengan wajah kesalnya, sedangkan Kara duduk di samping Ifan bersebrangan dengan Rara dengan wajah datar kelewat kesal dengan Ifan dan tidak memperdulikan ocehan Ifan.

"Ya lagian lo udah janji dilupain haha... Kan kasian tuh sahabat gue jadi item gara-gara nunggu lo. Mampus kan!" Gelak tawa Rara menanggapi ocehan Ifan membuat Ifan bertambah kesal.

"Bukannya bantuin malah ngetawain dasar kadal!" Kesal Ifan kepada Rara membuat Rara melotot kearah Ifan.

"Dasar anak dugong!" Ejek Rara tak mau kalah kepada Ifan, Kara yang mendengar perdebatan mereka berdua memutar bola matanya malas.

"Dasar kampret!" Balas Ifan lagi membuat Rara akhirnya melempar bantal yang berada di pinggir tempat tidur yang berada di belakangnya.

Baru saja Rara mau membalas perkataan Ifan, tapi terpotong karena Kara berbicara duluan.

"Udah diem kalian berdua! Gue mau ngomong nih!" Kesal Kara karena niatnya itu mau ngomong sama sahabatnya eh malah ujungnya berdebat tidak jelas.

"Ngomong apa?" Tanya Rara penasaran sedangkan Ifan hanya menatapnya menyelidik.

"Hari ini gue mau pulang dan minggu gue baru balik, jadi gue gak bisa ke cafe buat bantuin kalian gimana? Boleh gak?" Kata Kara penuh harap kepada sahabatnya itu.

"Lah? Ngapain ijin si? Kayak pembantu ijin sama majikannya aja kampret! Gue kira mau ngomong apaan astagfirullah udah dag dig dug serr hati gue!" Heboh Rara, ia kira Kara mau ngomong apaan ehh taunya malah mau balik ke rumah.

"Tau nih, kayak gak biasanya dateng terus ngilang kayak jelangkung di cafe masih aja ijin." Celetuk Ifan membuat Kara mendelik ke arahnya karena tidak terima dikatain jelangkung.

"Enak aja lo kalo ngomong! Ngatain gue jelangkung lagi, dasar setan!" Kesal Kara mencubit Ifan yang ada di sebelahnya membuat Ifan meringis.

"Aelah galak amat dah kalo sama gue!" Protes Ifan kepada Kara, karena ia selama ini tidak pernah akur pasti selalu bertengkar dengan Kara.

"Makanya gausah ngeselin dugong!" Kata Kara sambil merebut coret-coretan milik Ifan tadi membuat Ifan pengen melempar anak itu dengan sandal swallo kuning miliknya.

"Ra lo lagi ngapain sii?" Tanya Kara yang melihat Rara sibuk dengan laptop di pangkuannya meskipun sesekali ikut nimbrung perdebatannya dengan Ifan.

"Ini gue lagi nyari menu baru buat cafe soalnya gue rasa menunya perlu gue tambah deh, tapi gue bingung mau makanan atau minuman yang gue tambahin dulu." Curhat Rara karena pusing melihat sederet menu yang sepertinya lezat semua namun ia bingung mau menambahkan yang mana dulu di daftar menunya.

"Lah ngapa gak bilang? Ihh kok ngeselin semua sii?! Ini lagi si Ifan pakek bikin desain ice cream mirip kayak batu kerikil dimasukin cup, bentuknya gak jelas kayak orangnya!" Celetuk Kara karena kesal melihat hasil gambar Ifan yang jelek.

"Ya lo sibuk debat mulu sama Ifan, mending gue fokus aja nyari sambil liat kalian debat lumayan jadi ada hiburan tersendiri." Jelas Rara masih fokus pada laptopnya.

"Ahh lo mah ngeselin kayak badak di sebelah gue nih!" Kesal Kara, sedangkan Ifan yang tersindir karena yang berada di sebelah Kara hanya dirinya langsung melotot kepada Kara yang dibalas dengan menjulurkan lidahnya meledek.

"Bodo, Kar. Gak peduli gue, serah deh mau ngatain gue apa! Bodoamat!" Kata Ifan sambil memainkan ponselnya.

"Dih ngambek najis!" Seru Rara ketika mendengar kata-kata Ifan.

"Sini gue bantuin, Ra! Lama kalo lo yang nyari menu baru buat cafe!" Kata Kara mengambil laptop dari pangkuan Rara dengan paksa.

"Kara!! Katanya mau balik malah ngambil laptop gue." Rara yang kaget langsung bicara seperti itu.

"Bentar lagi, gak lama kalo ini mah tenang aja." Kata Kara fokus pada laptop Rara yang tadi ia ambil secara paksa.



___LikeADrug___



Holla pembaca tercinta💙

Gimana sama prolognya? Kalian suka atau gak?
Kalo kalian suka tinggalkan jejak yaaa supaya aku bisa lanjut ke part 1😍
Karena dukungan kalian itu snagat berharga buat penulis. Oke💙

Like A Drug [Riddle]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang