Aku yang akan paling ragu mengecap "iya" pada bait-bait tajam yang kau hujam pada tubuh yang lemah akan kebangkitan.
"Iya"-ku takkan pernah sepenuhnya "iya".
Raguku memaksa "tidak" agar keluar dari kebebasan yang katanya menggiringku pada kebahagiaan.
Tapi "tidak" hanya mengantarku pada kefanaan.
Pada rasa penyesalan yang bertamu suatu kala, pada kala yang menjauh dari rencana.
Pada akhirnya kala menghujani masa yang tak berguna dan tak sudi melukiskan warna pada kanvas kehidupan dengan tintanya.
Hanya tatapan yang berubah, ke utara lantas berpindah ke selatan.
Bersama pikiran-pikiran yang merangkak menuju ketidakmungkinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merebahkan lelah
PoesíaRasa menjelma kata-kata. Sepi tumbuh meramaikan dunia pikiran.