First Time

7.6K 733 85
                                    

Malam itu Mark dan Haechan sama-sama mendeklarasikan perasaan satu sama lainnya. Kini hanya rona-rona penuh cinta menguar dari diri mereka.

Kedua tangan itu sudah saling menggenggam sejak beberapa jam yang lalu. Seakan tidak berminat melepasnya meski sekejap. Seolah jika pemutusan itu akan melarikan kebahagiaan yang baru berkecambah.

Mereka sudah melewati makan malam yang mungkin menjadi makan malam terenak sepanjang kehidupan mereka. Padahal menunya biasa saja, 1 gulung kimbab, dua potong cake, segelas kopi untuk Mark dan  coklat hangat untuk Haechan. Salahkan Haechan atas menu instan yang hanya mereka dapatkan di minimarket terdekat pantai.

Waktu sudah menunjukkan jam 21.45 saat mereka kembali ke kamar hotel. Bagaimanapun mereka tetaplah anak di bawah umur yang tidak boleh berkeliaran lewat jam 10 malam.

"Haechan-ah, mandilah terlebih dahulu. Aku harus menghubungi Paman Song untuk menjemput kita besok."

"Oke, laksanakan!" Seru Haechan yang membuat Mark terkekeh. Bocah yang lebih muda itu berkali lipat lebih menggemaskan setelah kejadian sore tadi.

Haechan mandi dengan riang. Awalnya dia berniat untuk langsung tidur, tapi tiba-tiba Mark menyuruhnya mandi.

"Jika aku menolak kan malu, nanti aku dibilang bau. Hehehe." Air dari shower mengalir diseluruh tubuh Haechan.

"Bagaimana kalau aku memakai sampo dan sabun Mark?" Haechan melirik peralatan mandi Mark yang tertata di dekat cermin.

"Tapi kalo Mark mencium bau ku sama dengannya apa komentarnya? Apa dia akan berpikir aneh-aneh tentang ku?" Lagi-lagi Haechan bermonolog.

Tok tok tok

"Haechan, kau sudah selesai?"

Haechan terlonjak. Dengan terbata membalas Mark.

"Be-bbelum, sebentar lagi." Teriaknya. Setelah itu Haechan meraih sampo dan sabun miliknya sendiri. Membilas tubuhnya buru-buru, tidak ingin Mark terlalu lama menunggu.

Lima menit kemudian Haechan keluar dari kamar mandi. Rambutnya basah.

"Ku kira akan mendapatkan pemandangan baru." Goda Mark begitu melihat Haechan telah berpakaian lengkap. Piayama bergaris dengan kancing tersusun di depan.

"Apa yang kau harapkan, huh?" Pura-pura ketus. Padahal dalam hati Haechan berteriak histeris. Malu.

"Atasan tanpa baju, handuk yang melingkar di pinggang, dan air menetes dari ujung rambut?" Mark mendekati Haechan yang  terdiam kaku mendengar jawabannya.

"Sana mandi." Bukannya menjawab, Haechan justru mendorong Mark agar menjauh darinya. Tapi Mark bisa melihat rona merah muda di pipi Haechan meski tertutup kulit tan-nya.

Mark tertawa melihat tingkah Haechan. Anak itu setelah mendorongnya segera berbalik memunggunginya.

"Haechan-ah."

Cup

Sebuah kecupan mendarat di pipi kanan Haechan begitu ia membalikkan badan menghadap ke Mark. Sementara yang muda berdiri kaget, yang lebih tua sudah berlari ke kamar mandi.

"MARK!!!"

Teriak Haechan kesal yang dibalas suara tawa dari arah kamar mandi.

- My Partner -

Mark bersandar pada kepala ranjang, memeluk lelaki yang lebih muda darinya. Tangan kirinya mengelus rambut Haechan yang lembut.

"Aku menyukai aroma mu." Sebuah kecupan disematkan Mark di puncak kepala Haechan.

My PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang