Winner

7K 793 56
                                    

.

.

.

Tiga hari berlalu semenjak kedatangan mereka ke Jeju. Malam nanti adalah puncak acara sekaligus penutupan. Pemenang juga akan diumumkan tepat setelah makan malam dilakukan.

Mark dan Haechan sudah mengikuti perlombaan dengan sangat baik. Keduanya sangat yakin jika mereka akan membawa predikat juara setidaknya dua katagori. Tapi siapa yang tahu, mungkin keberuntungan berpihak pada mereka ataupun sebaliknya.

Hari masih pukul 18.30 ketika Haechan terbangun dari tidur sorenya, tidur yang tidak terencana. Salahkan Mark yang terus mengajaknya beraktivitas di luar sehingga Haechan kelelahan dan jatuh tertidur.

Haechan menggeliat, selimut yang menutupi tubuhnya menjuntai di pinggir ranjang.

"Hum, kenapa aku bisa di sini?"

Haechan sangat ingat jika tadi dia tertidur di sofa, bukan diatas tempat tidur. Lalu bagaimana ia bisa sampai di sana bahkan lengkap dengan selimut?

"Oh, sudah bangun rupanya." Mark datang dari arah kamar mandi. Ia terlihat segar. Sepertinya baru selesai mandi. Tetesan air masih berjatuhan dari ujung rambutnya. Sebelah tangannya menyapukan handuk kecil ke kepalanya, terlihat sangat keren di mata Haechan.

Pandangan Haechan turun ke badan Mark, sekilas lekukan-lekukan otot tercetak dari kaos putih yang Mark kenakan. Ugh, Pesona Mark bertambah dua kali lipat.

"Hei, kenapa melamun, Chan?"

Haechan tersedak liurnya sendiri, lantas terperanjat dengan pemikirannya sndiri.

"Ah, bukan apa-apa." Jawabnya menutupi kegugupannya.

"Mark, kenapa aku bisa berada di tempat tidur?"

Mark yang sedang menuju lemari menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Haechan.

"Aku tidak tega melihatmu tidur di sofa, jadi aku memindahkanmu."

Haechan mengerjapkan matanya, kaget. "Benarkah?", Tanyanya kemudian. Mark mengangguk.

"Terima kasih." Ucap Haechan pelan. Mark bersumpah ia melihat semburat merah muda di pipi Haechan. Dan ia menyukainya.

"Bukan hal besar, Chan." Mark memberikan senyum terbaiknya, Haechan menunduk mendapati senyum secerah matahari milik Mark.

"Haechan-ah, kurasa sebaiknya kau segera mandi. Ini sudah hampir jam 7 malam. Kita harus segera ke ballroom." Ujar Mark mengingatkan Haechan.

Haechan menyahut kemudian berjalan ke arah kamar mandi. Anak itu lebih seperti berlari, Mark terkekeh dengan keimutan Haechan.

Beberapa menit berlalu, Mark masih sibuk memilih pakaian yang masih belum terasa pas baginya. Saat tiba-tiba pintu kamar mandi berderit, Mark pikir Haechan sudah selesai.

"Mark"

Mark berbalik dan menemukan kepala Haechan nongol dari balik daun pintu. Selain itu pundak kiri Haechan juga terpampang dengan jelas, lekuk tulang selangka yang menyatu dengan leher jenjang Haechan. Ditambah butiran air yang masih basah di kulit madu Haechan.

My PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang