Awal Kata

30 4 1
                                    

Jum'at 2017

Perkenalkan namaku Syadila Arrahma, aku hanyalah perempuan biasa, yang tak punya banyak kisah untuk dibagikan. Keluarga ku pun sederhana, sehari dapat berkumpul dan makan dengan tahu tempe, kami sudah alhamdulillah.

Dan ini adalah awal dari segala kata yang ku kutip untuknya

"Teh, udah rapi belum?? " Tanya Adikku Qiya dari balik pintu kamar ku.

"Iya nih, udah rapi kok" Dengan sigap aku memasukkan pakaian dan perlengkapan yang akan di bawa.

'Apa lagi ya' ucap ku dalam hati sambil melihat sekitar kamar

"Teeh, cepetan, katanya udah siap"
Lagi Adikku Qiya bertanya dari balik pintu kamar

'kayaknya udah semua deh' Ucap ku dalam hati.

"iya iya, nih udah rapi kok" Ucap ku sambil membuka pintu kamar.

Dengan wajah datar adikku qiya menatapku dengan tatapan mengerikan.

"hahaha lucu deh kalo liat kamu kayak gitu" Goda ku pada Qiya

"ihhh, teteh mah. Udah cepetan, ditungguin sama abi tau"Ucap Qiya sambil menarik tangan ku.

Kami pun menuruni anak tangga dengan cepat. Sesampainya di depan rumah, sudah terlihat abi yang sudah siap dengan motornya.

"Maaf bi" Ucap ku dengan wajah bersalah

"Yaudah, buruan naik. Nanti ke buru maghrib" Jawab abi ku

Tak terbayangkan oleh ku bahwa malam itu, akan menjadi pintu gerbang menuju pertemuan ku dengannya.

Dengan wajah lesu tak bersemangat, aku memandangi beberapa rumah yang dilewati.

Selama perjalanan aku hanya bisa pasrah, karena aku tidak bisa berkata selain mengucapkan kata 'iya' kepada ayahku.

Malam itu ayahku menyuruh aku dan adikku Qiya untuk menginap di rumah kami yang baru.

Sesampainya disana, aku bertemu dengan umi dan kedua adikku.

"Assalamu'alaikum umi" ucap ku sambil mencium tangan umiku.

"Wa'alaikum salam, alhamdulillah akhirnya sampai juga" Balas umi ku

"Bagaimana mi jualan hari ini? " Tanya Qiya

"Alhamdulillah hari ini penjualannya lumayan" Jawab umi dengan senyum

"Oh iya, besok kan kalian libur, kalian jaga warung  ya" Kata umi ku sambil merapihkan barang dagangan

"Hmm, iya mi " Jawab ku dengan wajah datar

Sebenarnya bukan karena aku marah ataupun kesal terhadap orang tua ku. Aku memasang wajah datar karena aku harus meninggalkan tempat yang akan di rindukan. Dan juga akan merindukan dia.
Yapp dia, dia yang pernah menyakiti aku , tapi entah mengapa diriku selalu merindukannya. Mungkin karena kami pernah satu sekolah dan jarak rumah kami yang berdekatan.

Di tempat tidur,saat aku memandangi langit langit kamar. Tiba-tiba 'doooorrr'. Adikku qiya datang mengagetkanku.

"Apaan sih dek, bikin teteh kaget aja" Gerutuku

Kutipan KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang