one night

2.4K 250 28
                                    

Minggu, 28 Juli

Untuk Jeno,

PS: kali ini bukan surat, namun sebuah puisi.

kau tak perlu berusaha sekeras itu,
membagi waktu untuk jam sibuk, kekasihmu, dan aku.

kau pun tak perlu memanggilku 'sayang' tiap kali kita 'melakukannya' di malam akhir pekan - saat jarak menjadi penghalang untukmu bercumbu dengannya

kau bahkan tak perlu memeluk atau sekedar menggenggam tanganku, apalagi mencium keningku!

biarkan iblis tetap mengendalikan segala tingkahmu,

kau sungguh tak perlu menjadi baik!

melakukan segala hal merepotkan yang biasa dilakukan sepasang kekasih?

aku tau itu sangat membebanimu.

(kuharap kau pun tak merasa terbebani oleh status ini,
tak peduli seberapa hinanya hubungan kita di mata orang lain atau sekeras apapun norma mencaci kita)

aku hanya ingin kau berjanji satu hal.

ya, aku hanya akan meminta satu:

janjikan aku sebuah malam yang sendu,

langit tanpa bintang,

tanpa kunang-kunang

tanpa angin,

(kuyakin angin yang menerpa rambut depanku tak akan cukup untuk membuatmu terpesona. Jadi, percuma saja)

Oh! Tapi kau boleh mengundang bulan sebagai pengganti unggun api

dan yang paling penting, aku ingin berdua denganmu.

bukan di malam terbaik saat Tuhan dengan ceroboh membiarkan aurora mengecup mesra sang senja dihadapan langit malam yang patah hati.

bukan pula di malam saat Tuhan berusaha menghibur kelelahan makhluk-makhluknya dengan gerimis yang menenangkan.

tidak!

aku sungguh tidak menginginkan seluruh drama semesta itu,

hanya malam biasa.

berdansa dibawah temaram cahaya si bulan egois walau ia tau betapa susahnya memaksa masuk lewat celah sempit pohon-pohon pinus -

tempat dimana kita bisa melarikan diri dari dunia yang tak pernah memberi restu pada kedua buta ini.

kejam bukan?

aku tau kita harus melawan!

namun apa yang bisa diperbuat sepasang pecundang?

aku hanya ingin tetap bersembunyi dalam dekapan si bodoh yang sengaja tak mematikan mesin mobil hanya agar dentingan syahdu dari musik di radionya tetap menyala:

lagu lama dengan lirik cliché tentang cinta, yang terdengar cukup menggelikan untuk sesama lelaki.

sekali lagi, hanya kau dan aku.

tanpa nama kekasih di hatimu,

tanpa wangi parfumnya yang melekat di mantelmu,

tanpa bekas ciumannya di bibirmu.

cukup kau dan aku.

saling menatap saat tangan kokohmu tak bisa lepas dari pinggang kurusku,

juga seulas senyum yang tak mau memudar dari bibir masing-masing.

sungguh, relung yang semula menganga kini terasa begitu sesak,

tanpa celah,

tanpa prasangka.

hatiku yang mengulang namamu tak berjeda,

dan hatimu dengan hanya satu pemilik:

aku,

Huang Renjun.

dan kau,

Lee Jeno,

bisakah kau menjanjikan satu malam indah itu?

setidaknya sekali dalam hidupku

bisakah?

tapi kembali ke bait awal,

kau tak perlu berusaha sekeras itu.

Dari Renjun,
si kepala batu yang meskipun tau kau tak pernah menyukai puisi, tapi kuharap setidaknya kau dapat menyukaiku suatu hari nanti.

•••

"How's your night, readernim?
I hope y'all never give up on your feelings, just like Renjun did."

made with a half heart (because the other half is his),
©tyail08

unsaid words. [noren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang