Pagi ini mendung lagi. Lucky me! Atau ... lucky us! Karena, yah ... walaupun kaki tetap pegal buat berdiri—apalagi pembina hari ini adalah Bu Soeseno, yang ya Tuhan, sedot aja lemaknya (itu berarti buat dia bahagia dan agar dia punya banyak waktu untuk kembali membesarkan badannya) karena selalu aja, setiap upacara dia sealu ngomongin hal yang nggak penting dan blahshit—seenggaknya nggak panas-panas banget selama upacara tadi.
Waktu baris, karena gue kelas IPA 2, otomatis dong bersebelahan dengan IPA1 dan otomatis juga gue bersebelahan dengan Emil—harusnya. Tapi sayangnya dia baris di barisan paling depan. Sementara gue baris di depannya para cewek, which means barisan paling belakang cowok. Bedewey, gue baru notice dia setelah kami ketemu saat Jumat kemarin. Selama ini bahkan gue nggak tahu ada murid IPA 1 yang namanya Emil. Euh, sebenarnya gue nggak tahu nama semua murid IPA 1 sampai hari Jumat kemarin. Akhirnya gue tahu satu. That isn't my fault. Kan murid Tukar banyak. Kelas lain pun gue hanya tahu beberapa.
Oh, hari ini juga gue mau ngasih tahu Jun dan Gema tentang Emil yang menurut gue pantas banget jadi vokalis band kami dan juga gue mau nawarin perihal lomba yang bakalan diadakan Illenium Minggu depan. Gue udah ada bilang ke mereka berdua, sih, tapi gue belum ngasih tahu kalau Emillah orangnya. Kami bakalan kumpul di ruang band sepulang sekolah nanti.
Emil juga belum gue kasih tahu. Setelah gue pertimbangkan, mending gue ngasih tahu dia saat gue kumpul sama Jun dan Gema aja. Kali aja dengan bujukan mereka berdua Emil bakalan mau gabung. Karena gue tahu dia nggak akan segan untuk nolak kalau gue nawarin dia kemarin. Dia udah nggak canggung sama gue. Gue harap sih gitu.
Gue udah ada ngasih tahu belum kalau gue bawa bekal ke sekolah? Belum, ya? Ini semua karena Bunda, sih. Lagi. Bunda tahu makanan di kantin Tukar itu mahal-mahal, jadi lebih baik Bunda masakin gue nasi goreng tanpa telur daripada gue makan soto ayam atau ketoprak saat jam istirahat. Gue juga bawa minum lho, kalau mau tahu. Semua itu satu set. Tupperware.
Untungnya belum pernah gue bikin ilang sampai sekarang.
Billie masih di sini, for your information. Dia belum pindah ke Neptunus atau diculik Ratu Pantai Selatan. Dia masih safe and sound. Dia bakalan pergi hari Jumat. Kalau saat itu datang gue mau ngebantu dia baca syahadat, ah. Kata Fatimah sih gitu. Biar diampuni dosa-dosanya. Billie kan banyak dosa, tuh. Kan kasihan kalau neraka harus nampung orang edan kayak dia.
Setelah upacara tadi, gue berpapasan dengan Billie dan kami berdua ngobrol sebentar. Dia menanyakan keadaan Jun dan Gema yang gue jawab dengan bahu yang terangkat. Gue nggak tahu dan Billie pun sepertinya paham. Kami memang bukan tipe sahabat yang suka hang out bareng atau ke mana-mana selalu bergerombol kayak kambingnya Pak Soleh. Bahkan kami nggak punya grup chatting kayak anak-anak lainnya. Entahlah, gue juga nggak mempedulikannya.
Lalu gue juga cerita kalau gue udah menemukan penggantinya. Gue sempat melihat raut nggak relanya, sorot matanya seakan dia memang nggak mau meninggalkan gue. Nggak mau meninggalkan Jun, juga nggak mau meninggalkan Gema. Dia nggak mau digantikan. Gue ngerasa nggak enak udah ngungkit hal itu, tapi sorot matanya berubah teduh—yang gue kira nggak bakalan bisa dia lakukan. Ternyata bisa!—dan tersenyum lembut.
"Emang siapa yang bakalan nyingkirin posisi gue?" tanyanya sambil menaik-turunkan alis. Senyumnya meremehkan, tapi gue tahu itu hanya bercanda. "Gue itu nggak tergantikan. Remembuh that."
"Ada, lah," kata gue sambil menyunggingkan senyum. "Lebih bagus daripada lo!"
Kami tertawa bersamaan. Tapi setelah itu Billie menatap gue lekat. "Tapi serius, deh. Lo hebat kalau bisa nemu yang lebih bagus dari gue."
"Lo bakalan gue traktir Ultra Milk kalau gue salah," kata gue yakin. Bunda bakalan marah kalau tahu gue nraktir-nraktir begini. Tapi gue tahu gue nggak bakal salah dan Billie pasti bakalan mengakui itu. Dia mengangguk setuju. Setelah itu kami berpisah menuju kelas masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunes!
Teen FictionGue Daniel. Siswa SMA yang super-duper biasa aja. Nggak neko-neko. Nggak nakal. Nggak suka bolos. Nggak suka boros dan juga nggak suka nraktirin teman. Yang nggak biasa adalah Bunda. Nyokap gue. Yang bawaannya pengin banget gue keluar dari band. Sam...