Ezekiel Alpheus memiliki tubuh yang terlatih dalam berbagai hal. Etika, postur tubuh tersusun, tata krama, pengendalian dalam cara mengekspresikan sesuatu, akademis juga non-akademis, layaknya seperti anggota keluarga bangsawan lain.
Darah Duke yang berjalan dengan kuat dari ujung kepala sampai kaki. Gen yang lebih dari layak (tidak sempurna, namun cukup dekat jika dilihat dari standar manusia). Bantuan dari Tuhan, kedua orang tua, juga generasi-generasi lampau. Ezekiel jelas memiliki segalanya.
Jadi ketika sosok Lady Angel dan penyihir sial sedang bercanda gurau di hadapannya, seakan-akan lupa dengan kehadiran agungnya (dan Jennette) di sekitar mereka, disitu Ezekiel mengerti. Paham, benar-benar paham bahwa sebetulnya ia tidak memiliki apa-apa.
Dengan postur tubuh yang tenang, tersusun dengan rapi, ia memperhatikan Lady Angel (dengan sopan). Tawa yang indah terlepas dengan mudah dari bibir manisnya. Bibir yang sulit untuk Ezekiel klaim. Terhalang oleh parasit berambut hitam dengan mata merah.
Parasit yang sesekali meliriknya dengan sepasang mata yang sepertinya mengatakan, 'Iya, dia lebih memilihku daripada kau.' dan Ezekiel menemukan dirinya tidak bisa membalas tautan sang penyihir.
Di bayangannya, penyihir bajingan itu mengatakan ejekan yang tampaknya tak akan pernah berakhir (bisa dibukukan jika seorang individual ingin). Selalu menghina, menatap Ezekiel seperti kotoran yang ada di bawah sepatu. Melihat raut wajah yang penuh dengan ego setinggi langit, ia yakin bayangan tersebut bukanlah bayangan — setidaknya itu merupakan konklusi yang sejauh ini diyakini olehnya. Kalimat-kalimat itu diutarkan secara non-verbal.
'Kau bukan tandinganku.' Apa yang sepertinya terucap. 'Menyerahlah, anjing putih.' Dan untuk ke sekian kalinya, Ezekiel tidak membalas tautan kekanakan itu.
Ezekiel tersenyum.
"Kalian terlihat seperti sepasang kawan yang baik." Yang mana membuat alis Lucas terangkat sebelah.
Perhatian yang dihadiahkan Lady Angel sudah cukup untuk mengisi kekosongan hatinya meskipun hanya sedikit. Dengan senyuman cantik, membalas perkataannya dengan beberapa unsur candaan.
Lucas terhibur dengan event tea-party (yang diundang oleh Jennette) satu itu. Reaksi anjing putih terhadap kedekatannya dengan Princess pun membuatnya kenyang. Menyeduh teh, ia menangkap senyuman palsu yang tidak sampai ke mata. Sopan, tapi palsu. Lucas tahu Princess menyadarinya. Candaan yang dibuat adalah caranya untuk menghibur anjing putih.
Lucas mampu merasakan perasaan gelisah yang timbul di hati Princess. Bersalah? Bersalah dalam hal apa? Ia ingin mengerutkan keningnya untuk menunjukan kejengkelan. Untuk apa Princess merasa bersalah? Ia gagal untuk memahami segala emosi yang mampu manusia rasakan.
Acara kecil mereka berakhir dengan damai (jika ketengangan yang jauh dari nyaman diantara Lucas dan Ezekiel bisa dibilang damai).
Juga berakhir dengan kedua sepasang kekasih (kekasih? apakah mereka berdua sepasang kekasih?) bercumbu di atas ranjang mewah milik seorang Princess.
Menembus rumah hangat yang tentunya sudah ditakdirkan sebagai tempat pribadi Lucas (dan hanya dia), menghasilkan erangan seketika tepat di telinga kiri sensitif Athanasia.
Rintihan nikmat yang lepas dari wanita di bawahnya selamanya akan terulang di kepala. Mengeluarkan senjatanya sedetik hanya untuk menyerang tempat tinggalnya kembali dengan tajam, memproduksi rintihan kedua yang menjadikan ereksinya membesar. Lucas pun menghadiahi Athanasia ciuman kotor yang membangkitkan sesuatu di dalam jiwa mereka.
"Aku merasa kasihan dengannya," Ucap Lucas, menonton seni spektakuler dengan front seat gratis. Athanasia berdiri di depan cermin tanpa sehelai kain dan meringis melihat beberapa bagian tanda yang membiru. Perlahan, ia mengusap tanda cinta yang menghiasi lehernya. Segan hati, suka tak suka, ia perlu menutupinya dengan makeup.
"Huh? Siapa?" Almost innocent dan angel-like. Yang mana membuat Lucas semakin terhibur.
"Apa aku harus menyebut namanya?" Menghasilkan bra yang mendarat dengan kuat tepat di wajahnya. Lucas bingung harus berterima kasih atas pemberian kado spesial atau mengeluh karena rasa pedih yang menyengat.
"Sudah kubilang aku tidak suka membahasnya—"
"Karena kau merasa bersalah?" Tatapan sengit Athanasia mampu memaksa mundur pasukan kerajaan. Namun Lucas terlalu sibuk memandang sepasang gunung yang— tunggu, apa kemarin mereka sebesar itu? Dan kenapa ia baru saja sadar setelah sesi mereka berakhir? Ia pun membuat catatan di dalam kepala untuk memberi perhatian penuh, bahkan sedikit ataupun sekecil detail apapun untuk keesokan hari dan seterusnya.
"Sudah? Sudah selesai menggodaku? Keluar sekarang juga."
"Princess, semakin lama kau semakin tajam juga pedas dalam berbicara,"
"Lalu coba untuk hindari topik itu! Kau membuatku–" Menggigit bibir, ragu. "Lucas, a-apa yang harus kulakukan? Rasa bersalah ini mengganggu beauty sleep-ku, menghantuiku, apa yang—"
Tsk. "Berapa kali harus kubilang bahwa itu bukan salahmu. Anggap saja dia adalah penggemar seorang artis yang terlalu berbakti dan setia," Lucas yakin saat ini bibir bawahnya mengeluarkan darah.
"Come here," Gesture Lucas dengan jarinya, almost-seductive, very comforting.
Athanasia pun merangkak di atas Lucas. Kedua tangan di atas dada bidang, terlihat mengapresiasi. Mengambil tempat duduk sehingga rumahnya bertemu dengan senjata yang beberapa waktu lalu aktif mengoyak dan merampas setiap titik lemahnya.
"Kau tidak berhutang apapun padanya," Mengelus, lebih tepatnya menggoda paha sebelah Athanasia. "Apa aku perlu menghilangkan rasa gelisahmu?"
"Tidak akan."
"Lalu lupakan perasaan tidak pentingmu dan ingat baik-baik lelaki mana yang kau jadikan objek pelampiasan birahi." Amanat singkat yang diakhiri dengan putaran jempol tepat di klitoris Athanasia.
Keesokan harinya, Jennete (lagi-lagi) mengundang mereka untuk acara teh (lagi) di dalam taman yang dihiasi dengan berbagai macam bunga dan tumbuhan. Athanasia dan Lucas tentunya ingat dengan tempat itu, which is something Jennete will never find out.
Mereka memiliki power untuk menolak undangan gadis naif dan innocent itu. Hanya saja, Athanasia selalu berkunjung ke acara kecil mereka. Jennete ingin terus berbincang dengan adik tirinya. Meskipun Athanasia tidak yakin bahwa Jennette mempunyai peran penting di dalam kehidupannya (mereka sepupu, bukan sepasang saudara tiri), ia masih saja berbaik hati untuk memuaskan sepupunya dalam berkhayal dan menikmati fantasi konyolnya.
Mereka akan berbicara tentang topik apapun yang tidak begitu relevan untuk mengisi acara itu. Lucas dan Ezekiel akan selalu berkompetisi dalam tantangan tatap menatap.
Sesuatu yang sudah menjadi rutinitas.
Sometimes, Ezekiel would stare– glare, at nothing at all. Kedua mata blank, penuh kekosongan. Hampa, rasa hampa yang selalu ditutupi dengan pro di hadapan tamunya. Dan kedua tamu tersebut selalu berhasil menembus topeng permanen itu tanpa sepengetahuan Ezekiel. Jennete, selalu ceria dan tidak sadar akan apa yang terjadi di sekelilingnya, akan terus melanjutkan obrolan mereka tanpa henti dengan senyuman manis.
Athanasia akan menghadiri acara teh-nya dengan Claude dan memberi informasi tentang kesehariannya dengan detail.
Dan Lucas tentunya tidak pernah absen untuk mewarnai malam harinya.
hello, i'd appreciate it if somebody is kind enough to translate this. comment/message me in private, PLEASE.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Made Me a Princess (Prompts).
Fiksi Umumalright listen, i would write my works in English if i could but i'm still learning, god. give me a break.