desert

634 88 22
                                    

disclaimer: tidak ada keuntungan finansial yang diambil dari pembuatan karya ini, yang dibuat untuk kepentingan hiburan semata. 

.

.

.

.

.

1. be quiet, feel love

Chanyeol memeriksa dua kiwi yang ia ambil secara acak dari dalam kotak plastik di hadapannya. Menimbang-nimbangnya, mengendus aromanya, memencet-mencetnya, lalu membandingkan ukurannya. Hal-hal yang sebenarnya tak terlalu berguna, karena kelihatannya dua-duanya sama-sama bagus dan sama segarnya. Wendy baru membelinya kemarin sore, bersama beragam jenis buah-buahan lainnya untuk mengisi lemari es mereka.

"Sayang!"

Wendy tak menyahut. Chanyeol menoleh. Wendy tidak ada di konter dekat meja makan, bar kecil, juga di meja makan, tidak ada di jangkauan pandangannya. Ia lanjut mengiris kiwi pertama, lalu memanggil Wendy lagi. "Sayang. Wendy—"

"Iya, benar. Hu-um, sekarang aku tinggal di sini. Masih sering bolak-balik Seoul, sebenarnya, tapi kami berdua sudah sama-sama setuju untuk menetap lebih lama di sini. Lho, aku belum bilang ya aku sudah menikah?"

"—oh."

Wendy datang mendekatinya, masih menelepon, lanjut bercerita singkat tentang dirinya dan Chanyeol sembari bersandar pada konter yang sama dengan tempat Chanyeol mengiris buah-buahan. Sedikit-sedikit ia tersenyum mendengar cerita Wendy tentang pernikahan mereka di Vegas, apa saja yang mereka lakukan belakangan ini, dan apartemen kecil mereka. Topik cerita tak lama kemudian berubah menjadi masa lalu antara Wendy dan temannya itu, saat mereka masih sekolah di Amerika Serikat dulu.

"Iya, aku masih main musik, kok. Sudah dengar lagu-lagu baruku yang kurilis di sini?"

Chanyeol mengumpulkan potongan-potongan buah ke dalam mangkuk besar. Kiwi, apel, jeruk, anggur, honeydew, blueberry, lalu yogurt. Ia menjauh ke ujung lain konter, melewati Wendy, untuk mengambil dua sendok makan. Wendy masih asyik sekali mengobrol. Ia membawa mangkuk itu, lalu duduk di atas kitchen island dengan santainya, menjuntaikan kakinya sambil menggoyang-goyangkannya, menonton Wendy menelepon.

"Benarkah? Serius?"

Chanyeol berhenti mengunyah dan tak berkedip mengamati ekspresi Wendy yang tertahan selama beberapa detik. Air mukanya langsung berubah sangat ceria. "Aku mau!"

Chanyeol mengangguk-angguk seolah hal barusan untuk dirinya sendiri.

"Aku akan ke sana. Baik, baik. Nanti kirim lokasinya, ya. Daerah Arizona, oke, oke. Sekitar empat jam penerbangan dari Toronto, kalau tidak salah. Tenang, itu bukan masalah. Kami berdua sudah punya SIM internasional. Terima kasih, lho."

Wendy menutup telepon itu dengan senyum semringah. Dia nyengir lebar sembari maju ke arah Chanyeol, mendekatinya, berdiri tepat di hadapannya, di antara kedua kakinya yang bergoyang-goyang jenaka itu. "Teman lamaku saat di sekolah dulu. Dia punya motel di daerah Arizona, daerah Gurun Mojave. Dia mengundang kita untuk datang ke sana, dan dia akan memberikanku mixtape buatannya! Katanya dia senang sekali jika aku menerimanya dan mengolahnya lagi untuk laguku sendiri."

Chanyeol mengambil sesendok penuh buah dan menyuapkannya pada Wendy yang sedang terkekeh bahagia. Perempuan itu menyambutnya dengan antusias, bahkan saat pipinya penuh dengan makanan pun ia tetap tertawa. Chanyeol tersenyum melihatnya, merasa Wendy mirip sekali dengan hamster yang gembil pipinya.

northTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang