prairie

321 58 6
                                    

1. disappear in the line

Chanyeol sudah hampir menyelesaikan rekamannya ketika terdengar sayup-sayup panggilan dari luar.

"Chanyeolie! Sayang!"

Chanyeol buru-buru mematikan perekamnya, tak peduli pada lagu yang tinggal satu-dua baris. Ia bisa merekamnya lagi nanti. Bersamaan dengan itu, Wendy memasuki studionya, sedang mengangkat telepon.

"Iya, benar. Ini Wendy, istrinya. Oke, sebentar, kuserahkan padanya."

Chanyeol mengambil ponselnya dari tangan Wendy, Wendy menggumamkan nama pemanggilnya, yang langsung disambut Chanyeol dengan anggukan. Wendy pun pergi, tetapi sembari menyeletuk kecil, tumben sekali HP ditinggal di luar.

"Ah, halo, ini Chanyeol Park. Oh, benarkah? Terima kasih! Aku senang sekali mendengarnya. Aku akan bersiap-siap. Ya, sampai jumpa." Chanyeol pun segera beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan laptop dan segala peralatan rekamannya begitu saja. Ia berencana mengejutkan Wendy, tetapi begitu melihat perempuan itu sedang duduk menghadap pianonya sambil membaca partitur, ia mengubah rencana dengan membicarakannya secara pelan.

"Wendy." Ia menepuk kedua bahu Wendy dengan halus. "Sayang. Sudah pulang, nih. Kukira sampai malam."

"Kelas dipulangkan lebih cepat karena satu guru yang tersisa selain aku harus ke gereja, ada upacara pemakaman." Wendy sekarang telah bekerja paruh waktu menjadi guru les vokal salah satu sekolah musik kecil di Toronto. Hanya dua kali seminggu, tetapi cukup membuat Wendy antusias dan Chanyeol mendukungnya penuh. Dia hendak menyentuh tuts pianonya, tetapi membatalkannya, menoleh pada Chanyeol yang sekarang merangkul bahu kirinya dan meletakkan dagunya di bahu kanannya. "Ada apa, nih?"

"Ingat tawaran untukku dari studio? Soal syuting video klip lagu yang kutulis liriknya?"

"Oh, yang katanya di Skotlandia itu?"

"Iya. Aku diajak, 'kan. Buat lihat-lihat saja, sebenarnya, peranku tidak terlalu banyak tapi karena aku bagian dari kru dan teman baik mereka, mereka mau memesankan satu tiket untukku. Awalnya aku malas, tapi mereka memaksa." Lelaki itu memberikan cengiran lebar. "Lalu kubilang, aku baru mau berangkat kalau boleh mengajakmu."

"Dan?"

"Boleh! Tapi tiketmu ditanggung sendiri, sih. Tidak apa-apa, aku yang memabayarkan."

"Skotlandia? Oh my, aku mau!" Wendy pun langsung balas memeluk Chanyeol. "Thanks!"

. . .

Chanyeol diam-diam mengambil foto Wendy saat perempuan itu berjalan di depannya, menyusuri rumput-rumput rendah, menjauh dari para kru yang sedang mendiskusikan beberapa hal termasuk dengan artisnya. Studio tempat Chanyeol bekerja adalah studio yang banyak menangani musik-musik indie, tetapi ada beberapa band yang terkenal di Kanada yang juga bekerja sama dengan mereka. Chanyeol, karena pengalamannya di dunia musik di masa lalu, direkrut oleh mereka sebagai staf sekaligus tim kreatif. Mereka cukup sering bepergian ke luar negeri untuk syuting video klip; tuntutan pasar yang mengharapkan kreativitas seni membuat mereka harus sering mencari tempat-tempat yang spektakuler untuk menjadi setting.

Chanyeol sudah beberapa kali ke Britania, tapi tak pernah mengunjungi kastel ini, yang terletak tak jauh dari salah satu kota di Skotlandia: Dundee.

Hari ini sudah sore, tetapi masih cukup terang untuk syuting. Waktu ini sengaja dipilih untuk menyesuaikan dengan suasana lagu.

Wendy sengaja memakai blus dan jins putih. Jauh dalam hati Chanyeol, ia menebak perempuan itu ingin terlihat seperti seorang peri. Wendy punya tempat khusus dalam imajinasinya tentang peri-peri dan cerita dongeng, termasuk kastel yang seringkali menjadi elemen utamanya.

northTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang