Sekitar 7 bulan kemudian, dirumah sakit GM Hospital, teriakan seorang gadis muda menggema diseluruh ruangan, mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan manusia kecil yang selama sembilan bulan berada dalam rahimnya.
Iyon Anggara, laki laki yang selama beberapa bulan terakhir menjadi batu sandaran Aqilla pun setia mendampingi gadis muda itu.
Tak berapa lama, teriakan gadis muda tadi hilang, disusul dengan tangisan yang kembali menggema ruangan serba putih itu, "Laki-laki, sehat dan sangat tampan." Ucap sang dokter sambil menyerahkan bayi yang masih berwarna kemerahan itu pada suster untuk dibersihkan.
Aqilla yang mendengar bahwa anaknya baik baik saja pun merasa lega, setidaknya dia bisa memejamkan mata, atas lelahnya jiwa dan raganya sehabis bertaruh nyawa melahirkan bayi mungil itu kedunia, kesadarannya mulai hilang dan perlahan sekelilingnya menjadi gelap.
Sekitar 2 jam sejak Aqilla kehilangan kesadarannya, akhirnya Ia tersadar dan segera memberi ASI kepada putranya yang masih merah tersebut, bulir air mata mulai membasahi pelupuk matanya, 'Hidup bahagialah, bunda janji bakalan jagain kamu, sekuat tenaganya bunda' ucap Aqilla membatin.
Seminggu kemudian, dokter mempersilahkan Aqilla beserta bayinya untuk pulang, Naya yang tampak sangat antusias dengan bayi mungil itu menatap Aqilla, tanda ingin menggendong putranya yang masih berumur 1 minggu itu.
"Kak Killa, Naya mau gendong dedeknya dong." Ucapnya dengan mata berbinar, baru saja Aqilla mau berbicara, Iyon langsung mengusap rambut Naya, "Adeknya masih kecil, gaboleh digendong sama Naya, Naya aja masih kecil." Balas Iyon lembut sambil menyunggingkan sedikit senyumnya.
Naya hanya bisa mengerucutkan bibirnya sambil mengangguk kecil.
Aqilla hanya bisa tersenyum menahan tawanya melihat ekspresi gadis kecil itu.Mereka pun bergegas pulang, lalu disambut seorang gadis yang nampak sabar menunggu sambil menata makanan di meja makan, "Hay sayang!" Ucap Iyon kepada gadis itu.
Ya, Iyon tidak jadi menikahi Aqilla, hatinya belum mantap menerima gadis itu, namun ia tetap bertanggung jawab atas Aqilla dan bayinya, seperti janjinya."Wah wah lihat pria kecil ini, begitu tampan!!!" Ucap kekasih Iyon menghampiri Aqilla sambil tersenyum melihat bayi yang berada digendongannya.
"Timakaciii ontiii Elle." Balas Aqilla menirukan suara bayi.
"Haha, siapa nama pria kecil ini?" Tanya gadis bernama Elle itu sembari terus mengusik bayi itu dari tidurnya.
Aqilla termenung sejenak, mengingat beberapa nama yang tempo hari memang sudah ia susun, "Abrisam Reynand, kita panggil Rey saja." Ucap Aqilla sambil tersenyum simpul.
Elle mengangguk kecil, "boleh aku tau artinya?" Tanya Elle masih sibuk mengusik si bayi.
"Abrisam berarti tampan dan lembut dan Reynand yang berarti bijaksana, Killa mau Rey kelak jadi pria tampan yang bijaksana tapi tetep punya hati yang lembut." Jelas Aqilla mantap.
"TAMBAHKAN ARCHILLES DIBELAKANGNYA, ARTINYA KEKUATAN SUPAYA DIA BISA JADI KEKUATAN KILLA!!!" Teriak seseorang dari belakang, yang tak lain adalah Iyon.
Aqilla mengangguk,"baiklah, Abrisam Reynand Archilles? Begitu kah?" Tanya Aqilla sambil memiringkan kepalanya.
Iyon mengangguk, "boleh kutambahkan Anggara dibelakang namanya? Seperti nama keluarga ini." Tanya Iyon menunggu persetujuan Aqilla.
Aqilla mengangguk setuju, namun Elle membantah, "Tidak boleh sayang, dia bukan anakmu, seharusnya kita letakkan nama ayahnya, simpan saja Anggaramu untuk baby kita nanti." Ucap Elle sedikit merajuk.
Aqilla hanya tersenyum kecut, "Kak Elle benar, Killa bukan bagian keluarga kalian, Killa juga mau pamit, ga enak juga tinggal disini terus dan merepotkan, apalagi ada Rey sekarang." Tukas Aqilla memaksakan senyumnya.
Iyon, Naya dan Elle sedikit tercekat mendengar penuturan Aqilla, "Kak Killa sama adek Rey ga ganggu kok, ga ngerepotin juga, jangan pergi hiks!!!" Lirih Naya sambil menarik baju Aqilla.
"Gabisa Nay, kak Iyon juga bentar lagi mau nikah sama kak Elle, kamu bisa lihat baby mereka." Balas Aqilla lembut sembari mengusap rambut gadis kecil itu.
Naya semakin sedih, tangisnya juga sudah pecah, ia meminta Iyon untuk menahan Aqilla, sambil terus meraung raung.
Iyon menatap Aqilla, seakan memintanya untuk tetap tinggal, tapi Aqilla hanya menggeleng.Iyon menghembuskan nafasnya kasar, "Baiklah Killa, kamu boleh keluar, asal yang nyariin tempat kamu nanti kakak, jadi kakak bisa ngehubungin kamu, atau Naya juga bisa datang main kesana." Tegas Iyon.
"Oke kak, nah sekarang Naya jangan nangis, ntar bisa main bareng kok sama Rey nya." Ucap Aqilla menghapus airmata gadis kecil itu.Skip!!!
Tiga tahun berlalu, genap sudah sang putra kecilnya berumur tiga tahun, tak ada yang berubah, masih dengan kebahagiaan yang sama, bahkan berlipat karna Iyon sudah menikah dengan Elle, dan dikaruniai putri yang cantik, yang usianya terpaut setahun dari putra Aqilla.
Naya, sekarang gadis itu sudah berada di kelas akhir jenjang Sekolah Menengah Atas, namun gadis itu tetap saja kekanakan, masih suka bermain bersama Rey, bahkan waktunya hanya dihabiskan bersama Rey, putra kecil Aqilla, selama tiga tahun kebutuhan Aqilla masih ditanggung Iyon, ada perasaan tidak enak kadang dihati Aqilla, namun Iyon tetep kekeh mau membiayai segala kebutuhan gadis yang sudah dia anggap seperti adiknya itu.Namun sekekehnya Iyon, tak akan bisa mengalahkan kekehnya Aqilla.
Aqilla juga merasa bahwa putranya sekarang sudah agak besar, dan mungkin tak akan terlalu rewel bila ditinggal sebentar."Bunaaa!!!" Teriak seorang pria kecil memanggil Aqilla.
Aqilla yang merasa terpanggil langsung bergegas menuju arah teriakan tersebut, "Rey? Dimana kamu nak?" Panggil Aqilla sembari terus mencari putranya itu.
"Ley, di depan pintu bunaaa! Onti thama Daddy datang-!" Teriak Rey kesenangan, pasalnya jarang sekali Iyon atau yang biasa Rey panggil Daddy itu bisa berkunjung, dan juga Rey hanya bisa merasakan kasih sayang seorang ayah dari Iyon, yang bahkan bukan ayahnya:')"Tumben kakak kesini, kenapa?" Tanya Aqilla, pasalnya Iyon itu sangat sibuk, jarang sekali bisa berkunjung, tak mungkin ia datang untuk hal yang tidak penting.
Iyon tersenyum lalu menyodorkan beberapa paperbag ke tangan Aqilla, "Itu baju buat kamu sama Rey, nanti malam kakak jemput!" Perintah Iyon lembut.
Aqilla sedikit kebingungan, untuk apa Iyon membelikannya baju? Kalau untuk Rey putranya, Aqilla sudah maklum, memang semua pakaian yang Rey kenakan pemberian dari Iyon, "Dalam rangka apa beliin Killa baju?" Tanya Aqilla sedikit menyelidik.
Iyon menarik tangan Aqilla pelan ke arah dapur, dan mendudukkannya di meja makan, "Dengar, kakak mau jo-jodohin kamu sama client kakak, Manager muda, lumayan posisinya, kamu juga ga akan susah kalo jadi istrinya." Ucap Iyon sedikit hati hati, takut Aqilla menolak, karna hatinya terlalu lelah berurusan dengan pria, semua cinta yang ia dapat hanya sesaat, tidak ada yang berujung bahagia, semua kandas ditengah jalan, sama dengan kisahnya dengan Iyon, pria tampan yang tengah berhadapan dengannya.
Aqilla hanya memijat pelan pelipisnya, "Kak, kalo emang gara gara uang doang kakak mau jodohin Killa sama orang lain, dan mungkin Killa sama Rey udah ngebebanin kakak banget, kakak gausah bantu Killa lagi, biar Killa kerja aja, jadi OB atau jadi apapun Killa terima, kalo perlu Killa juga bakalan pindah dari apartemen yang kakak kasih!" Lirih Aqilla, ia sudah mengetahui, bahwa saat ini akan tiba, saat dimana yang menolongnya akan jenuh dan meninggalkannya.
Iyon menghela nafas kasar, "Bukan gitu maksud kakak, kakak cuma mau kamu sama Rey bahagia, kalian ga ngerepotin kakak kok." Ucap Iyon berusaha sabar sambil mengusap pundak Aqilla.
Aqilla langsung menepis tangan yang bertengger dipundaknya, "Jangan mengatasnamakan kebahagiaan Killa sama Rey kak, tempo hari Killa juga udah melamar ke perusahaan secara online, dan keterima, terus baru aja Killa mau ngabarin kakak tadi." Jelas Aqilla panjang lebar.
Iyon hanya mengangguk, "Oke kakak minta maaf, terus kalo kamu kerja, Rey siapa yang jagain?" Tanya Iyon masih kekeh.
"Naya, naya yang bakalan jagain Rey!" Seru seseorang dari balik tembok, yang mungkin sedari tadi sudah mendengar percakapan mereka.
"Paginya biar kak Killa yang bawa, siangnya Naya jemput Rey terus jagain dia." Lanjut Naya mantap.
Iyon hanya bisa mendengus kesal, "Ah yaudah, terserah kalian." Ucap Iyon melangkahkan kakinya kearah pintu untuk pulang.Tibatiba sebuah tarikan dan teriakan menghentikannya, "Daddy, mawu pulang? Nda main thama Ley dulu? Kangen daddy!" Ucap Rey merengek.
Iyon tersenyum seketika, ia menggendong tubuh mungil itu, "Daddy besok bakal temenin Rey, tapi sekarang daddy pergi dulu ya." Bisik Iyon lembut.
Rey pun mengangguk sambil tersenyum kecil, "okey daddy, byeee, Ley wuff you tiga libu." Ucapnya sambil mengecup pipi Iyon.
Iyon pun menurunkan Rey, sambil berpamitan lalu meninggalkan apartemen Aqilla.'Semoga hidupku menjadi lebih baik, setelah membuka lembaran baru nanti.' Gumam Aqilla pelan.
Tbc
Hay hay gaes, gimana? Dapet ga feelnya? Author langsung post 1300 words, banyak ga? Banyak:')
Poteq jari author yang mungil ini kkk~
Jangan lupa tap bintang dan komen terus yaaa-!
Author akan mulai aktif sekarang-!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Student In Love
Teen FictionKilla gadis cantik baik dan pintar namun sikap nya agak tomboy... Awalnya hidupnya terasa indah dan biasa tapi setelah inisiatif orang tua nya menjodohkan nya semua nya menjadi suram dan tak terkendali