Cho Seungyoun bukanlah lelaki tertutup yang tidak memiliki banyak teman. Sebaliknya, ia adalah lelaki penuh energi yang dikelilingi oleh banyak manusia-manusia dimanapun ia berada.
Bukan hal yang aneh mengingat Seungyoun adalah lelaki yang pintar semenjak ia masih di sekolah dasar, dan juga sangat baik hati dengan mengajari teman-temannya yang masih tertinggal materi. Dan kebiasaan itu terus berlanjut sampai ia duduk di bangku kuliah, membuatnya ditunjuk sebagai ketua organisasi di jurusannya karena tidak ada satupun yang tidak percaya kepada lelaki itu.
Mereka tidak tahu, bahwa Seungyoun justru tidak percaya kepada dirinya sendiri.
Kehidupannya tidak semulus yang orang-orang bayangkan. Tepatnya, ketika lelaki itu memasuki sekolah menengah pertama. Bisnis yang dibangun ayahnya dari nol tiba-tiba hancur, dengan larinya sekertaris kepercayaan ayahnya yang membawa semua bukti aset-aset milik keluarga Seungyoun.
Beruntung ibunya adalah seorang ahli bedah di rumah sakit terbesar di kotanya, membuat kehidupan mereka dapat pulih dengan cepat. Tapi rupanya luka di hati, yang juga mencoreng harga diri ayahnya tidak kunjung sembuh.
Ayahnya selalu pulang malam dengan keadaan yang tidak baik. Entah itu sedang mabuk, entah itu dengan raut wajah kelelahan seperti habis lari komplek perumahan 100 kali, atau bahkan pulang dengan membawa pelacur—ketika ibunya sedang sibuk melakukan oprasi sampai tidak sempat pulang.
Seungyoun tidak ingin membenci ayahnya. Ia selalu meyakinkan diri bahwa ayahnya hanya sedang terpuruk, sedang butuh waktu. Tetapi ketika ia mendengar ayahnya yang membentak kasar ibunya malam itu, ia merasa bahwa ayahnya yang sekarang bukan lagi seperti yang dulu ia kenal.
Ketika ada malam dimana ia mendengar kedua orang tuanya berteriak satu sama lain, Seungyoun meringkuk di dalam lemari bajunya sambil memegang tato hati yang ada di pergelangan tangannya. Kata ibunya, jika ia memegang tato itu sambil berbicara dalam hati maka soulmate nya akan dapat mendengarnya.
Maka itulah yang selalu ia lakukan. Seungyoun kecil berumur 13 tahun yang sedang menangis takut, memegangi tatonya sambil meminta tolong.
"Tolong, cepatlah bertemu denganku. Cepat temukan aku. Aku takut" kalimat itu lah yang selalu ia katakan dan berharap pasangannya akan mendengarnya. Berharap siapapun pasangannya, dapat membantunya pergi dari kondisi keluarganya yang semakin hari semakin hancur.
Tetapi, hari dimana ia berulang tahun ke 17 tahun, Seungyoun menutup tato di pergelangan tangannya dan tidak pernah melihatnya lagi. Tidak saat ia melihat bagaimana ayahnya mendorong ibunya sampai kepala ibunya berdarah menghantam meja. Tidak saat ia lihat bagaimana tato di pergelangan tangan kedua orang tuanya berubah warna menjadi hitam.
Ia memutuskan untuk tidak lagi mempercayai keberadaan 'soulmate' ketika ia tidak melihat penyesalan di mata ayahnya, bahkan saat lelaki itu digiring oleh polisi meninggalkan rumah yang mereka tinggali bersama sejak Seungyoun lahir.
Bertepatan dengan putusnya kontak mata antara ia dengan ayahnya yang masuk mobil polisi, putus pula kepercayaanya tentang pasangan hidup dan segala tetek bengeknya.
Seungyoun dapat menghadapi semuanya sendiri. Ia tidak butuh seorang pasangan jika hanya berakhir terluka seperti ibunya.
__________________________________
"Seungyoun mau ikut tidak?" lelaki yang dipanggil namanya itu menolehkan kepalanya, melihat rekan-rekannya sudah berdiri menenteng tas tanda bahwa mereka akan pulang
"Kemana?"
"Ke resto shabu-shabu di ujung jalan, sedang ada diskon untuk paket All You Can Eat nya"
"Kalian saja, masih banyak laporan yang harus kuselesaikan" para koleganya itu hanya mengangguk, tahu bahwa Seungyoun tidak akan meninggalkan meja sampai tugasnya selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikat • gyulyoun
FanfictionSeungyoun tahu bahwa di dunia ini, semua orang memiliki pasangan hidup mereka masing-masing-atau biasa disebut Soulmate. Sampai ketika umurnya menginjak 17 tahun, Seungyoun memutuskan untuk menutup tato hati yang muncul pertama kali ketika ia berumu...