Hangyul sedang duduk di kasir, menatap jendela di sampingnya yang buram akan air hujan ketika ia mendengar suara lonceng yang menandakan bahwa pintu swalayan tempat ia bekerja barusaja terbuka.
"Selamat dat—eh?" Hangyul sudah berdiri, bersiap menyapa pelanggan satu-satunya yang datang semenjak satu jam yang lalu Bangkok diguyur hujan deras, namun yang ia temukan adalah Seungyoun, dengan poni yang menutupi sebelah matanya dan kemeja yang basah di bagian pundaknya.
"Seungyoun? kau baru pulang kerja? bukankah ini sudah terlalu larut?" Seungyoun tidak menjawab pertanyaan Hangyul, terus berjalan maju mendekati kasir.
"Oh atau kau berniat menjemputku? kau merindukanku? satu jam lagi aku akan berganti shift" aneh, pikir Hangyul. Lelaki itu masih tetap tidak menjawab godaannya.
"Seungyoun? Kau kenap—" tuk. Seungyoun yang sudah berdiri di depan Hangyul meletakkan kepalanya di ceruk lehernya, menumpukan tubuhnya yang disambut dengan melingkarnya tangan Hangyul di pinggang Seungyoun.
"Diamlah" Hangyul mengernyit mendengar suara Seungyoun yang lebih serak dari biasanya. Lelaki itu meletakkan tangannya yang sedang bebas di belakang leher Seungyoun, terkejut mendapati suhu tubuh yang tidak biasanya begitu tinggi.
"Hei, kau sakit? Badanmu sangat panas" Seungyoun tidak menjawab. Lelaki itu memilih menggesekkan hidungnya di pundak Hangyul sambil bergumam pelan,
"Pusing" Hangyul panik. Buru-buru ia tuntun tubuh lelaki dalam pelukannya untuk berjalan menuju belakang kasir
"Duduklah dulu, aku akan mengambilkan obat dan air putih. Dan ini, pakailah jaketku. Bagaimana bisa kau tetap hujan-hujan padahal sedang sakit begini—ayolah Seungyoun, duduklah" Seungyoun tetap tidak mau melepasnya. Bahkan lengannya yang tadi tergeletak bebas di samping tubuh kini sudah melingkar di pinggang Hangyul.
"Dingin. Jangan kemana-mana"
"Iya makanya minum obat. Lepaskan dahulu"
"Tidak mau"
"Lepaskan atau aku akan marah" Seungyoun melepas pelukannya, memilih untuk memundurkan tubuhnya satu langkah dan menghentakkan kakinya sebal. Hangyul kini dapat melihat bibir Seungyoun yang mengerucut tatkala lelaki itu mengangkat kepalanya
"Yasudah sana pergi saja" Hangyul terkekeh kecil melihat ulah seseorang di depannya, menangkupkan kedua telapaknya pada pipi Seungyoun lalu mengecup bibir itu sekilas.
"Manja sekali ternyata jika sakit" Hangyul lalu mendudukkan lelaki itu di kursi kasir. Mengelus surai hitamnya sejenak sebelum pergi ke arah rak obat dan mengambil obat demam. Saat ia kembali ke depan kasir, ia disambut oleh pemandangan yang hampir saja membuatnya berseru gemas. Seungyoun yang sedang bersandar pada kursi di belakang kasir kini memakai jaket Hangyul dan membuat telapak tangannya hilang dibalik jaket. Ia lalu menangkup wajahnya sendiri, membuat bibirnya mengerucut lucu karena tertekan oleh pipi.
"Hei minumlah ini" Hangyul menyodorkan obat serta air putih yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Seungyoun.
"Tidak suka"
"Seungyoun"
"Mau obat demam cair"
"Sayang" Seungyoun memelototi lelaki di depannya, sedangkan yang dipandang hanya tersenyum kecil.
"Minum atau aku akan memanggilmu sayang sampai Jinhyuk datang dan mendengar" Lagi-lagi Seungyoun kalah. Kenapa sih Hangyul suka sekali mengancamnya?
Tidak berapa lama setelah Seungyoun meminum obatnya, suara lonceng kembali terdengar. Kedua lelaki itu serempak menoleh ke arah pintu dan mendapati lelaki yang pernah Seungyoun temui di kedai kopi minggu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikat • gyulyoun
FanfictionSeungyoun tahu bahwa di dunia ini, semua orang memiliki pasangan hidup mereka masing-masing-atau biasa disebut Soulmate. Sampai ketika umurnya menginjak 17 tahun, Seungyoun memutuskan untuk menutup tato hati yang muncul pertama kali ketika ia berumu...