Sudah hampir dua jam keduanya sibuk di hadapan laptop masing-masing, tidak menghiraukan hiruk pikuk kedai kopi yang semakin penuh kala memasuki jam makan siang. Lelaki berkacamata dengan earphone di telinganya terus memainkan jarinya diatas keyboard laptop sampai-sampai tidak menyadari bahwa lelaki yang sedari tadi juga berkutat dengan laporan kini telah membereskan barang bawannya ke dalam tas.
"Seungyoun" lelaki itu memanggil namanya. Percuma, lagu yang ia putar menghalangi suara lain memasuki gendang telinganya. Yang memanggil pun menumpukan wajahnya dengan telapak tangan, memandangi sinar matahari yang jatuh pada wajah lelaki di hadapannya, membuat mata itu terlihat semakin cokelat. Semakin mempesona.
"Uyon" sekali lagi lelaki itu berusaha memanggil tapi tetap saja kediaman yang menjadi jawabannya. Menyunggingkan senyum tipis, ia meraih tato hati di pergelangan tangannya,
"Sayang" Seungyoun tersentak, mengangkat kepalanya dan kini berhadapan langsung dengan mata tajam lelaki yang entah sudah dari kapan memandanginya. Seungyoun menghentikan lagu yang ia putar sebelum melepas earphone di telinganya
"Kau memanggilku apa?"
"Sayang"
"Siapa yang menyuruhmu memanggilku dengan sebutan itu?"
"Hm tidak ada. Hanya saja aku telah memanggil namamu berkali-kali namun kau tidak menjawab. Begitu aku memanggilmu dengan sebutan sayang, kau langsung merespon. Haruskah mulai sekarang aku mengganti panggilanmu dengan sayang?" Seungyoun mencebikkan bibirnya sebal. Lelaki di hadapannya memang terlalu banyak berbicara!
"Jika kau memanggilku dengan sebutan itu, aku berjanji tidak akan pernah menengok atau menjawab panggilanmu"
"Sebutan apa?"
"Itu"
"Itu apa?"
"Sayang"
"Iya sayang?" kini bukan hanya kata-kata yang Seungyoun lemparkan, pulpen biru di sebelah laptopnya pun ikut melayang ke arah Hangyul yang dengan sigap menangkap meskipun oknumnya kini sedang tertawa lebar
"Kau memang sangat brutal ya? Besok-besok apa yang akan kau lempar? Kursi? Meja?"
"Akan kulempar lemari jika kau masih terus menggodaku" Seungyoun masih mengerucutkan bibirnya sebal sedangkan kini Hangyul balas menatapnya. Melemparkan senyuman yang membuat Seungyoun harus menahan mati-matian debaran di dadanya jika tidak ingin Hangyul terus menggodanya. Bisa habis ia jika Hangyul tahu bahwa tatapan lelaki itu membawa pengaruh besar terhadap Seungyoun.
"Bukankah kau bilang akan pergi jam 01.00? Sekarang sudah jam 01.18 dan kau masih disini"
"Aku menunggu teman-temanku. Mereka rupanya sedang makan di restoran seberang jalan itu dan mengusulkan untuk menghampiriku setelah mereka selesai makan" ujar Hangyul sambil menunjuk restoran jepang yang kini penuh sesak.
"Jam berapa kau akan pulang?" pertanyaan Seungyoun membuat Hangyul kembali menjatuhkan pandangan kepada lelaki di depannya. Selama 3 minggu ia mengenal Seungyoun, baru kali ini ia mendapat pertanyaan seperti ini
"Mungkin jam sepuluh?"
"Kau akan pulang ke asramamu? Atau kau akan menginap di apartemenku?" Hangyul semakin mengernyitkan dahinya. Hei, lelaki di depannya ini masih Seungyoun yang setiap hari mengusirnya tiap akan berangkat kerja kan?
"Seungyoun...kau tidak sedang keracunan kan?"
"Hah?"
"Hangyul!!!!" Belum sempat Hangyul bertanya lebih lanjut, ia mendengar namanya dipanggil dari arah pintu
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikat • gyulyoun
FanfictionSeungyoun tahu bahwa di dunia ini, semua orang memiliki pasangan hidup mereka masing-masing-atau biasa disebut Soulmate. Sampai ketika umurnya menginjak 17 tahun, Seungyoun memutuskan untuk menutup tato hati yang muncul pertama kali ketika ia berumu...