Manusia Penilai

48 5 7
                                    

"Manusia yang mampu menerima dirinya secara utuh akan mampu menerima orang lain dalam kondisi seperti apapun."

Dari sebuah kacamata yang diberikan orang-orang sekitar ini, kita berubah jadi seorang penilai. Kita jadi juri penilai nilai baik dan buruk, jelek dan bagus, terkadang yang dinilai juga diri sendiri. Ribetlah kacamata ini kalau di pakai, apalagi kalau kotor.

Coba kamu perhatikan di pikiranmu, kenapa sih kita bisa menilai orang itu buruk atau menilai orang itu baik ? Oke, mungkin dari sikapnya ya. Tetapi pernahkah kamu hidup dan mengalami pengalaman yang dia miliki ? sampai-sampai kamu bisa bilang bahwa dia itu orang jahat, buruk, hina, alay, dan masih banyak sebutan lain. Coba deh, kita refleksi diri bentar. Apa iya kita sebaik itu sampai bisa menilai orang lain ? Apa iya, kalau kita ditempatkan pada situasi yang sama, kita akan jadi seperti saat ini ?

Kacamata ini sifatnya korektif, apalagi dipakai orang-orang yang sudah merasa suci luar dalam, orang-orang ini biasanya kalau mandi sabunnya juga ditelen, menjadi sangat korektif dan tajam. Sifat korektif ini muncul dari kacamata kita. Lingkungan dan norma membuat suatu tata aturan yang dibuat agar setiap warga negaranya menjadi makhluk yang berbudiman. Alih-alih kita menjadi orang tertib tapi malah kacamata ini membuat kita jadi seorang penilai yang ajaib. Iya, ajaib. Bagaimana tidak ajaib, baru ketemu sama orang baru yang pakaiannya tak sesuai aja langsung di bilang tidak normatif lah, tidak sopan, tidak bagus, dan masih banyak lah. Emang kamu yang beliin baju ? dia aja beli baju udah nabung berhari-hari, eh, ada kamu datang-datang langsung menghujat.

Koreksi ini yang menyebar kemana-mana, sampai-sampai merusak hubungan kita, merusak jalinan kasih kita dengan do'i, orang tua, dan dengan diri sendiri. Banyak orang yang kemudian melihat dirinya sendiri pakai kacamata ini. Akhirnya, diri sendiri jadi korban koreksi,"wajahku kurang cantik, tubuhku kurang berisi, ahh... jelek," koreksi yang bikin kantong habis kalau dituruti semua. Akhirnya, beli make up dan obat-obatan agar citra dirinya mirip dengan angan-angan. Banyak juga yang akhirnya terkena gangguan makan biar kelihatan kurus, yang biasa kita sebut anorexia.

Sekali-kali kamu perlu kok muji-muji dirimu sendiri, walaupun kelihatan gak jelas. Ini jadi penting karena ketika pakai kacamata ini ke diri sendiri itu, lebih sering bikin pusing daripada senangnya. Ayoo, kadang lepas saja kacamatanya, kadang ini bisa membuatmu lebih bahagia lho.

Kacamata dunia kita kalau dipake, membuat kita berpikir "bagaimana menjadi ideal ?" dan ini kepikiran terus dimanapun kamu berada. Oke, di situasi tertentu kadang kita perlu pakai kacamata ini, tapi di situasi lain kadang kita perlu melepasnya. Kalau kamu terlalu terikat dengan kacamata ini, lama-lama kacamata ini pasti kotor dan membutakan padanganmu. Saat itu terjadi, hmmm, bawaanmu pasti semua-semua yang dilakuin orang lain salah, meskipun sebenarnya orang lain sudah berusaha sesempurna mungkin, tapi bagi kamu itu belum cukup. Bukan hanya orang lain, kadang kalau kacamata ini udah di kotori oleh luka-luka hati yang dialami sebelumnya, diri kamu sendiri juga ikutan kena. Banyak yang akhirnya membenci dirinya sendiri, sampai menyakiti diri sendiri. Apakah dengan menyakiti diri sendiri kamu bisa bahagia ? Bukankah, kamu tinggal melepas kacamata kotor itu ? asalkan kamu tahu, kamu terlalu berharga untuk terluka.

Pernah seorang kawan bercerita kalau dia merasa dirinya tubuhnya yang gemuk adalah sesuatu yang buruk. Untuk mendapatkan penghargaan orang lain, teman saya merasa harus mengurangi berat badannya sampai mencapai ideal. Akhirnya dia melakukan diet ketat, sampai pada titik, dimana dia merasa cemas untuk makan. Setelah beberapa bulan itu terjadi, kami sempat berbicara bersama untuk menggali apa yang membuat dia cemas untuk makan. Setelah beberapa lama kami berbicara muncullah satu kesimpulan, ada luka batin berupa trauma bullying yang dilakukan teman-temannya di masa lalu. Dia sekarang sudah kurus dan cantik, tapi dia tetap merasa cemas. Apa yang salah ? yang salah adalah kacamata yang dia pakai. Kacamatanya dibuat dari keyakinan bahwa cantik itu kurus, sedang gendut itu buruk, sedangkan kotorannya adalah perasaan malu dan minder ketika teman-temannya memberikan ucapan-ucapan buruk buat dia. Kamu mungkin adalah salah satu orang yang mirip dengan teman saya ini dalam situasi yang berbeda. Tapi percayalah, kamu jauh lebih berharga dari apa yang mereka katakan. Kamu cukup membersihkan kacamata kotor itu, atau bahkan melepasnya sama sekali. Apakah kamu nyaman hidup dengan kebencian pada diri sendiri, padahal sebenarnya kamu bisa mencintainya ? rasakanlah, keindahan kasih Tuhan dalam dirimu, sekarang.


Mungkin muncul di benakmu, "bagaimana mungkin aku melihat keindahan itu ? sedangkan diriku seperti ini" tapi sudahkah benar-benar kamu sadari seberapa hal baik yang ada di kehidupanmu ? sudahkah semua kamu sadari, kamu ingat ? kebaikan-kebaikan orang lain. Menerima diri kita secara utuh adalah menyadari segala kekurangan dan kelebihan kita sebagai bagian dari diri kita untuk belajar. Seperti saat kita sedang menggambar, tiap manusia diberi tinta dan kuasnya sendiri. Fokus kita adalah melukis seindah mungkin kanvas kita, bukan mencari cara agar tinta dan kuas kita semirip orang lain. Nikmatilah proses melukismu, sekeras apapun itu, kamu bukanlah yang orang lain ucapkan, kamu adalah apa kamu lukis lewat pikiranmu. 

Dasar Aku !! Memahami diri dengan sederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang