malu deh

88 15 3
                                    

vaergio secara berulang-ulang mengetukkan ujung pensilnya di atas meja, membuat suara ketukan yang tidak bisa dibilang pelan itu terdengar seisi kelas.

dia melamun. lebih tepatnya ga ngerti apa yang diajarin sama pak gibrah sekarang sih. pelajaran ekonomi, vaergio paling pasrah.

ketukan pensilnya masih terulang sampai akhirnya pak gibrah sendirilah yang menegur.

"vaergio, kamu kalau mau main musik ke ruang musik aja sekarang!"

yang ditegur tersentak, akhirnya ia bangun dari lamunannya sendiri.

"maaf pak..."

"sudah. sekarang kamu berdiri di luar kelas"

mata vaergio membulat, "yah, ampun pak! maaf dah ga bakal lakuin lagi—"

"sudah, ayo cepet kamu berdiri di luar sekarang. apa mau bapak suruh lari keliling lapangan?"

vaergio menggeleng cepat, ia lalu dengan lemasnya berdiri dari kursi dan berjalan keluar kelas.

"apes bener dah hari ini".

bel tanda pergantian pelajaran berbunyi. itu artinya hukuman vaergio selesai!

vaergio masuk dengan muka lelah dan langsung terduduk di kursinya. angin yang masuk dari jendela kelas membuat kelopak mata vaergio terasa berat.

matanya perlahan menutup, namun sensasi dingin yang tiba-tiba menjalar di pipinya membuatnya terlonjak.

"bangke!", vaergio kira pelakunya adalah xoniq. tapi nyatanya itu sam.

"eh kang— maksudnya sam!", keringet dingin mengucur turun dari dahi vaergio.

kenapa tiba-tiba gua berinteraksi sama sam!? duh malah muka gua lagi kucel kayak rakyat jelata gini.

"kenapa sam?", tanya vaergio. penasaran juga kenapa sam ada di depan dia sekarang.

"nih"

sam menyodorkan sebuah botol minuman dingin kesukaan vaergio, merk 'keringet pokari'.

"buat gua?", tanya vaergio dengan mata berbinar.

sam mengangguk lalu duduk di sebelah vaergio.

wajar, orang mereka duduk sebelahan.

gausah berharap terlalu tinggi deh vaer, nanti kalau jatuh sakit.

"sedih banget bangke"

"sedih kenapa?"

vaergio membelalak, "eh, kagak!"

sam mengangguk pelan, tapi perhatiannya masih terfokus pada pemuda di sampingnya.

"capek?"

kepala vaergio menengok ke samping sedetik kemudian. tatapannya ga bisa dibaca, antara bingung sama terkaget-kaget.

"hah- eh iya! eh kagak! eh iya maksudnya!", ia merutuki dirinya sendiri, dengan reflek menampol wajah sendiri. sadar vaer sadar

sam mengulas senyumnya melihat tingkah laku vaergio. terlalu lucu.


"kemarin ke kantin ya?"

nahloh, vaergio bingung mau gimana ngeladenin pertanyaan sam.

"gua tiap hari juga ke kantin, sam"

tepok jidat. vaergio nyesel, ngapain dia ngomong kayak gitu coba.

"umm.. terus kemarin lu ga sama xoniq ya?"

vaergio makin bingung.

ya bener sih, kemarin kan di kantinnya sama mikhail.

"iya, kemarin sama mikhail, dia anak kelas sebelah!", vaergio menjawab dengan senyum lebar. sam hanya mengangguk paham.

makin bingung, vaergio memiringkan kepalanya ke samping, "sam kenapa tanya? oh! mau kenalan ya?"

yang ditanya menggeleng cepat. ia malah keliatan cemberut sekarang, mengerutkan alisnya dalam.

"siapa juga yang mau kenalan", gumam sam yang untungnya ga didengar oleh vaergio.

"gapapa! mikhail itu emang keliatan jahat bego gitu tapi aslinya ga kok! eh tapi bego nya iya sih... heheh"

sam menggeleng pelan lagi, lebih milih mandangin mukanya vaergio aja sambil ngeliatin satu anak itu ngutak-ngatik pensil mekanik di tangannya.

entah sam mikir dia aneh karena mikir vaergio lucu, atau faktanya dia gak mengelak kalau vaergio memang lucu.

[tbc.]

🐰 : "sam! 1 kata buat vaergio, cepet!"

🐯 : "eh-"

🐯 : "vaergiolucubangetjadimakinsayang"

🐰 : *guling-gulingan di lantai*

a/n:

manis bikin diabetes hmhmhm

vaergioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang