❝Setelah mengenalmu duniaku tak sekelabu dulu.❞
Musim kemarau telah berakhir, libur panjangku telah usai. Aku kembali melakukan kegiatan seperti semula, sekolah, mengikuti ekstrakurikuler, les, belajar, dan belajar lagi. Terkadang aku bosan, hidupku hanya di jumpai dengan buku-buku.
Liburan pun aku tak kemanapun, hanya tiduran sambil membaca novel juga membantu ibu melakukan pekerjaan rumah, atau aku akan makan yang banyak lalu berhibernasi seperti beruang.
Aku pergi sekolah, duduk di kelas dan membuka buku pelajaranku. Aku anak yang membosankan, mungkin karena aku tak banyak bicara dan lebih senang berkencan dengan buku-buku kesayanganku, hingga teman-temanku tak tertarik denganku, entah itu dalam pertemanan biasa ataupun percintaan.
Pergi ke kantin, aku membeli sebuah roti selai stoberi dan susu pisang. Setelahnya aku akan ke perpustakaan, lalu sebelum masuk kelas aku akan ke toilet terlebih dahulu— sebuah kebiasaan untuk membuang air kecil agar aku bisa fokus di kelas dan tak perlu meminta izin keluar kelas.
Pulang sekolah aku langsung pulang ke rumah sekedar membersihkan diri lalu pergi les menghitung. Matematikaku tak buruk tapi aku harus terus mengasahnya. Semua kegiatanku selesai pada jam 10 malam lalu aku akan belajar sebentar sebelum tidur, mengulang materi yang aku pelajari di sekolah tadi.
Jika ada ekstrakulikuler maka aku akan pulang lebih lambat, tapi aku tak begitu suka dengan kegiatan seperti itu, aku hanya masuk satu ekstrakurikuler saja. Cari aman lebih tepatnya, jam-jam mereka tak bertubrukan walau aku jadi agak telat untuk pergi ke les, tapi itu tak begitu merepotkan.
Jangan salah kira, memang pulang malam itu tak baik untuk gadis sepertiku, tapi aku tinggal di tempat yang ramai jadi aku tak perlu khawatir. Kakakku tak bisa mengantar jemputku karena bekerja, biasanya dia mendapat shift malam. Orang tuaku selalu pergi ke luar kota, jadi aku harus terbiasa mandiri.
Tapi aku tak pernah menyangka, hidupku yang monoton ini akan berubah. Semenjak aku mengenal dirinya, tolong katakan kepadaku untuk sadar, aku tak berhak mencintai orang seperti dirinya. Kau tau, sebuah mimpi yang konyol.
Semenjak saat itu pula aku lebih sering pergi ke toilet, hanya sekedar untuk melewati kelasnya dan sedikit curi-curi pandang. Atau aku duduk lebih lama di kantin, mengamati dirinya yang sedang tertawa bersama teman-temannya. Aku tetap menghabiskan waktu di perpustakaan, namun tak sesering dulu.
Dan, coba tebak. Apa yang lebih menyenangkan lagi bagiku? Dia belajar di tempat les yang sama denganku. Walaupun kita beda ruangan. Aku ingin mengenalnya, aku ingin berada di dekatnya, sekedar melihatnya tersenyum, dan hatiku menghangat.
Aku mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim
Short Story[ ✔ ] "Tidak perlu, dia mengenalku pun tidak." Dengan begitu mudahnya, dia menyusup ke dalam hatiku. Dengan begitu mudahnya, dia menusuk ke dalam hatiku. Untukmu, Kim.