Denganmu

109 13 0
                                    

❝Tak perlu aku repot patah hati, kau telah meleburnya.❞

Aku tak pernah berfikir, aku denganmu akan sedekat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tak pernah berfikir, aku denganmu akan sedekat ini. Setiap hari kita tertawa, kita saling melempar canda. Terkadang rasanya aku lelah, karena sekelompok penggemar fanatik seorang Kim selalu mengancamku. Tapi, karena itulah aku juga bersyukur, Kim meminta agar tak pernah jauh lagi dariku.

Aku berterimakasih kepada temanku— Irene yang meneriakkan namaku paling keras saat penunjukan wakil untuk pembuatan konsep festival kala itu. Karena sejak itu, Aku dan Kim terikat. Kau tau, pikiran Kim terlalu unik dan pikiranku terlalu logis, katanya. Kita saling membutuhan lalu berkerjasama untuk membuat pertunjukan drama yang sempurna.

Entah bagaimana caranya, yang aku ingat saat pertunjukan puncak festival kala itu Kim ada di sampingku. Kim Taehyung menawariku sebuah jaket dan aku tak bisa menolak karena Kim telah terlebih dahulu memakaikannya kepadaku. Akhirnya, kita saling mentertawai drama dan menikmati kembang api yang berkilauan di langit malam itu.

"Temui aku di kafe **** jam delapan malam."

Begitulah katanya saat aku tak sengaja berpaspasan dengannya di koridor. Ingin menagih jaket kala itu, aku hanya mengangguk dan menepati janji malam harinya. Dan malam itu Kim meminta ID-ku. Coba tebak apa yang diucapnya?

"Agar tak kesulitan lagi, mari saling bertukar ID dan berbicara sampai dini hari."

Rasanya, pipiku bagai udang rebus kala itu dan Kim menyadarinya. Dia tertawa dan aku semakin malu, berakhir tangannya yang mengacak pucuk kepalaku sambil aku yang menunduk malu.

Sejak saat itu Kim dan Aku benar-benar saling membantu, ketika Aku kesulitan dengan PR-ku atau Kim yang kesulitan membawa barang dari penggemarnya. Kim juga benar-benar menelponku sampai dini hari.

Kim tak pernah ingkar janji.

Bahkan sampai tersebar rumor bahwa Aku dan Kim adalah sepasang kekasih, namun nyatanya tidak. Kim mengetahui itu, dia tidak masalah— tapi aku sepertinya yang bermasalah. Karena, kenapa kita tidak benar-benar menjadi sepasang kekasih saja?

Entah sejak kapan aku menjadi serakah. Bahkan saat Kim sedang sibuk bergelut dengan ujian akhirnya, aku tetap berharap Kim menelponku, atau sekedar mengirimiku pesan singkat.

Tapi Kim tak melakukannya. Aku sadar, aku hanyalah bagian kecil dari kehidupannya, yang mungkin tak berarti.

Beraninya aku bermimpi bahwa Kim akan jadi kekasihku nanti.

KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang