Kim

130 14 5
                                    

❝Sebuah cara yang tak lain dungu adalah menyia-nyiakanmu.❞

Hari kelulusan Kim Taehyung, Aku melihatnya dari kejauhan dia sedang mengedarkan pandangan entah mencari apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari kelulusan Kim Taehyung, Aku melihatnya dari kejauhan dia sedang mengedarkan pandangan entah mencari apa.

Saat matanya menemukanku Kim melambai sambil tersenyum cerah. Berhasil membuatku lupa, tentang hari-hari di mana aku menanti telepon darinya seharian. Atau hari dimana dia tak menoleh saat kupanggil dari kejauhan.

Kim menepati janjinya.

Ya, nyatanya seorang Kim Taehyung tak pernah ingkar janji. Kim bilang akan mengingatku di hari terakhirnya, dia telah berjanji. Dan di sinilah aku, bersamanya di hari terakhir Kim sebagai murid kelas akhir sekolah menengah atas.

Kulihat senyumnya merekah memeluk sebucket bunga dariku, lalu menghadap kamera hendak mengabadikan momen yang berharga.

Aku mati-matian menahan air mataku agar tak tumpah, di hadapan Kim Taehyung. Takut, aku tak akan bertemu dengannya lagi atau dia akan melupakanku nantinya. Kim murid yang pintar, ingat? itulah alasan mengapa dia diikut-sertakan dalam pembentukan konsep festival dulu.

Dan ponselku kembali berdering pukul dua dini hari hanya karena Kim. Dia memintaku untuk menemaninya— mengecek satu persatu E-mail, berharap sebuah surat dari Universitas ternama menyatakan bahwa dia lulus test dan diterima.

Benar saja, Kim benar-benar diterima. Aku sangat senang mendengar Kim yang tak henti-hentinya mengungkapkan kebahagiaannya di seberang telepon sana. Tapi, itu artinya Kim akan pergi ke tempat yang jauh. Sangat jauh, karena Kim akan pergi ke luar negeri.

Karena itulah, sebelum dia meninggalkan tanah airnya, Kim selalu mengajakku keliling kota hampir setiap hari. Entah itu sekedar menikmati makanan di kedai pinggir kota, melihat matahari terbenam, atau pergi ke taman tempat dia sering menghabiskan masa kecilnya.

Aku merasa sangat berharga, kau tau. Sampai hari itu tiba, dimana Kim harus pergi untuk masa depannya. Aku menemani Kim ke bandara, dan untuk pertamakalinya Kim memelukku sangat lama, sampai tak sadar berapa menit yang telah kita habiskan.

Pulang dari bandara, aku duduk di samping jendela kamarku. Kuamati hujan yang kian deras, yang rasanya semesta sedang mengejekku. Membuatku hanyut di dalamnya. Entah kenapa dadaku terasa sesak tapi air mataku tak kunjung jatuh.

Sampai ponselku berdering menyadarkan lamunanku. Kudapat satu pesan dari Kim dan satu lagi dari Irene yang berisikan tautan berita, seketika berhasil membuatku menegang.

Tertulis di sana, maskapai yang di tumpangi Kim menghilang, jatuh ke dasar laut. Dikarenakan badai yang tiba-tiba datang. Membuatku menemukan alasan untuk mendorong air mataku tumpah.

Lalu tanganku gemetar, membaca pesan dari Kim— yang terkirim sejak setengah jam lalu yang berisikan sebuah pesan singkat.

"Aku mencintaimu."

Rasanya hatiku tertusuk, sesak memenuhi rongga dadaku.

Aku juga mencintaimu, Kim.

Tangisanku semakin menjadi-jadi. Akhirnya kau mengatakannya. Kau benar-benar mengatakannya.

Dan sampai akhir aku adalah seorang pengecut, bahkan sampai kepergianmu aku tak bisa mengungkapkan perasaanku.

Lalu di sela tangisanku teringat satu janji yang terucap dari bibirmu bahwa, kau akan mengingatku di hari terakhirmu.

Fin.



Hai??? Terimakasih telah berkenan membaca short story yang sepertinya tidak short dan abal-abal iniㅋㅋㅋㅋ.

Maaf ya kalau nggak ngefeel, aku kurang pintar memikat hehe.

Aku butuh kritik dan saran ya yorobun~

Have a nice day everyone!💜

KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang