BAB 1

13 0 0
                                    

Hanya butuh satu tatapan maka orang akan paham maunya. Hanya butuh satu lirikan orang akan bersedia melayaninya.

Dan hanya butuh satu senyuman, maka semua wanita pun akan bertekuk lutut padanya.

Dialah Randeas Alvaro Benedict. Seorang pengusaha muda yang sukses, tampan, mapan dan bermartabat. Seorang pria tampan yang amat di agung-agungkan namanya oleh semua kalangan, tak hanya wanita namun juga pria.

Randeas Alvaro Benedict pengusaha berjiwa malaikat, namun bersikap layaknya iblis yang kejam dan tak berperasaan. Jangan tanya kapan orang bisa melihat senyuman di wajahnya, karena kalian tak akan bisa menemukannya. Dia angkuh, dingin dan disiplin, mungkin itulah jawaban dari Kunci sukses ala Randeas.

Namun jangan salah dengan kisah percintaannya, jangan kalian pikir orang yang dingin dan angkuh tak punya hati dan perasaan, terkadang keangkuhan mereka hanya diluaranya saja, padahal hatinya bak hello Kitty.

Randeas adalah sosok pria setia zaman Now, sosok pria yang hanya mencintai satu wanita, dan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan cintanya, hanya pada satu wanita, dan ia adalah Sarah.

Wanita yang tak sengaja ia kenal semasa menempuh bangku kuliah, berjuang bersama untuk meraih toga, hingga akhirnya mereka terikat dalam satu hubungan sebagai sepasang kekasih.

Masa-masa indah mereka lalui dengan cara mereka sendiri, atau lebih tepatnya dengan cara Randeas sendiri.

Tidak ada Romantisme

Tidak ada sebuket bunga, atau sekotak cokelat di hari kasih sayang.

Yang ada hanyalah ketergantungan satu sama lain, dan selalu ada di saat senang maupun susah. Setidaknya hal itu telah Sarah pelajari selama empat tahun menjalin kasih dengan Randeas.

Bahkan saat bersamanya pun Lelaki ini tetap pada pendiriannya yaitu pelit senyum. Maka jika Sarah melihat segaris bibir kekasihnya itu terangkat sedikit saja, maka ia akan merasa bahagia bukan kepalang.

"Berapa lama kamu ada disana?" Tanya Sarah sembari membenarkan ikatan dasi sang kekasih.

"1 Minggu" jawab Deas dengan singkat.

"Gak bisa di percepat? Apa saja yang harus dilakukan di desa kecil itu, hingga memakan waktu satu Minggu?" Sarah merengek dengan tangan yang sudah melingkar di leher Deas.

"Kau tak perlu tahu, yang jelas amat banyak!" Tegas Deas seakan tak mau di bantah.

Sarah hanya menghela napas panjang dan mencoba memahami Deas yang termasuk pria pekerja keras itu.

"Kalau begitu, aku akan minta satu hal padamu, sebagai penebus satu Minggu tanpa dirimu" tawar Sarah yang membuat kening Deas mengkerut.

"Setelah kunjungan mu selesai aku ingin kita berdua berlibur, bagaimana? Mau, ya? Please!" Sarah terus merengek berharap rayuannya berhasil dan benar saja Deas mengangguk tanda setuju, meskipun sempat mendesah sebelumnya.

"Yes! Thank u sayang!" Sarah mengecup singkat pipi Deas, membuat pria itu sedikit menyunggingkan senyuman tipis layaknya Deas biasanya.

Lama bercengkrama dengan pujaan hatinya itu, tiba-tiba suara ketukan pintu tedengar menginterupsi lovey-dovey sepasang kekasih.

"Ekheemm.. maaf mengganggu romantisme kalian, tapi ini sudah waktunya untuk berangkat" ungkap pria ber jas rapi bernama Kevin itu, Sekretaris kantor yang memang dipilih karena Sarah tak mau pacarnya itu memiliki sekretaris seorang perempuan. Tentu saja Deas menurut.

Sarah yang merasa di ganggu hanya berdecak kesal lalu melepaskan tangannya yang bergelantung dari leher Deas.

"Pergilah... See u in the next week" ucap Sarah dengan senyum manisnya, membuat Deas terpanggil untuk sekedar mengecup bibir itu.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang