Part 1
Hembusan angin dan kicauan burung dipagi hari ini menemani Icha yang tengah mengayuhkan sepedanya untuk menuju kesekolahan, menimbulkan suasana kesejukan di dalam dirinya. Hari ini hari pertama Icha masuk sekolah setelah libur satu bulan lamanya, ya.. lama. Mungkin bagi siswa-siswi lain satu bulan itu waktu yang sebentar, namun tidak dengan Icha. Waktu satu bulan itu sungguh lama, menghabiskan waktu untuk melakukan sesuatu yang tidak ada gunanya itu benar-benar tidak ada manfaatnya. Ia lebih suka berada disekolah, mendengarkan guru yang sedang menerangkan materi pelajaran, dan memberikan soal-soal latihan disetiap jam pelajaran.
Icha memang termasuk siswi yang rajin dan pintar. Jadi tidak heran ia selalu menghabiskan waktu luangnya hanya untuk belajar dan membaca buku. Dirinya disekolah juga selalu mendapatkan nilai diatas rata-rata, Icha juga selalu menjadi kebanggaan setiap guru mata pelajaran karena tingkat kecerdasaannya.
Setelah beberapa menit lamanya, Ichapun sampai disekolah, perempuan yang memiliki bulu mata lentik itu meletakan sepedanya didekat sepeda motor milik siswa-siswi lain. Lalu ia berjalan memasuki aula gedung sekolah yang mulai ramai dengan siswa-siswi baru, Icha berjalan sambil menelusuri banyak nya siswa-siswi dibagian lapangan utama ini, berusaha mencari sahabatnya, Lia. Karena menurutnya cara ini tidak akan berhasil, Icha memutuskan untuk menghubungkan Lia dengan cara menelfonnya.
"Halo cha?". Terdengar suara seorang perempuan didalam telepon, tidak lain dan tidak bukan itu adalah Lia.
"Lia, lo dimana?" Icha bertanya pada Lia.
"Gue dikelas lama, sini buruan"
"Oke, gue kesana" Icha pun mematikan telponnya.
Icha berjalan menuju kelas lamanya waktu kelas X, sesampainya disana Icha melihat Lia sedang duduk bersama seorang laki-laki yang wajahnya hampir mirip dengan Lia.
"Hai cha, sini!" Lia menyapa Icha dan menyuruhnya untuk duduk dibangku panjang tepat didepan mading kelas bersama Lia dan seorang laki-laki itu.
Icha berjalan dan duduk disamping Lia, "Hai Lia, eh.. Liano. kok tumben kalian bareng gini, biasa juga kalo ketemu heboh terus". Laki-laki itu bernama Liano, kembaran Liana. Mereka beda 5 menit saat dilahirkan, Liano lahir duluan sebelum Liana, kembar mereka terlihat dari wajah mereka yang benar-benar mirip, mereka sama-sama mempunyai dua lesung pipi disetiap pipi mereka, nama mereka juga hampir sama, Liano Apriona Zy. dan Liana Apriona Zy. mereka memiliki banyak kesamaan, banyak orang yang mengira kalau mereka itu sepasang kekasih yang berjodoh namun nyatanya mereka kembar yang sangat identik.
"Lah.. Kenapa emangnya? Ga boleh? Gue kan abangnya wajar dong kalo gue nemenin adek gue yang rempong ini" Liano membuka mulutnya.
"Dih.. Nyolot loh, bilangin gue rempong lagi, bilang aja temen-temen lo yang ngenez itu blom datang trus lo nempel-nempel ke gue biar ga kayak orang be'go kesana-sini sendiri, ye kan?!" Kali ini Liana yang membuka suara.
"Lah kok jadi lo sih yang nyolot, gue kan ngomongnya ama Icha bukan sama lo, lo kan emang rempong jadi ya udah terima aja" Liano tidak mau kalah dengan Liana.
"Kok lo makin lama makin nyebelin si No, gue bilangin bunda nih".
"Ye.. kan lo duluan yang mulai"
Liana yang untuk kesekian kalinya ingin menjawab perkataan Liano kini dihadang olo Icha yang melerai mereka berdua, "Eh.. udah, kok malah berantem, barusan aja adem ayem, ini malah ribut-ribut lagi. Udah, diem".
"Abis temen lo nih cha yang.. "
"UDAH!" Icha memotong pembicaraan Liano dan memberikan tatapan tajam tanda agar Liano berhenti untuk menyambungkan perdebat-an nya dengan Liana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVAN
Teen FictionAgasa Devan Pratama, bukan laki-laki yang femous disekolah, bukan laki-laki bad boy yang disukai banyak cewek-cewek disekolah, bukan laki-laki playboy yang nembak seluruh populasi cewek disekolah, bukan juga cowok dingin yang suka ngomong singkat se...