*Radithya POV*
"Mom, you're being unreasonable. I don't even like her." ujarku begitu sampai di kediaman orangtuaku. ya, hari ini aku sengaja untuk tidak kembali ke penthouse ku. Perjodohan ini benar benar mengusikku.
"Kamu pasti bakal suka begitu kamu kenal Nathasa, Dith. Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Dicoba dulu aja yaa" jawab Mama santai. Tersenyum lebar.
"Mam..." protesku. Aku benar-benar gerah dengan tingkah mereka. Selalu menganggap bahwa yang mereka lakukan adalah yang terbaik untukku.
"Mam, sekarang bukan zaman siti nurbaya. We live in the millenium era. Siti Nurbaya doesn't even existed. It's just a story not even real! Jodoh jodohan gini gak make sense banget Ma! Come on!"
"Karena menurut kamu Siti Nurbaya gak eksis, makanya oma pengen perjodohan kamu ini nyata, sayang. Gak pakai Datuk Maringgih, gak pakai Siti Nurbaya, gak pakai Syamsul Bahri. Cuma kamu dan Nathasa. No orang ketiga!" potong Oma tertawa kecil sembari duduk menghampiriku.
"Nathasa aja setuju, kenapa kamu nolak? Kurang cakep ya? Apa kurang putih? Kurang tinggi? Kurang langsing?
Radith menggeleng acuh. Oma menghela nafas.
"Kurang apa donk, Dith?"
Damn! Aku hanya bisa mengutuk kesal! Aku baru ingat kalau gadis itu menyetujui perjodohan konyol ini. Gadis bodoh! Gimana bisa gadis bego itu langsung setuju ama perjodohan ini?
"Dith, ini bukan jodoh jodohan seperti yang kamu pikirin. Emang sih ini cuma obrolan singkat berujung janji manis, jauh sebelum kamu lahir. Opa Gerraldy temen baiknya Opa Riffat. Papa kamu dan Nathasa juga teman baik dari kecil. Keluarga kita udah saling kenal. Ya why not buat lebih dari sekedar teman baik. Hmm?" jawab Oma.
"Radith gak peduli soal janji itu, Oma! Radith gak setuju dengan perjodohan ini! Radith bahkan gak kenal siapa Nathasa, Oma!"
"Radith... sayang, kita gak maksa kamu buat nikahin Nathasa besok kok. Apa salahnya di coba sih sayang?" ujar Oma. Secara halus Oma dan Mama seolah ingin mengatakan Nathasa lah satu-satunya perempuan yang akan menjadi menantu selanjutnya di keluarga Mandala. Bukan wanita lain.
"You'll never know what will happen, Nak" jawab Mama, tersenyum hangat dan beranjak meninggalkanku dan Oma di ruang tengah. Oma mendekat, mengusap punggung tanganku, mencoba membujukku.
"Coba jalanin dulu aja, klo gak cocok toh juga kita gak bisa maksain"
Noted! Aku merekam baik-baik kata-kata Oma barusan. Masih ada kemungkinan untuk menolak perjodohan ini jika aku merasa tidak cocok dengan gadis itu. Aku bisa sedikit bernafas lega.
***
"wohooo.. I smell something fishy! " ujar Adrian begitu masuk ke ruangan Radithya.
Adrian menoleh ke arah sofa dimana Dimas dan Arya sedang bersantai, membentuk telunjuk dan jempolnya seolah olah seperti pistol dan mengarahkannya kepada Dimas dan Arya berturut-turut. Seakan-akan ia menembakkan peluru ke arah mereka. Dimas dan Arya menjatuhkan diri di Sofa, mengikuti permainan Adrian, seolah mereka jatuh tertembak. Childish!
Dimas dan Arya sengaja berkumpul di kantor Radith begitu Adrian bilang akan mengabari mereka tentang berita heboh siang ini di ruangan Radith. Tentu saja Radith tidak tahu menahu soal rencana Adrian.
"Congratulation and celebration! Congratulation nana nana nana ma bro!" Adrian berhenti sejenak, terlihat berpikir.
"No no no! Ganti lagu. Lupa lirik." Adrian tersenyum sumringah sambil berjalan ke meja Radith dan menodongkan dua pistol jejadiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hurts
Non-FictionBuat Nathasa, Radithya adalah pria pertama yang tak tertarik padanya. Dan hal ini jelas menggusiknya. Ditambah lagi, jantungnya selalu saja berdebar kencang sejak ia bertemu Radithya. Bukan karena ketampanan parasnya, tapi Nathasa lebih tertarik aka...