1

4 0 0
                                    


Siapa yang tak pernah merasakan masa remaja? Ya! Semua orang pernah merasakan masa remaja. Masa-masa indah dimana tawa, kasih, cinta, dan sahabat mulai bermunculan. Banyak hal-hal baru ingin di coba saat masa remaja.
Salah satunya cinta.

Seorang gadis bernama Alysia Andriani, sedang berjalan menyusuri lorong sekolah yang masih sangat sepi. Dia merasa sangat senang, karena dia sekarang telah menjadi siswi SMP kelas 3. Dia akan mendapatkan teman-teman baru, teman-teman dari kelas lain yang telah di acak. Alysia berusia 13 tahun. Ulang tahunnya telah dirayakan nya pada 3 bulan yang lalu, pada bulan April ketika dia masih duduk di kelas 8.

Hari ini, pelajaran pertama adalah pelajaran olahraga. Alysia meletakkan tas nya diatas meja. Tak lama kemudian sahabat dekatnya datang.

"Hai. " Sapanya. Dia adalah Kimberly. Panggil saja Kim. Alysia dan Kim telah berteman sejak kecil, dan mereka selalu bersama dan selalu berada dalam kelas yang sama.

"Hai. Apa ada PR? " Kim membalas sapaan Alysia dan langsung menanyakan pekerjaan rumah. Alysia terkekeh mendengar pertanyaan sahabatnya ini.

"Aku tau maksudmu. Ini buku ku, salinlah. Aku tau kamu tidak mengerjakan PR. " Alysia meletakkan bukunya ke atas meja.

Alysia dilahirkan dengan otak yang berada di atas normal. Lihat saja, usianya baru menginjak 13 tahun, tetapi dia sudah berada dikelas 9. Saat masih kecil pun, Alysia tidak pernah merasakan taman kanak-kanak.

"Kau tau saja. " Kim duduk di samping Alysia dan segera menyalin jawaban.

"Alysia, apa kau tau? " Tanya Kim di sela-sela kegiatan menyalinnya.

"Tau apa? "

"Katanya ada murid baru yang pindah ke sekolah kita. " Kim memandang Alysia.

"Benarkah? Kelas berapa dia? " Tanya Alysia, penasaran.

"Sama dengan kita, dia kelas 9." Ujar Kim dan melanjutkan aktivitas nya.

"Wah, begitu ya. Apa kira-kira dia akan sekelas dengan kita? " Tanya Alysia bersemangat.

"Aku rasa tidak. " Kim meletakkan pulpen nya dan kembali menatap Alysia.

"Kenapa tidak? Dari dulu aku tidak pernah sekelas dengan siswa baru. Mulai dari Widya kelas 7C, kemudian Emy kelas 7A, lalu Fery waktu kita kelas 8 dia malah masuk ke kelas 8B. " Alysia menggerutu.

"Bukan karena apa Alysia. Kau tau kan kita sekarang berada di kelas 9A, kelasnya bagi murid-murid berprestasi, sebagian. "

"Kalau dia juga berprestasi bagaimana? " Tanya Alysia lagi. Seakan-akan dia ingin anak baru itu sekelas dengannya.

"Kau ini, dijelaskan pun masih saja tidak mengerti. Kembali jadi anak-anak saja deh, otak mu terlalu polos dan penuh pertanyaan. " Kim sedikit kesal dan kembali menulis.

"Kalau aku kembali jadi anak-anak, maka Kim tidak akan mengerjakan PR. " Balas Alysia singkat.

Kim hanya bisa memutar bola matanya malas. Lama-lama dia bisa jadi cepat tua jika selalu mendengarkan ocehan Alysia.

"Terserah kau saja lah. " Alysia tertawa karena berhasil membuat sahabatnya kesal.

***

Setelah bel berbunyi, siswa siswi kelas 9A segera menuju ke lapangan dengan memakai pakaian olahraga. Suara peluit dari guru olahraga sudah terdengar selama kurang lebih 1 menit.

"Ayo anak-anak! Cepat! Kita lakukan pemanasan dulu! " Suara guru itu sangat nyaring.

Semua siswa berbaris rapi dan siap melakukan pemanasan sebelum berolahraga. Tapi, tiba-tiba mata Alysia menangkap sosok asing yang tidak pernah dilihatnya sekalipun. Sosok itu berjalan keluar dari ruang Kepala Sekolah bersama seorang siswa kelas 9C bernama Ferdy. Tak ingin terlalu memikirkan itu, Alysia memfokuskan dirinya pada pemanasan.

Hampir setengah jam pemanasan dan olahraga dilakukan, Alysia dan teman-temannya duduk di kursi yang berada di bawah pohon mangga. Mata Alysia terus mengikuti sosok tadi. Terlihat sosok itu berbicara dengan Ferdy. Alysia semakin penasaran. Dengan memberanikan diri, dia bertanya pada teman-temannya.

"Dia siapa? Siswa baru itu, ya? "

Teman-temannya mengikuti arah mulut Alysia yang menunjuk ke sosok itu.

"Oooh, itu. " Kata Arif.

"Dia itu siswa baru. Namanya Devan. Dia murid pindahan dari SMP 5." ucap Jhorgi. Panggil saja dia Ogi. Dia teman sekaligus sahabat laki-laki pertama Alysia ketika Alysia menginjakkan kaki ke SMP.

"Bukannya Devan mantannya Selvi, ya?" tanya Emy.

"Iya. Mantan Selvi waktu kelas 8." jawab Arif. Arif juga sahabat Alysia, tapi dia juga mantan Alysia.

"Waktu SD, kami satu sekolah. " kata Ogi.

Alysia hanya mendengarkan perkataan teman-teman nya. Entah kenapa, sepertinya Alysia begitu penasaran dengan Devan.

***

Sekarang pelajaran terakhir, Bahasa Indonesia. Alysia dan beberapa temannya sedang mempresentasikan tugas yang telah di berikan. Ketika teman nya sedang memberikan penjelasan, tiba-tiba  Devan berjalan melewati kelas nya. Alysia memperhatikan Devan dari tempatnya berdiri. Cara berjalan Devan sangat lentur tapi tidak membuatnya seperti perempuan. Takut ada yang menyadari tatapan nya itu, Alysia segera menoleh kembali ke arah teman-temannya.

Ada perasaan aneh didalam diri Alysia, tapi dia tidak tau. Hingga pada waktu pulang pun, Alysia tetap mencuri pandang. Dia mengintip Devan yang berjalan melewati kelas nya di balik pintu.

"Alysia! Ayo pulang! " teriak Kim. Perlahan punggung Devan mulai menghilang di kejauhan. Alysia berjalan pulang menuju tempat Kim berdiri.

"Kenapa lama sekali? " tanya Kim.

"Itu, anu, aku lagi cari buku ku tadi. " elak Alysia. Dia tidak mau kalau Kim tau kalau dia sedang mengintip Devan.

"Oh. Udah ketemu belum? "

"Udah. Ayo pulang. " Alysia berjalan meninggalkan Kim yang masih memandanginya.

"Ada-ada saja anak itu. "

***

Hai friends 😁
Saya balik lagi dengan cerita baru. Ada beberapa cerita saya yang sudah saya up tapi saya hapus lagi soal nya jalan ceritanya absurd banget. Semoga yang ini nggak ya😅
Jangan lupa vote nya trus kalau ada yang harus di komentari jangan segan, soal nya saya juga amatir ✌

Salam 45💪

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You not hurt me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang