Chapter 2 : School

57 9 0
                                    


Gerbang sekolah terbuka lebar, mempersilahkan mobil yang ditumpangi kelima anak SMA beserta sopir itu masuk.

"Pak hari ini gak perlu jemput kita" ucap Jungmo, tangannya sibuk menanggalkan sabuk pengamannya.

"Lho, kenapa?" tanya sang sopir heran.

"Aku hari ini ada klub, Hyunbin juga. Wonjin mau kerja kelompok. Hyungjun mau nonton sama temennya" jelas Hyung tertua. "Kalo Minhee...." Jungmo menatap Minhee, dan yang ditatap tidak sadar, "Dia gak tau mau kemana, dia gak bilang" lanjutnya.

"Minhee mau bapak jemput?" tanya sopir lembut seraya melihat kearah yang ditanya itu.

"Gak usah Pa" jawab Minhee singkat.

Kelima anak itu menghambur keluar mobil. Satu persatu mulai melangkahkan kakinya menuju gedung tingkat bercat kuning itu.

"Minhee tungguin Hyungjun" Hyungjun mengejar Minhee yang sudah berjarak cukup jauh darinya. Tak heran dengan kaki Minhee yang panjang membuat setiap langkahnya lebar dan terasa lebih cepat. Berbeda dengan Hyungjun yang kakinya tidak mendominasi tubuhnya.

"Minhee hari ini mau kemana?" tanya Hyungjun dengan kedipan bola matanya yang bulat menatap Minhee.

"Pengen tau aja siii" Minhee kemudian mempercepat langkahnya, meninggalkan Hyungjun yang kini menatap punggung Minhee sambil mempoutkan bibirnya.

+ + +

"Kamu ikut klub lagi?" tanya Hyunbin kepada Jungmo, kembarannya.

Kembar? Ya. Itu merupakan pertanyaan sebagian besar teman-temannya pada Jungmo dan Hyunbin saat mereka baru masuk sekolah. Mereka sudah biasa menanggapi pertanyaan itu. Mungkin sudah puluhan kali mereka menjelaskan tentang kembarnya mereka itu. Dan ini juga berlaku bagi si bungsu, Minhee dan Hyungjun.

"Yaa... Aku diangkat jadi ketua klub Go Green, jadi mau gak mau harus ikut" jelas Jungmo. "Kamu sendiri? Tumbenan kali ini ikut klub" Jungmo balik bertanya pada Hyunbin yang duduk di bangku belakang.

"Ahh mm.. Gabut.. Haha" jawab Hyunbin sambil ketawa. Jungmo terkekeh melihat tingkah adiknya itu.
"Bermanfaat sekali kegabutanmu itu" ejek Jungmo.







+ + +

"Wonjin !"

Kaya ada yang manggil -batin Wonjin

"Yaak Wonjin-ah!"

Panggilan itu makin keras. Wonjin menoleh. Benar saja. Dilihatnya sosok laki-laki jangkung. Temannya, Kim Mingyu tengah menghampirinya.

"Oh Mingyu, kenapa?" tanya Wonjin.

"Hari ini kita jadi 'kan kerja kelompok?"

"Ya jadi dong, males kalo terus ditunda-tunda, libur semester 'kan bentar lagi, pokoknya sesegera mungkin harus beres" jawab Wonjin dengan tekadnya. Mingyu menatap Wonjin heran, lalu tertawa renyah. "Okeh" Mingyu mengacungkan ibu jarinya.


















Kriiiiiiiiiiing


Bel istirahat terdengar diseluruh penjuru sekolah. Kantin hari ini sesak dipenuhi siswa-siswi kelaparan. Kedai-kedai ikut padat oleh antrian. Bangku-bangku kantin penuh, tidak ada tempat kosong satupun. Jungmo dan Hyunbin yang terbiasa makan di kantin harus mengurungkan niatnya. Keduanya hanya memesan makanan dan membawanya ke atap sekolah. Beruntung, tak ada seorang pun disana. Acara makan makan si kembar tidak akan terganggu oleh siapapun.


Cklek



Pintu atap sekolah terbuka. Keduanya menatap pintu itu berbarengan. Lalu muncullah si kembar yang lain dari balik pintu, sambil membawa sekotak makanan dan sebotol air. Keempatnya kini saling bertatapan.

"Lho.. Hyung, kenapa disini, tumben gak di kantin?" tanya Minhee heran. Halis tebalnya bertautan.

"Kantin penuh, sesak banget kayak di pasar" jawab Jungmo. "Sini duduk, berdiri terus, nanti pegel !" Jungmo menepuk-nepuk tempat kosong disampingnya, menyuruh adik-adiknya untuk duduk. Minhee dan Hyungjun menghampiri Hyungnya, dan duduk disampingnya.

Keempatnya kini melahap makanannya, sambil sesekali menatap langit yang sedikit berawan, membuat atap sekolah menjadi sedikit teduh.


Cklek



Suara pintu membuat fokus keempatnya teralihkan. Dia melihat seseorang muncul. Wonjin, sambil tersenyum kearah mereka.

"Lengkap deh" timbrung Wonjin yang tiba-tiba duduk disamping Hyunbin. Keempat saudaranya menatap Wonjin dengan seksama. "Selamat makan" Wonjin tersenyum sambil mengangkat makanannya seraya membalas tatapan saudara-saudaranya. Keempatnya kini tertawa melihat tingkah si anak tanpa kembaran itu.





















































ThankQ for reading 🤗

See ya next chapter 🐭

I luv u 💓-fr

Unexpected HolidayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang