Chapter 5

55 5 0
                                    

Ding dong deng.........

‘Kepada seluruh siswa diharapkan untuk segera berkumpul di lapangan upacara, kepada anggota OSIS dimohon untuk ikut serta mengatur dan merapikan barisan’.

Suara derap langkah terdengar di seluruh penjuru sekolah. Para siswa berhambur keluar dari kelas masing-masing untuk segera berkumpul di lapangan upacara. Tak lupa anggota OSIS yang lebih dulu standby di lapangan untuk mengatur barisan para siswa.

“Tolong barisannya di rapihkan!”

“Siswa yang berada di barisan belakang, tolong sesuaikan barisannya dengan orang didepannya!”

Begitu teriakan para anggota OSIS yang sedang merapikan barisan para siswa.

Setelah seluruh siswa berbaris dengan teratur, datanglah kepala sekolah dan segera menaiki podium untuk memberikan sambutan dan pesan-pesan kepada siswanya.

“Untuk anak-anakku yang telah berjuang di semester ini, saya ucapkan selamat berlibur. Isi liburan kalian dengan kegiatan yang bermanfaat. Sekian dari dari saya. Terimakasih”

Riuh suara teriakan dan tepuk tangan dari barisan siswa setelah sang kepala sekolah mengakhiri sambutannya. Sampai akhirnya seluruh siswa kembali ke kelas masing-masing untuk menerima hasil akhir pembelajaran di semester ini.

***












Di pintu gerbang sekolah, lima bersaudara itu tengah menunggu jemputannya sembari bercakap-cakap tentang hasil akhir mereka. Mereka mendapat hasil yang bagus. Karena bisa dibilang mereka siswa-siswa yang berprestasi di sekolahnya. Kelimanya hampir tak pernah keluar dari 5 besar di kelasnya. Tak bisa dipercaya bukan? Mengingat Hyunbin yang sering nonton Anime, Minhee yang selalu dengan ponselnya, Jungmo yang sibuk dengan klubnya, Wonjin dan Hyungjun yang bahkan tidak sering terlihat belajar di rumahnya.

Tid tid

Jemputan mereka sudah sampai. Kelimanya segera memasuki mobil.

“Pak, besok Bapa bisa anter kita ke Villa kakek gak?” tanya Jungmo yang berada di sebelah sopir.

Sang sopir terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab, “Mmmm... Bisa kaya nya.. Jam berapa berangkatnya?
“Sekitar jam delapan pagi atau jam 9-an Pak”

Sang sopir mengangguk. “Ohh iya, Bapa bisa”

***





Malam ini kelima saudara itu sibuk. Sibuk apa? Packing tentunya. Jungmo yang asyik packing sambil mendengarkan musik dari playlistnya. Mata nya tak lepas fokus dari barang-barang yang ia siapkan, sesekali senandung lirik lagu terucap di bibirnya.

“Apalagi ya?”

Seketika atensinya fokus pada padding yang menggantung di hanger belakang pintu kamarnya. Ah iya... sebentar lagi musim dingin. Jungmo mengambil paddingnya untuk jaga-jaga kalau-kalau musim dingin itu datang ketika dia liburan nanti. Lalu di simpannya di dalam koper.

Jungmo bangkit dan keluar dari kamar, kemudian masuk ke kamar Hyunbin. “Bawa padding ya, takut nanti tiba-tiba musim dingin dateng”

Hyunbin mengangguk, dan memasukkan padding nya ke dalam kopernya.

“Wonjin-ah. Minhee yaa, Hyungjun-ah, bawa padding yaa.. jangan lupa”

“Iya Hyung” balas ketiganya.

Setelah selesai packing, Wonjin melenggang masuk ke dalam kamar Hyunbin, lalu duduk di kursi meja belajar milik kakaknya itu. Dia memperhatikan Hyung nya sedang terduduk didepan lemari yang terbuka.

“Udah selesai packing nya?” tanya Hyunbin yang masih sibuk memasukkan pakaiannya ke dalam koper.

Wonjin mengangguk. Mata nya tetap pada kegiatan kakaknya itu, dia hanya memperhatikan saja tanpa membantu.

“Hyung, kita perlu bahan makanan gak buat nanti?”

Hyunbin tertawa mendengar pertanyaan dari adiknya,“Tentu saja perlu Wonjin-ah.. Kamu mau mati kelaparan?”

Wonjin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil nyegir lebar.

Hyunbin bangkit dari posisi duduknya, lalu mengambil jaket yang tergantung dibelakang pintu, “Mau ikut Hyung belanja gak?”

Mata Wonjin berbinar seketika, “Ayok!”

Wonjin mengambil jaket di kamarnya lalu menyusul Hyunbin ke lantai bawah. Di tangga, Wonjin tak sengaja berpapasan dengan Jungmo. Jungmo memperhatikan Wonjin dari atas sampai bawah.

“Mau kemana malem-malem?” tanya Jungmo dengan ekspresi datar.

“Mau belanja bahan makanan sama Hyunbin hyung buat besok”

Jungmo manggut-manggut, “Yaudah, hati-hati dijalan”

Wonjin mengangguk sambil mengacungkan ibu jarinya lalu bergegas menemui Hyunbin di teras.




Hyunbin mengeluarkan sepeda motor milik Appa-nya dari garasi. Sebelumnya dia sudah dapat izin dari Appa nya untuk menggunakan motornya itu. Dia memanaskan mesinnya, kemudian masuk kembali untuk mengambil helm.

Tak lama Wonjin menghampirinya.

“Nih, pake helm nya!”

Wonjin menerima helmnya, lalu memasangkannya, kemudian duduk di belakang Hyunbin dan berlalu menuju pusat belanja.

***

“Minhee, ambilin koper Hyungjun dong”

Hyungjun yang kesusahan mengambil kopernya segera memanggil Minhee begitu melihat pintu kamar Minhee terbuka.

Minhee menoleh, lalu bangkit dari rebahannya dan berjalan menuju kamar Hyungjun di sebrangnya. Dia meraih koper Hyungjun yang berada di atas lemari dengan mudah nya, tak perlu benjinjit-jinjit ria seperti Hyungjun.

“Ini”

Hyungjun menerima kopernya, “Makasih”

“Ya”

“Belum packing?”

Minhee menggeleng, kemudian masuk kembali ke kamarnya. “Nanti aja”

Minhee kembali pada kegiatan sebelumnya. Rebahan. Ingin sekali dia packing untuk besok tapi tubuhnya terasa lengket pada ranjangnya, rasa malasnya menang melawan keinginannya untuk bangkit dari posisi horizontalnya itu, ditambah kelopak matanya yang terasa berat, sangat mendukung sekali untuk mengantarnya ke alam mimpi.
Minhee mengejapkan mata nya sesekali, please jangan dulu tidur, belum packing nih-batinnya.



















































































저 돌아왔습니당 👋👋



Thank you for reading, and see ya next chap 🐭

I luv ya 💓-fr

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unexpected HolidayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang