Hidup tidak indah, bukan? Yah, mungkin hidupmu indah, tapi hidupku tidak. Hidupku tidak indah. Bahkan jauh dari kata indah. Hidupku tidak dipenuhi kebahagiaan, cinta dan kasih saying, ataupun semua hal yang berkaitan dengan kata "indah".
Aku tidak seperti orang lain. Aku berbeda, bukan pada hal yang baik, tapi buruk. Aku bukan orang yang mudah bergaul, aku tidak bias bertemn dengan orang lain dengan mudahnya. Aku suka menyendiri, menikmati hari-hariku sendiri. Aku tidak bicara banyak; aku pendiam. Mungkin lebih diam dari orang yang paling diam. Aku hamper tidak pernah bicara dalam keseharianku. Jujur, aku tidak suka berbicara kepada oran lain. Bukan berarti aku tidak suka orang lain, hanya aku tidak suka berinteraksi dengan mereka. Aku selalu sendiri, melakukan semua hal sendiri. Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa.
Aku terbangun oleh suara teriakan tetanggaku. Mereka selalu bertengkar tanpa memikirkan orang lain terganggu oleh suara mereka. Aku pikr mereka tidak memerdulikan kedamaian oagi hari orang lain. Mereka terus berteriak hingga suara mereka habis. Urgh, mereka mengganggu pagi hariku yang tenang. Aku bangun dari tempat tidurku lalu mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, aku berjalan ke kamar dan melihat jam masih menunukkan pukul 7.15 pagi, jadi aku masih punya banyak waktu hingga sekolah dimulai.
Aku turun menuju dapur dan mengambil sebuah apel diatas meja kemudian mulai berjalan menuju sekolah. Angin yang berhembus dan menyentuh pipiku terasa dingin. Aku terus berjalan di trotoar sambil mengunyah apelku. Beberapa mobil mewah lewat dengan suara music yang tidak aku kenal terdengar kencang ditelingaku. Semua orang tahu siapa pemilik mobil itu, bahkan ikan di akuarium kecil tahu siapa mereka. Tapi, izinkan aku memperkenalkan mereka. Mereka adalah tipe anak'orang tuaku punya rumah berisi uang. Ya, seperti itulah. Mereka adalah anak-anak yang selalu berkata 'jangan pernah ikut campur dengan urusan kita', 'jangan berani-berani', atau bahkan 'kau tidak tahu siapa ayah saya? Dia punya blablabla'. Percayalah, jangan pernah terlibat atau ikut campur dengan mereka.
Sementara itu, disini aku hanyalah seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang tidak biasa. Aku sudah menceritakannya diatas, bukan? Ayahku bukan orang yang memiliki bisnis penting di negeri ini. Ibuku juga bukan orang yang memiliki bisnis pakaian atau sesuatu yang bisa menghasilkan uang. Aku tidak punya kakak ataupun adik, yang akan memelukku ketika aku butuh pelukan. Aku juga tidak punya teman yang akan memberi tahuku bahwa semua akan baik-baik saja. Pacar? Uh, jangan tanyakan itu, karena aku belum pernah punya satupun.
Ibuku meninggal ketika aku berusia 5 tahun. Ayahku menikah lagi dnegan seorang wanita beranak 3. Beberapa waktu setelah mereka menikah, mereka memutuskan untuk pindah rumah dan ayahku menyerahkanku kepada kakekku. Sejujurnya, aku sangat-sangat bahagia hidup dan tinggal bersama kakekku. Aku tidak punya masalah dengan itu. Hingga kita kehabisan uang. Kakekku sudah terlalu tua untuk bekerja, jadi kakek memutuskan untuk berhenti bekerja. Jadi, sekarang kita hidup hanya dengan uang tabungan. Tapi aku tetap bahagia hidup seperti ini. Ya, ayahku tidak memberiku uang. Dia sama sekali tidak pernah. Dia tidak memiliki pekerjaan, jadi dari mana dia bisa memberiku uang?
Oke, kembali ke jalan yangs edang aku lalui. Mobil mewah dengan music kencang telah berjalan melewatiku, kini hanya ada aku dan apelku. Oh tidak, I tidak sadar ternyata apelku sudah habis. Aku kembali berjalan dan berjalan dan berjalan hingga aku melihat gerbang sekolahku 'tercinta'. Whitewood High School tertulis tebal dengan huruf capital.
Aku berjalan melalui aula menuju lokerku. Aku meletakkan beberapa buku disana. Aku melihat jadwalku dan pelajaran Kimia adalah pelajaran dijam pertama. Apa-apaan pelajaran Kimia pagi hari yang masih terlalu pagi ini.
Aku bukan siswa yang pintar, tapi tidak juga bodoh. Kepintaranku rata-rata, jika kamu ingin tahu. Aku belum pernah punya nilai sempurna, tapi aku juga belum pernah gagal dipelajaran apapun. Aku piker aku cukup baik dalam hal pelajaran.
YOU ARE READING
Battered and Bruised (Versi Bahasa Indonesia)
Teen FictionDia lelah akan memar dan luka, miskin, jelek, tidak dicintai, dan tidak dikenal. Dia hanya ingin hidup dengan damai. Dia tidak menginginkan apa-apa dari dunia ini, hingga seorang laki-laki muncul dihidupnya. Lelaki ini membuatnya ingin memilki segal...