Aku terbangun merasakan rasa nyeri disekujur tubuh. Aku tidak bisa tidur semalam karena sakit kepala yang luar biasa dan nyeri di perutku. Berdiri dari tempat tidur, aku berjalan menuju kamar mandi dan bersiap untuk sekolah. Jam menunjukkan pukul 7 pagi, aku harus siap secepatnya supaya tidak terlambat datang ke sekolah.
Setelah selesai, aku turun ke lantai bawah. Kakek sedang membaca koran ketika aku menuruni tangga.
"Pagi, kek. Apa yang kakek baca?" aku berdiri dibelakang beliau untuk melihat apa yang beliau baca.
"Pagi. Semalam ada kumpulan bocah mencuri toko." Beliau menunjukkan artikel di Koran kepadaku.
"Benarkah?" aku bertanya dan kemudian membaca artikel itu.
"Iya. Kakek pikir kalian sebaya. Mungkin kamu mengenal beberapa dari mereka. Atau mungkin mereka bersekolah di sekolah yang sama denganmu, Eileen."
"Tidak, aku pikir aku tidak mengenal mereka." Aku mecondongkan tubuhku untuk melihat foto di Koran dengan lebih jelas. Dan ternyata aku melihat bocah laki –laki yang berada di kedai semalam. "Aku melihat mereka di Kedai Patrick semalam."
"Mereka pergi kesana?" kakek bertanya seakan tidak mempercayaiku.
"Iya. Aku melayani mereka semalam." Aku menjawab pertanyaan kakek seraya mengambil sebuah apel dari meja. "Aku harus pergi sekolah, Kek."
"Hati-hati, Eileen." Semoga harimu menyenangkan."
Aku harap begitu.
"Oke. Aku menyayangimu, kek."
Aku berjalan keluar rumah menuju ke sekolah.
☁ ☁ ☁ ☁ ☁ ☁ ☁ ☁ ☁ ☁
Waktu berjalan dengan lambat. Tapi untungnya, sekarang aku berada di jam terakhir. Guru sejarahku sedang menerangkan ketika seseorang mengetuk pintu kelas.
"Selamat siang, pak." Bocah laki-laki yang memiliki hidung yang indah menyapa guru sejarah kami.
"Kamu terlambat, Mr. Prescott."
"Maafkan saya, pak, saya tidak akan mengulanginya." Laki-laki yang memilki nama belakang Prescott menyeringai menjawab guru sejarah kami.
"Kamu juga mengatakan itu terakhir kita bertemu." Guru kami melepas kacamatanya. "Silahkan masuk, Mr. Prescott, kita harus melanjutkan pelajran ini."
"Terima kasih, pak." Bocah laki-laki alias Prescott masuk kemudian duduk disebelahku. "Hai, kamu lagi." Dia meringis kepadaku.
Aku memberinya ekspresi datar kemudian mengalihkan pandanganku kedepan.
Setelah beberapa menit, aku merasa terganggu karea dia terus menerus menggerakkan kakinya.
"Bisakah kau berhenti?" aku bertanya kepadanya tanpa menoleh sedikitpun kearahnya.
"Menghentikan apa?" dia membelokkan badan menghadapku.
"Itu." Aku menunjuk kearah kakinya dengan pulpenku.
"Apa yang salah dengan kakiku?"
"Berhenti menggerakkan kakimu." Aku berkata masih belum melihat kearahnya.
"Itu mengganggumu?" dia bertanya.
Aku menganggukkan kepalaku
"Mengapa kamu tidak mengatakan sesuatu? Aku belum pernah mendengarmu bicara lebih dari 4 suku kata."
Aku menjawab, Mengapa aku harus mengatakan sesuatu?"
"Beri tahu aku." Dia meletakkan siku tangannya dibelakang kursiku.
![](https://img.wattpad.com/cover/195963759-288-k651296.jpg)
YOU ARE READING
Battered and Bruised (Versi Bahasa Indonesia)
Teen FictionDia lelah akan memar dan luka, miskin, jelek, tidak dicintai, dan tidak dikenal. Dia hanya ingin hidup dengan damai. Dia tidak menginginkan apa-apa dari dunia ini, hingga seorang laki-laki muncul dihidupnya. Lelaki ini membuatnya ingin memilki segal...