01

20 4 5
                                    

'Janganlah pantang menyerah, percaya diri saja kalau kamu pasti bisa walau badai menghadang'
(rania)

Saat deru nafasku berderu denganmu
Memancarkan sebuah harapan
Yang akan membuka lembaran baru
Disaat ini
Kuberdiri menatap sang sirna
Mengangkat dagu dengan penuh rasa bangga
Akan semangat yang membara
Membakar hati yang bergejolak
Bergetar menatap dirinya.
.
.
.
.
.

Hari ini adalah hari yang kutunggu selama ini telah tiba. Hari dimana ku tidak menyangka aku akan menjadi Calon Paskibra.

Flasback on....
.
.
.
.
.

Rania Setiawan Putri Ningrat. Indah sekali bukan namaku? Wkwkwk.. Cantik,Tinggi,Humoris ya itulah diriku. Usia ku kini baru mengijak 17 tahun. SMA Pancasila sekolahan dimana aku sekarang ini.

Semua orang tau namaku. Dari kepala sekolah sampai penjual bakpao di luar pun tau diriku. Betapa terkenal nya diriku. Terkenal karena prestasi? Hahahaha buka buku aja aku udah pusing duluan apalagi sampai belajar.. Tapi herannya, kenapa aku dimasukkan ke kelas prestasi? Apa jangan-jangan Kepala Sekolah naksir kepadaku? Astaga bayangan imajinasi ku terlalu mengada-ada.

"Ran... ran...ran bangun,"
"Ish apa sih ran ran emang gue rantai apa," ngigau Rania.
"Durhaka kamu ya lawan orang tua," jewer Bunda.
"Ya ya ya bun, rani bangun nih,"
"Bunda sama Ayah tunggu di bawah ya,"
"Hmm bunda bawel," gerutu Rani.

XI MIPA 1 hmmm jauh dari perkiraan ku. Orang-orang disini begitu serius mengejar nilai. Tapi, diriku sama sekali berbeda dengan mereka. Santai kayak dipantai. Gak-gak bercanda.

Kelemahan diriku adalah berhitung. Dan kehebatan ku adalah menggambar Anime. Bakat terpendam inilah yang jarang diketahui banyak orang. Termasuk kedua orangtua ku sendiri. Waktu masih SMP ingin rasanya bersekolah di SMK jurusan Animasi. Tapi sayangnya kedua orangtua ku tidak mengijinkankan ku untuk bersekolah di SMK.
Setiap waktu aku selalu membujuk kedua orangtua ku untuk mengijinkan diriku bersekolah di SMK.Tapi selalu gagal.

Pada akhirnya aku pasrah saja dengan keputusan orangtua ku untuk bersekolah di SMA ayah ku dulu. Sedikit kecewa tapi sudahlah jalani saja. Toh bisa jadi nanti aku bisa berprestasi disini walaupun aku tidak menjaminnya.

"Ran, kamu sudah mengerjakan pr kimia?" tanya Kia.

Dia Kia. Aulia Zaskia Putri. Sahabatku yang paling cerewet. Entah apa ada toa yang tertanam di mulutnya. Walaupun begitu Kia begitu setia. Biasanya temen-temen yang deket denganku hanya mengincar hartaku saja, tapi berbeda dengan Kia.

"lah kamu kan tau kalau aku tuh gasuka ngitung-ngitung rumus atau apalah itu,"
"Aku kira kamu udah,"
"Wkwkwkwk," aku pun menggelak tawa melihat mukanya yang cemberut.

Pelajaran kimia pun terasa membosankan.  Meskipun membosankan tapi nama-nama senyawa pun terkenal unik seperti C10H21 yang biasa disebut-sebut sebuah kata kramat dikelasku. Ya... Apalagi jika bukan Dekil. Seisi kelas pun ikut tertawa. Dan menjadi bahan tawaan kelas A1.

Setelah beberapa saat bel pulang sekolah pun berbunyi. Aku pun langsung ingin merebahkan tubuh lelahku secepatnya ke pulau kapuk tercintaku. Eakkkk

Tiba-tiba ketika ku sedang melangkahkan kaki indahku, tanpa kusadari ada sebuah suara yang memanggil namaku dengan suara paraunya dari belakangku. Ya ternyata itu Pak Daniel. Pak Daniel adalah guru killer di SMA Pancasila. Entah apa yang membuatnya menjadi killer. Sampai-sampai penjual bakpao pun takut ketika Pak Daniel menatapnya.

The Struggle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang