Part 4

1.1K 174 33
                                    


Tugas iblis menjerumuskan manusia ke dalam lubang kehinaan, kehampaan, kejahatan, dan kesedihan. Semakin manusia tersiksa karena rasa bersalah, iblis semakin senang. Tapi bukan berarti manusia lebih lemah dari iblis, jika berkehendak manusia bisa mengalahkan iblis dengan mudah

~ Broken Angel ~

Hari berlalu tanpa terasa. Genap satu tahun Haechan tidak ada kabar.
Keadaan Mark tidak banyak berubah. Tubuhnya semakin kurus, selera makannya menghilang. Ia seperti tidak tertarik dengan apapun dalam kehidupan.

Kedua orang tua dan sahabatnya kehabisan cara untuk menyemangati dan membujuk Mark. Lihatlah sekarang, Mark bahkan tidak peduli dengan wajahnya yang mulai ditumbuhi rambut-rambut halus di sepanjang dagunya. Mark berubah.

Melihat putranya tidak kunjung membaik, Ayah Mark berinisiatif mengusulkan cuti kuliah ke fakultasnya. Semester depan adalah batasan Mark. Jika tidak kembali, ia akan otomatis di Drop Out dari kampusnya.

Hingga saat ini Mark masih terus mencari keberadaan Haechan. Serasa satu Korea sudah hampir dijelajahinya, tapi belum juga menemukan Haechan.

Jika di rumah, tiap malam ia akan menatap keluar balkonnya dan membiarkan angin malam memainkan rambutnya yang sudah memanjang di bawah telinga.

Pernah beberapa kali terlintas di pikiran Mark untuk mengakhiri hidupnya. Lalu sosok Haechan muncul dan menahannya. Memberikan sebuah elusan dan senyuman, lalu Mark bangkit lagi dan terjatuh lagi beberapa saat kemudian.

Jaemin yang lagi-lagi datang bersama Jeno ke rumah Mark sudah sangat tidak tahan dengan keadaan sahabatnya. Tapi mereka juga tidak tau keberadaan Haechan.

Tidak ada yang tahu Haechan berada di mana.

Hari itu Jaemin mengajak Jeno untuk bicara dengan Mark. Pintu kamar Mark tidak pernah terkunci, ibu Mark sengaja meminta ayah Mark untuk merusak kuncinya karena Mark pernah mengurung diri berhari-hari. 

Jaemin dan Jeno masuk ke kamar Mark tanpa segan sedikitpun.

“Kita harus bicara.”

Mark acuh, “Pergilah. Tidak ada yang perlu dibicarakan.” Tidak berminat untuk diskusi.

“Berhentilah bertingkah seperti orang gila, Mark Lee.”

Mark mengalihkan tatapannya pada Jaemin. Dalam ketajaman lirikannya, tersirat kekosongan yang mengiris hati Jaemin dan Jeno.

“Kau tidak mengerti. Kalian tidak mengerti.” Desis Mark.

“Haechan bukan akhir dari segalanya, Lee!”

Jaemin membentaknya. Mark berang, ia berlari ke arah Jaemin, hendak menarik kerah baju si sahabat. Melihat gelagat Mark, Jeno dengan sigap berdiri di depan Jaemin dan menahan Mark yang murka.

“Haechan segalanya bagiku. Kau tidak tahu apapun.”

Suaranya tertahan dan penuh kemarahan. Ia tidak suka siapapun berbicara tentang Haechan, sekalipun sahabatnya sendiri.

“Harusnya kau sadar itu ketika ia masih di sisimu, ketika ia masih dalam dekapanmu, bodoh.” Jaemin berteriak pada Mark.

Mark menepis cengkeraman Jeno. Ingin melompat dan menghajar Jaemin dan mulut tajamnya.

“Hei, Tenanglah..” Jeno menepuk pundak Mark berkali-kali, namun pandangan lelaki tersebut masih belum berpindah dari Jaemin. Sementara di belakang Jeno, Jaemin meremas pinggiran baju Jeno, ia sebenarnya ketakutan.

“Haechan segalanya bagiku. Kalian tidak tahu apapun. Hati ini benar-benar sakit." Mark meremat dada kirinya.

"Aku bernafas dengan kesusahan. Semuanya karena Haechan.” Mark akhirnya terduduk, kakinya lelah menopang berat badannya sendiri. Jaemin terdiam.

Broken AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang