Part 6

1.6K 159 9
                                    

Kesalahan adalah sebuah kepastian yang akan selalu dilakukan oleh manusia.
Memaafkan kesalahan sejatinya hanyalah persoalan menerima.
Berdamai dengan hati, berdamai dengan kesalahan.

.

.

.

~ Broken Angel ~

.

.

.

“Terima kasih untuk sarapannya, Haechan-ah.” Ucap Mark dengan penuh ketulusan dan rasa terima kasih. Haechan merasakan hal itu.

“Mark.” Panggil Haechan dengan serius.

“Iya.” Mark membalas dengan senyuman.

“Pulanglah!”

.

.

.

Mark terdiam. Tidak menyangka Haechan akan tetap menyuruhnya untuk pergi. Ia kira perlakuan manis Haechan beberapa saat yang lalu adalah bentuk kemaafan yang diharapkannya. Tapi tidak, bukan. Haechan mungkin hanya kasihan padanya.

Menatap manik kelam Haechan tanpa berkedip sedetikpun, Mark berucap dengan lirih, “Benarkah kau tidak akan memaafkanku?”

“Ini bukan masalah memaafkan Mark, tapi ini masalah waktu.” Haechan menjawab seraya mengalihkan pandangannya. Kontak antara lensa mereka terputus. Mark berkedip sekali, matanya terasa perih.

“Aku sudah memaafkanmu. Tapi aku butuh waktu.” Jelas Haechan kembali.

“Baiklah, aku mengerti. Memang seharusnya aku sadar diri. Bukan perkara mudah memaafkan lelaki brengsek sepertiku.” Tanpa menunggu balasan apapun dari Haechan, Mark berdiri dan melangkahkan kakinya menuju pintu.

“M-Mark. Bukan begitu.”

Langkah Mark terhenti tepat di depan pintu rumah Haechan.

“Jaga dirimu, Haechan-ah. Maafkan aku, tapi aku sangat mencintaimu.”

Setelah mengucapkan hal itu, Mark pun keluar dari rumah Haechan. Meninggalkan si pemuda manis dengan rasa sesak dan perasaan tidak tenang. Haechan terduduk di lantai, terisak dan menangis dengan kencang.

Haechan memang sudah memaafkan Mark. Hanya saja ia belum mampu berdamai dengan rasa sakitnya, dengan kesalahan Mark, dan dengan dirinya sendiri.

Sementara itu, Mark yang merasa telah ditolak untuk kesekian kalinya oleh Haechan hanya bisa menguatkan hatinya dan berjanji untuk akan kembali meyakinkan kekasihnya. Mark cukup paham setelah ia juga merasakan kesakitan dan kehilangan. Sungguh, berpisah dengan Haechan bukanlah hal yang diinginkan Mark ke depannya. Tidak akan.

Tapi Mark juga paham, ia butuh waktu. Haechan butuh waktu. Demikian dengan hubungan mereka. Sebagaimana Haechan percaya jika waktu akan menyembuhkan segalanya, maka Mark pun harus meyakini hal itu.

Mark berjalan dengan gontai. Ia bahkan tidak repot-repot untuk menyetop sebuah taksi lalu pulang ke rumahnya. Mark hanya terus berjalan dan berjalan. Merenungi segala kejadian dalam hidupnya beberapa waktu belakangan ini.

Tapi tidak ada manusia yang bisa berkompromi dengan waktu, tidak ada yang bisa menebak waktu akan menghadirkan kebahagiaan atau justru kesedihan. Dan tidak ada yang bisa mengekang sebuah waktu. Karena waktu berjalan dengan sendirinya, abadi.

Broken AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang