Part 2

1.3K 186 51
                                    

Ketika malaikat terjatuh ke bumi, tidak ada alasan bagi mereka untuk kembali ke surga. Dunia menjadi satu-satunya tempat si malaikat jatuh merajut kembali kehidupan. Tapi jika kehidupan yang dikejarnya juga mengkhianatinya, malaikat itu menjadi fana, dan menghilang

~ Broken Angel ~

Selama seminggu belakangan Haechan sering memergoki kencan Mark dengan Renjun. Iya, Haechan sudah tahu jika kedua lelaki itu menjalin hubungan. Bukankah itu berarti Mark berselingkuh darinya? Bukankah itu berarti Mark mengkhianati ikrar kesetiaan yang mereka ucapkan dulu lama sekali? Mark mungkin lupa dan Haechan tidak berniat menegurnya karena kelupaannya itu.

Haechan adalah sesosok malaikat berwujud manusia. Kini malaikat itu sudah tidak dapat terbang lagi. Sebelah sayapnya patah, mengeluarkan darah merah yang sekejab menodai helaian lembut bulu-bulu cintanya. Haechan sudah tidak dapat kembali ke surga, dan ia juga sudah tidak mendapatkan kenyamanannya di dunia yang sempat diklaimnya sebagai hidupnya.

“Ibu, ku rasa sudah waktunya aku pergi.” Haechan mengungkapkan pemikiran hatinya kepada ibu Mark pada suatu malam.

“Pergi? Apa maksudmu, sayang?” Sang ibu menarik tangan Haechan dan menggenggamnya lembut.

“Tugasku sudah selesai, Bu.”

“Kau tidak memiliki tugas apapun untuk kau selesaikan, Haechan-ah. Sampai kapanpun ini adalah rumahmu.” Sang ibu mulai menangkap arah pembicaraan pemuda yang sudah dianggapnya anak sendiri itu.

Haechan menggeleng seraya mengelus lembut punggung tangan sang ibu.

“Aku benar-benar sudah selesai. Ia sudah tidak membutuhkan ku lagi. Hidupnya sudah kembali dengan sempurna.”

“Tidak. Jangan bicara seperti itu.” Air mata mulai membuat penglihatan wanita di depan Haechan itu menjadi sedikit buram.

“Katakan pada ibu, apa yang terjadi sayang?” Ibu Mark menghapus satu tetes air matanya.

“Ibu, Mark sudah menemukan kebahagiannya yang lain. Karena itu, aku harus pergi.” Jelas haechan dengan lirih. Ia juga meremat tangan sang ibu untuk mencari kekuatan di sana.

Ibu Mark terkejut mendengar jawaban Haechan. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin Mark tega melakukan hal seperti itu kepada Haechan. Sesuatu pasti ada yang tidak benar. Wanita lembut itu meyakinkan dirinya jika Mark tidak mungkin melakukan itu.

“Haechan sayang, mungkin kamu salah paham, nak. Mark tidak mungkin melakukan hal seperti itu.”

“Sudah lebih seminggu aku melihatnya dan merasakannya, ibu. Sikapnya berubah. Kehangatan itu tidak ada lagi. Perasaan cinta yang dulu selalu kurasa dari sentuhannya kini hampa, ibu.”

Pandangan Haechan kosong. Sendu. Tidak ada lagi binar-binar bahagia di dalamnya. Ibu Mark paham, anaknya ini sudah terlalu sakit.

“Ibu, kau tahu kan jika aku sangat menyayangi kalian semua? Aku mencintai kalian dengan sepenuh hati dan hidupku.”

Ibu Mark mengangguk. Lagi, air mata menetes menimpa tautan tangannya dengan Haechan.

Helaan nafas berhembus dengan berat. Haechan menghapus lelehan air di pipi yang tidak terlalu kencang lagi milik sang Ibu.

“Jangan menangis lagi. Dulu mata ini sudah terlalu banyak membuang airnya dengan percuma. Jadi jangan keluarkan lagi, terlebih itu karenaku. Jangan, Bu, ku mohon.”

Tangis ibu Mark pecah. Ia berhamburan dalam pelukan Haechan. Di pintu kamar, sang ayah yang melihat itu semua, melepaskan kaca matanya dan mengusap ujung mata yang juga mulai membasah. Sang kepala keluarga berjalan mendekat pada dua orang yang disayanginya itu dan memeluk mereka berdua. Guncangan kecil terlihat pada punggung tegap lelaki tua itu.

Broken AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang