ii

381 23 5
                                    

"Ibu dengar-dengar, kemarin kalian membawa pangeran werewolf kerumah?"

Eireen mengangguk dengan santainya sambil meminum darah hasil buruan ibunya tadi.

"Kak Eireen yang memaksa, Bu. Aku sudah menolaknya," ujar Aether yang takut akan kena amukan dari sang ibu.

"Tapi, dia terluka. Apakah tindakan yang aku ambil itu salah? Aku rasa aku benar, karena aku telah menolong seseorang."

Ibu menghembuskan nafas pelan. "Iya, kau benar. Tapi, ibu tak ingin jika terjadi perang lagi dengan para werewolf."

"Tenanglah, itu tak akan terjadi. Percayalah padaku."

"Ibu tadi melihat mahkota diatas meja kamarmu, apakah itu punya Pangeran yang tertinggal?" tanya Ibu menatap putrinya.

Eireen tampak terdiam sejenak. "Sepertinya. Tak apa, aku akan mengantarkannya nanti."

"Jangan cari mati!" seru Ibu dan Aether secara bersamaan. Sedangkan Eireen hanya menggindikan bahunya acuh. Menurutnya, werewolf tak semengerikan itu.

⊱ ──────ஓ๑∗๑ஓ ────── ⊰

Pangeran menyesap teh hangatnya sambil memperhatikan adiknya yang sedang berlatih panah. Kini ia sedang berada dibalkon. Tiba-tiba ingatannya berputar mengarah pada kejadian kemarin, dimana ia bertemu dengan seorang gadis vampire aneh.

Ujung bibirnya tertarik keatas, entah mengapa ia menjadi sangat tertarik dengan gadis itu. Sepertinya menarik, jika ia dekat dengan gadis itu.

Shit! Apa-apaan ini?! Tidak, tidak boleh. Itu sama saja seperti mengibarkan bendera perang nanti, dan para rakyatnya pasti akan membencinya.

"Pangeran," panggil Vangelo Cadfiel berjalan mendekat kearah sahabatnya.

Pangeran masih pada posisinya, tanpa menengok kearah sahabatnya itu.

Pandangan Vang beralih kearah kepala pangeran, hm, seperti ada yang kurang. "Kemana mahkotamu? Seingatku, kau tidak pernah melepasnya kecuali tidur dan mandi."

Elard yang tersadar langsung menggerayangi atas kepalanya lalu kembali menyesap teh nya dengan santai. "Suruh pengawal untuk mengambil mahkotaku dirumah gadis vampire kemarin."

"APA?! GADIS VAMPIRE?!"

Elard sedikit menjauhkan telinganya dari Vang, menatap sahabatnya dengan itu tajam. Vang yang menyadari itu langsung terkekeh dan meminta maaf.

"Kau tidak bercanda kan? Maksudku, bagaimana bisa-"

"Kemarin dia menolongku, sepertinya aku pingsan dan dia membawaku kerumahnya."

"Ping... san?"

Elardo mengangguk, kembali menyesap tehnya. "Elf itu menyerangku tiba-tiba tanpa sebab saat aku sedang berburu dihutan. Dan tanpa sadar kami telah sampai dikawasan vampire."

"Aish! Makanya, sudah ku bilang untuk bersama pengawal jika kau ingin berpegian."

Elard melirik kearah sahabatnya sekilas. "Aku bukan anak kecil lagi, Vang."

"PANGERAN! PANGERAN ELARD!!"

"PANGERAN ELARD KELUARLAH!!"

"Pangeran Elard sedang tidak bisa diganggu! Pergilah!"

"Aku ingin bertemu dengannya!"

Elard dan Vang saling tatap sebelum akhirnya mereka berlari menuju balkon utama istana. Dan disana, mereka melihat seorang gadis berwajah pucat yang terus meneriakan nama Elard.

Marry a Werewolf Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang