xi

205 15 0
                                    

Maaf baru update, aku lagi disibukin sama uprak ( ujian praktek ) selama 2 minggu kedepan T_T sama proses penerbitan karyaku yg disebelah

Jadi aku mohon pengertiannya 🙏

Jangan lupa tinggalin jejak yaa, kalian tinggal vote sm baca doang kok gaush mikir

Harap jadi pembaca yg bijak !

Harap jadi pembaca yg bijak !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Vang, kau tau?"

Vang menoleh kearah sahabatnya. Alisnya ia naikkan satu. Tumben sekali, sahabatnya ini basa-basi dulu.

"Apa?"

"Aku sepertinya mulai tertarik dengan gadis itu," sudut bibirnya sedikit terangkat keatas.

Vang membulatkan kedua matanya terkejut. Ia tidak salah dengarkan? Seorang pangeran yang memiliki sifat dingin ini membicarakan para kaum wanita? Ia kira itu adalah hal mustahil.

"Gadis yang mana?"

"Gadis vampire itu."

"APA?! KAU TIDAK BERCANDA KAN?!"

Elard melirik kearah sahabatnya lalu berdecih pelan. "Memangnya aku pernah bercanda soal wanita?"

"Ti... dak."

Elard menjentikkan jarinya.

"Apa aku tidak salah dengar, Kak Elard?" Jai tiba-tiba datang dari arah belakang, menatap kakak sulungnya itu dengan tatapan dingin.

Kedua pria itu lantas menoleh kebelakang.

Elard mengangguk. "Kau tidak salah dengar, Pangeran."

"Apa kau tidak tahu, siapa ayah dia?" tanya Jai yang kini sudah tepat didepan Elard.

"Tahu. Dia anak tuan Kristoffer, bukan? Vampire pembunuh," jawab Elard.

Jai tersenyum miring. "Ayah dia, yang telah membunuh Bibi Ferlin, Kak Elard." ucapnya, lalu menoleh kearah Vang. "Ibu dari sahabat mu sendiri."

Vang terlihat terkejut lalu sedetik kemudian, ia tersenyum. "Aku sudah mengikhlaskan kepergian Ibuku," katanya. "Aku tak akan pernah melarangmu untuk berhubungan dengannya, Elard. Tapi aku tak yakin kalian akan bisa bersama," lanjutnya sambil menatap Elard.

"Apa kau tidak memiliki dendam sedikit pun padanya, Kak Vang?" tanya Jai.

Vang menggeleng lalu kembali tersenyum, "Nope. Lagian yang salah itu Ayahnya, bukan Eireen. Jadi aku tidak ada hak untuk benci ataupun dendam padanya."

Jai menghembuskan nafasnya pelan. Seharusnya ia tahu bahwa pria sahabat kakaknya ini bukanlah sosok pendendam, ia salah sekali sudah menghasut Vang untuk membenci Eireen. Karena sejujurnya, Jai tidak suka melihat kakaknya itu yang semakin dekat dengan Eireen.

Marry a Werewolf Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang