"Setelah ini kupastikan kau akan menjadi hidangan malamku." Amycia menjilat bibirnya. Ia mengambil satu anak panah dari punggungnya, membidik satu target dengan busur panah kesayangannya. "Kena kau, Rusa lezat."
Setelah itu, hanya terdengar anak panah itu melesat menancap perut sang mangsa, berteriaklah rusa itu kesakitan.
"Aku sebenarnya pecinta hewan, tapi aku lapar. Tidak mungkin, kan, aku akan memakan sesama manusia?" Amycia berjalan dengan cepat menuju rusa itu. "Oh, forgive me please, God...." ia menyatukan kedua telapak tangannya sembari berdoa dalam hati.
"Kau pasti sangat kesakitan, bukan?" Amycia mencabut anak panahnya. "Tapi, jika aku tidak makan aku akan mati. Oh, rusa... matilah untuk kelangsungan hidupku, ya? Tolong maafkan aku." setelah mengatakan itu, ia mengeluarkan pisau dan benar-benar mengakhiri hidup rusa malang itu.
"Hatimu sangat lemah, Derrine." suara seseorang membuat Amycia melebarkan matanya. Sosok itu turun dari kudanya. "Tapi kau sangat sadis dalam hal membunuh, seperti biasanya."
Amycia menoleh dan mendapati seorang laki-laki berpakaian khas kerajaan sedang berdiri tepat di belakangnya. Lantas Amycia terkekeh. "Kau siapa?"
"Seseorang yang kau lupakan, mungkin?" jawab laki-laki itu.
"Hah. Seperti biasanya? Kupikir aku tak pernah membunuh saat masih balita." kali ini Amycia berbalik menghadap laki-laki itu. "Oh. Ternyata benar kau."
Laki-laki itu tersenyum penuh bangga. "Aku menemukanmu."
"Sudah lama sekali, ya? Axel Dejove?" Amycia membersihkan bajunya yang kotor karena debu hutan. "Maaf, aku sangat kotor. Jadi, tanganku malas bersalaman denganmu."
"Tidak apa, asal kau jangan menikamku tiba-tiba dengan benda itu...." Axel melirik pisau yang masih di genggam Amycia dengan santainya.
Amycia langsung mengangkat benda itu. "Oh, ini?" mendekatkan benda itu ke hidung Axel. "Tenang. Aku takkan melukai pemimpin Guardian sepertimu, aku takkan mampu."
"Lalu turunkan benda tajam ini sekarang, Amycia. Itu hampir menggores hidungku." ucap Axel dengan tegang dan menghela napas lega setelah Amycia menjauhkan pisaunya dari wajah Axel.
"Derrine, terlalu sadis seperti biasa." ujar Axel sambil mengusap hidungnya.
"Hei, aku tidak pernah bertingkah sadis didepanmu! Lalu kenapa kau terus menyebutkan 'seperti biasanya' seolah aku rutin melakukan hal itu seperti memandikan sapi, hah?"
"Memang bukan didepanku, tapi aku selalu mengikutimu--"
"Oh... jadi selama ini kau menguntitku?!"
"Hei, leluhurmu juga sadis sepertimu, ah maksudku-- klan Derrine itu memang sadis! Bukan hanya kau saja."
"Lihat! Tidak cukup mengataiku, kau juga membawa-bawa leluhur dari klan ku?!" Amycia menarik kerah Axel. "Pergi. Jangan beritahu siapapun tentang hari ini, tutup mulutmu jika itu menyangkut aku. Pergi dengan nyawa sekarang juga atau pergi hanya membawa nama?!"
Axel melebarkan matanya. Siapa yang berani melawan si sadis Derrine? Klan Dejove si pemimpin bahkan tak mampu mengucapkan apapun lagi pada Derrine.
Sungguh memalukan.
Kenapa bukan klan Derrine saja yang jadi pemimpin? Mereka lebih pemberani dari siapapun.
Bersambung...
Lalu, bagaimana? Apa kalian suka atau sebaliknya?
Maka saya akan melanjutkan cerita ini semampu saya :)

KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Guardian
FantasíaUsaha demi menyembunyikan identitas aslinya harus berakhir ketika ia tertangkap basah oleh seorang anggota Guardian saat sedang berburu seekor rusa. Selama lima tahun terakhir ia berusaha melawan takdir dengan menyembunyikan identitasnya sebagai seo...