14

2.1K 416 98
                                    


"Detektif, sebelum pergi noona sempat berkata, bahwa dia akan mengabariku dimana ia berada, ingat?"

Seokmin menelan ludah, seolah tidak sanggup melanjutkan kalimatnya..

"Sebenarnya noona berbisik padaku, jika ia tidak menelfon dalam 30 menit, maka aku yang harus menelfonnya lebih dulu. Aku pikir.. sekarang aku mengerti kenapa."

Soonyoung mengusak rambutnya dan membuang napas dengan kasar. Jun melonggarkan dasinya dan mundur beberapa langkah untuk menggapai kursi. Ini akan jadi hari yang panjang.

Seokmin bergegas meraih ponsel di saku jas putih miliknya, men-dial nomor Jihoon. Menunggu wanita itu mengangkat panggilannya.

"Pantas saja noona memakai bluetooth earphone dan menggerai rambutnya tadi. Ternyata dia memang merencanakan semua ini."

"Maka jangan buat usahanya sia-sia, rekam pembicaraan kalian setelah Jihoon mengangkatnya."

Bukannya Soonyoung tidak khawatir akan kondisi Jihoon, tetapi semua telah terjadi dan menjadi panik bukan hal yang tepat untuk dilakukan. Seseorang harus menahan kepalanya tetap dingin dalam situasi seperti ini.

"Jun, telfon rekan yang sedang patroli atau coba check cctv jalanan, segera mungkin pastikan keberadaan mereka."

.
.

"Kau benar-benar menghindari oppa belakangan ini, kenapa kau melakukannya sunbae?"

"Aku.. tidak menghindarinya."

Jihoon melihat spion sekali sebelum menyalakan tanda dan berbelok ke arah kiri. Ya, Jihoon yang berada dibalik kemudi. Membuatnya menyesali telah menyanggupi permintaan Chan untuk menyetir. Membuat gerakannya terbatasi.

"Kau benar menghindarinya. Itu terlihat jelas kau tahu?"

"Menurutmu kenapa?" Jihoon masih mencoba fokus dengan jalanan. Sejauh ini Chan tidak melakukan apapun selain bertukar cerita basa-basi.

"Entahlah.. "

Ada nada aneh dalam kalimat itu yang membuat Jihoon waspada, namun juga tidak tahu harus apa menyikapinya. Jihoon hanya bisa menunggu. Menunggu untuk tahu kemana perjalan ini membawanya.

Chan membuka dashboard dan mengeluarkan sebuah pistol. Mengelap bagian depannya dengan hati-hati.

"Mungkin kau sudah menyadari bahwa wanita sepertimu tidak pantas. Tidak pantas untuk Soonyoung-ku."

Chan mengarahkan senjata itu kehadapan Jihoon, membuat Jihoon refleks memelankan laju mobil. Sedikit bergeming dengan gerakan tiba-tiba tersebut.

"Jangan pura-pura terkejut, aku tahu kau telah mengetahuinya."

Chan kemudian menurunkan tangannya. Duduk menghadap Jihoon dengan santai seolah sedetik lalu tidak terjadi apa-apa, selagi sebelah tangannya memasukkan pistol kembali ke dashboard.

"Aku sungguh penasaran, bagaimana kau tahu itu semua adalah ulahku? Jelaskan padaku."

Jihoon tidak ingin menjawab. Sama sekali tidak ingin. Jihoon memiliki muscle relaxant dalam tas nya dan sebuah jarum suntik. Dosis yang cukup untuk membuat Chan tak berdaya.

Namun bagaimana cara menyuntikkan nya jika ia sendiri sedang menyetir? Jihoon berharap Seokmin mengingat pesannya dan segera menelpon. Setidaknya Jihoon bisa memikirkan cara lain.

"Kita akan tiba di Guri dalam 2 jam, jangan buat perjalanan menuju ajalmu jadi membosankan." Chan menggerutu dalam duduknya. Sesekali memperhatikan betapa lengangnya jalan sore itu.

die by your side - SoonhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang