7. Aneh

22 4 0
                                    


"Kadang apa yang kita mau, sama yang orang lain mau itu beda. Apa yang kita ketahui dengan orang lain ketahui juga berbeda. Itulah kenapa mengerti sudut pandang lain adalah bagian penting dari berinteraksi dan menjalin komunikasi."

Happy Reading ❤

Sejak hari dimana mereka bertemu di kafe, Vana kini menjadi diam dan enggan untuk melontarkan candaan kepada Arjuna. Masih dengan dirinya yang sama, hanya saja sikapnya kepada Juna yag berbeda.

Selama satu minggu setelah kejadian itu pula, Vana selalu ijin ketika ada jadwal latian basket karena tangannya yang terkilir.
Karena itulah mungkin Vana menjadi terbiasa mulai tidak menjahili Juna.
Bahkan hampir 3 minggu dari kejadian di kafe, Vana hanya beberapa kali terlihat berbicara kepada Juna seperlunya. Entah keperluan basket, atau bila kebetulan menjadi satu kelompok ketika ada tugas.

Tetapi, tidak ada yang menganggap aneh perlakuan Vana, karena pada dasarnya Juna dari awal memang enggan dan cuek terhadap Vana. Empat orang itu : Vana, Juna, Aura dan Bimo juga sering pergi ke kantin bersama, tetapi Vana selalu diam jika pembicaraan mereka mengarah ke Juna. Bahkan Aura dan Bimo juga tidak merasa janggal, mereka berpikir mungkin Vana capek sendiri dengan kelakuannya.

Tetapi, berbeda dengan Juna. Ini sudah ketiga kalinya ia gusar menuju tidur malamnya memikirkan Vana.

Juna merutuk sendiri, "Tuh anak kenapa sih sebenernya. Heran deh gue."

"Perasaan gue diem aja kalo dijailin, kayaknya dia yang salah bukan gue. Kok gue ngrasa gue yang dimusuhin sih ashhhhh." katanya melanjutkan sambil mengacak-acak rambut frustasi.

***

Pertandingan bola basket pertama antar sekolah semakin dekat. Oleh karena itu, semua anak basket berlatih dengan rajin setiap kali jadwal latihan atau berlatih sendiri dengan teman-teman. Hari ini anak-anak basket selesai dengan latihannya, beberapa dari mereka melanjutkan latihan sendiri, ada yang langsung pulang, dan ada yang masih duduk-duduk di lapangan. Seperti yang dilakukan Vana sekarang, ia bercengkrama dengan teman-teman lainnya. Beruntungnya, peristiwa drama masuk eksul tidak menjadikan ia dikucilkan, beberapa dari mereka tulus berteman atau bahkan terang-terangan meminta diajari teknik - teknik tertentu.

Tetapi berbeda dengan senior ceweknya, mereka dengan terang - terangan mengibarkan bendera perang kepada Vana. Banyak dari mereka yang tidak suka, karena menurut kabarnya dipertandingan pertama nanti, Vana yang notabenenya masih junior akan masuk menjadi tim inti. Mereka pun hanya berani bermain belakang, tidak berani menghancurkan Vana dari depan, pasalnya Vana cukup disukai dan disenangi oleh anak-anak basket. Tidak hanya teman-teman junior, tetapi senior cowok juga senang dengan keberadaan Vana. Bahkan senior kelas dua belas terlihat beberapa kali sangat akrab dengan Vana.

"Sstt Van." panggil Dina salah seorang temannya.

"Hmmm? "

"Lo ngrasa ga sih dari tadi diliatin Kak Naya terus?" kata Dina lagi sambil melirik Naya disebrang mereka.

"Oh ya masak?" Vana pun buru-buru berbalik badan.

"Ehhh, jangan ngadep belakang anjir."

"Ya terus?"

Kemudian Dina membuang ikat rambut ke belakang Vana.

"Maksud lo apa sih buang itu segala."

"Dia lagi ngliatin lo intens banget kayak orang punya dendam. Sekarang ambil ikat rambut gue trus kita liat gelagat dia kaget apa ngga."
Vana menuruti perkataan Dina, benar saja gelagat Shenaya aneh seperti kepergok sedang melakukan sesuatu. Vana pun kembali ke Dina.

Vana BanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang