Prolog

41 12 0
                                    

Drisca Pov

Nama gue, Drisca. Gue adalah orang paling waras di sini, penengah ketika mereka sedang berdebat tentang kepemilikan, pelajaran, ataupun khayalan.

Bisa bayangin jadi gue?
Tiap hari gue di sekolah ngeladenin the real friends yang gilanya gak ketulungan, ampun deh!

Tapi gue seneng bisa bareng sama temen - temen gila gue ini, karena mereka mengajarkan banyak hal yang terbungkus pada makna persahabatan.

Gue akan memperkenalkan siapa mereka dan apa keberagaman kita.

Pertama, namanya Kola. Ia adalah cewek berkacamata yang menjadi akar tumbuhnya cerita ini. Gue gak sebut dia sebagai akar masalah, karena seorang manusia tidak ada yang sempurna.

Yang paling menonjol dari Kola itu, dia adalah cewek tomboy dengan keunikan pada cara bicaranya. Badannya kurus tinggi, perkataannya lugas dan sering mucrat ketika berbicara.

Kola adalah pencetus pertama bahwa kami bukan manusia biasa, ia mengaku bahwa dirinya adalah manusia serigala, akan berubah setiap malam pada bulan purnama...

Namun,... dalam mimpi. Muehehe.

Konon kata writer TSMF, semua dimulai ketika kelasku sedang pelajaran Agama Islam.

Kola duduk di bangku kedua baris tengah, bersama gue. Namun ketika pelajaran agama islam, gue tidak bergabung dengan mereka, sebab kami berbeda keyakinan.

Dibelakang Kola, ada Fisyam dan Vani, lalu di belakangnya lagi ada Nadriah dan Kia. Sedangkan dua temanku yang tersisa, adalah Kily di baris kanan dan Fhinti di baris kiri.

Ketika itu, ulangan agama islam sedang berlangsung. Kata writer, mereka sudah mentok pada soal. Yang bisa sudah dijawab, yang tak bisa mereka biarkan kosong, satu dua diisi asal.

Melihat waktu ulangan masih sekitar satu jam dan mereka terutama Kola, sudah sangat bosan. Mereka manusia - manusia yang jujur,... saat itu. Mereka pun memutuskan mengobrol dengan berbisik menunggu waktu ulangan Agama habis.

Kola yang duduk di depan tiba - tiba berbalik dan berbisik dengan suara pelan dan sebenarnya cukup seram untuk didengarkan, "gaes! Gue.... Gu-e jadi manusia serigala!!"

Gue merinding mendengar cerita ini saat itu, gue kira, Kola kesurupan.

"Aingg serigalaaaaa.... khraaaauuu!!" Vani berakting seakan sedang kesurupan, berbicara dengan pelan dan dua kali lebih menyeramkan.

PLAKK!!!

"Yang serigala gue, bego! Bukan lo!" Ketus Kola kesal, setelah menabok tepat di wajah Vani.

"Jahat pisan euh kamu teh jadi urang!" Gerutu Vani.

"Abdi suka ayam, abdi ingin jadi ratu ayam aja!" Ujar Vani mulai tidak waras.

Kedua, Vani. Dia adalah manusia paling pintar diantara kami. Satu kekurangannya, Vani paling suka mengumbar aib ibunya, menurut dia, itu adalah caranya menunjukkan kasih sayang yang begitu besar kepada ibunya.

"Fisham kamu mau jadi apa?" tanya Vani pada teman seperbangkuannya.

"Gak ah! Gue gak ikutan gila bareng lo berdua!" Tolak Fisham.

"Dasar Mawar penjual tahu!" Ketus Kola dan Vani kompak, berbarengan.

Ketiga, Fisyam, kadang di panggil Mawar. Ia adalah anak dari seorang penjual tahu, lingkungannya pun terkenal sebagai tempat pembuatan tahu. Semenjak ada berita tahu yang memakai boraks di berita, semenjak itu pula ia di panggil Mawar, walaupun tahu yang orangtuanya jual tidak mengandung boraks.

Kia dan Nadriah tertawa di bangku belakang, terhibur oleh kelakuan Kola dan Vani.

Selanjutnya ada Kia, si penulis cerita, dia orang biasa, cewek biasa.

Lalu Nadriah. Ia adalah teman yang paling tidak terduga, kadang dia melamun, melamun, dan terus melamun. Apapun yang kita lakukan, topik apapun yang kita tanyakan padanya, Nadriah akan tetap diam.

Ketika tertawa, Kia dan Nadriah merasakan sesuatu yang aneh, rasanya seperti terkena hipnotis, lima detik, Kia dan Nadriah pun menjadi diam.

Bel menggema seantero sekolah menandakan pelajaran kali ini usai, bu Agama menarik kertas - kertas jawaban dari setiap meja, lalu mengucap salam meninggalkan kelas.

Kia dan Nadriah tetap diam hingga tiba - tiba Kola berdiri menghampiri meja Kia dan Nadriah.

"Ahaha, Manusia Zombi sama Alien, hahaha, ahaha!" Kola menunjuk Kia lalu Nadriah, tertawa.

Kia dan Nadriah saling tatap, seakan berkata lewat gestur wajah, apasih?!

Kily menghampiri Kola, dengan keisengannya, Kily mencubit lengan Kola sembari memberi salam, "halo semuaa! Lagi ngomongin apa?"

"Sakit Kily! Nyubit nyubit orang mulu! Jadi Vampir sono lo!"

Nah, ini Kily. Manusia tertinggi diantara kami, sang penjuru dalam kelompok paskibrannya di sekolah.

Yang terakhir ada Fhinta, satu - satunya teman sekelas kami yang punya kembaran, nama kembarannya Fhanti, sayangnya mereka berbeda sekolah.

Untungnya, Fhinta tidak ikut menghampiri Kola saat itu, jadi Fhinta pun masih waras untuk saat ini.

🐒🐒🐒

Setelah bertahun - tahun, cerita ini akhirnya kembaliiiiiiii
yeayy🌌🎉🎊🎇🎆

......walaupun di akun yang beda:'v

Sekian and babay😘








Sabtu, 3 Agustus 2019
Di Jakarta

The Sinting My Friends Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang