2. Perempatan Jalan Kramat

17 9 0
                                    

Suatu hari ketika di kantin, the sinting my friends sedang berkumpul membentuk lingkaran di satu meja kantin, dan terjadilah sebuah obrolan absurd.

"Eh eh!!" Seru Kola mengambil perhatian semua temannya.

"Kok gitu sih🎵..."  Kily melanjutkan kalimat Kola dengan lantunan lagu.

"Ahelaa! Nyanyi lagi lo!" Ketus Kola.

"Apasih Kola, apa? Kola mau ngomong apa?" Tanya  Kia memanjakan.

"Nih, ya. Kalian tau gak?" Tanya Kola ambigu

"Enggak," semua menjawab, menggeleng berbarengan.

Seketika Kola langsung menekuk wajahnya kesal.

"Nih jadi, kan lo tau rumah gue ke sekolah itu lumayan jauuhh dan setiap hari di perempatan jalan deket sekolah ituu always ada kejadian aneh yang bikin..."

"Maceeett sepaanjaang jalaaan!!" Seru semuanya kompak, sudah biasa akan hal itu.

"Nah! Tau kan lo semua!" Ucap Kola.

"Minggu kemaren gue lewat sana, biarpun cuma lima puluh kilo meter panjangnya, tapi gara gara ada kejadian suami istri berantem, gue kejebak macet hampir dua jam! Gila kan?! Parah sih emang!" Seru Kily emosional.

"Lah! Lo tau gak, kemaren lusa ada apa di perempatan itu?!" Tanya Nadriah pada temannnya.

Semua serempak menggeleng, tidak tahu, kecuali Fisyam.

"Emangnya ada apa?" tanya Kola penasaran tingkat akut.

"Tahu putih yang dijual Fisyam tumpah menuhin jalan! Lo tau berapa lama kemacetan yang terjadi? 25 JAM ANJIR!! Gue sampe pulang dulu buat nunggu tuh macet!!" Seru Nadriah naik pitam, menunjuk - nunjuk Fisyam di sampingnya.

"Wuuuihhh Fisyam Wuuuihhh!!" Semua menyoraki Fisyam....

bangga.

"Lo semua mau tau gak kenapa gue kemaren telat?" Tanya Kia bersemangat.

"Mauuu! Kenapa?"

"Ada kucing kawin lima pasang! Dan ada Doni di sana!!"

(Untuk Doni, ia adalah kucing kampung peliharaan milik Kola, dan akan memiliki cerita tersendiri di seri cerita tsmf berjudul Doni Milik Kami! insya Allah)

"lah? Anjir gila parah!!! Pantes Doni ga pulang pulang udah tiga Minggu," Kola menggeleng - gelengkan kepala, tak menyangkan.

"Guys! Gue mau tau besok pagi ada kejadian apa di perempatan jalan itu, tapi gak mau telat, caranya gimana ya?" Tanya Kola.

"Jangan, La. Takutnya kejadiannya malah bikin lo bener - bener gak bisa lewat, terus elo malah gak masuk sekolah lagi!" Seru Vani memperingati.

"Kita sebagai generasi Z, ya harus berfikir kritis dan kreatif lah! Pokoknya gue besok mau lewat sana apapun rintangan yang menghadang!"

Kola pun membuat kesimpulan bersifat final untuk dirinya.

🐵

Hari ini Kia tidak telat, Ia datang lebih pagi. Katanya, ia kepo dengan nasib Kola pagi ini, yang mencoba melewati perempatan jalan kramat itu.

Kia langsung menuju kelasnya, menghampi teman - temannya yang sudah berkumpul.

"Eh, Kola belum dateng?" Celetuk Kia, bergabung dengan teman - temen.

"ASSALAMUALAIKUM!!" Teriak Kola di ambang pintu, seakan menjawab tanya Kia.

"Waalaikumussalam!" Jawab seisi kelas, kompak.

"Panjang umur tuh si Kola!" Celetuk Drisca.

Sedetik kemudian, Kola pun menjadi pusat perhatian, sebab Kola memasuki kelas menggunakan jas hujan berwarna ungu dengan motif monyet bergelayutan, padahal jelas pagi ini  matahari bersinar terang tanpa ada hujan sedikit pun. Kola juga membawa kantung kresek besar berwarna hitam.

Kola berjalan santai menuju bangkunya di samping Drisca, tidak memperdulikan teman - temannya yang terheran - heran dengan isi kantung plastik yang ia bawa.

"Apaan tuh?" Tanya Kia, Nadriah, dan Kily.

"Kok bau sih?" tanya Drisca.

"Iya, bau!" Finta mempertegas.

Vani pun mengambil kantung plastik hitam yang Kola bawa, lalu membukanya.

Isinya adalah sepatu boot hitam panjang yang biasanya di pakai oleh tim Oren di selokan ataupun kali - kali di Jakarta.

"Sepatu boot?" tanya Drisa heran.

"Abis jatoh di got? Kok basah, kotor, bau?" tanya Kia begitu kompleks

"Itu alternatif gue biar bisa lewat perempatan keramat dan gak telat ke sekolah," jawab Kola cengengesan

Kini murid - murid di kelas yang tadinya hanya memperhatikan, berkumpul mengelilingi Kola, mereka ingin tahu apa maksud Kola membawa sepatu boot dan memakai jas hujan ke sekolah.

"Hah? Maksudnya gimana?" Tanya Fisyam mewakili tanya seluruh teman temannya.

"Macet lebih dari satu kilometer pagi ini gara - gara di perempatan jalan deket sekolah itu ada anak kecil lagi kesurupan penarinya si KKN desa penari! Untung gue pakai jas hujan sama sepatu boot terus turun deh ke got, melewati jalanan dengan lancar, aman, tentram...." Jelas Kola pada teman - temannya.

"Dan bauuu, La! Jangan lupa!" Tambah Kia

"Kola kola!!" Drisca menggelengkan kepalanya, tak habis fikir.

"Pea!"

"Stress!"

"Oneng!"

"Geblek!"

"Dasar Kang Kencur!!!"

"Kang Galon!!"

"Siomay, siomay, siomay!!"

"Tahu, tahu, tahu!!"

"Tahunya pake formalin!"

"Tahu tahunya si Kola belom minum obat".

🐵

Bersambung......


Rabu, 11 September 2019
Di Jakarta

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Sinting My Friends Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang