Sinar matahari telah sirna ketika Dazai mengemudikan mobilnya menjauhi tempat rehabilitasi. Chuuya duduk di sebelah laki-laki itu, masih memandang keluar jendela. Dazai tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan, tapi pasti itu sesuatu yang berat. Sekilas ia melihat tangan sinoper itu mengepal erat.
"Aku tidak bisa membawamu ke mess. Orang luar tidak boleh memasuki kawasan itu," jelas Dazai seiring memarkirkan mobil di depan sebuah penginapan.
Letaknya tidak terlalu jauh dari tempat rehabilitasi. Dazai berpikir Chuuya akan sangat membutuhkan istirahat setelah pergi seharian, jadi ia memilih sebuah tempat yang cocok untuk tidur.
Lelaki brunette itu keluar terlebih dahulu, setelahnya dengan cepat menghampiri Chuuya dan membuka pintu mobilnya. Sinoper itu tersenyum lembut, menyambut uluran tangan Dazai. Mereka memesan sebuah kamar untuk satu malam, seperti permintaan Chuuya. Hanya malam ini.
Chuuya masuk terlebih dahulu. Dazai menyusul di belakangnya, menutup pintu agar Chuuya merasa lebih nyaman. Ia mengiginkan sebuah tempat di mana hanya ada mereka berdua dan Dazai mengabulkan permintaan itu. Sekarang yang tersisa tinggal rasa penasaran, tentang apa yang sebenarnya lelaki sinoper itu inginkan.
Dazai tidak ingin membayangkan apapun. Bersama dengan Chuuya sebelum misi yang lebih lama terasa sudah cukup. Ia tidak membutuhkan hal lain, mungkin hanya seseorang untuk dipeluk sepanjang malam seperti dulu.
"Tidakkah kau ingin mandi? Menjaga Atsushi cukup melelahkan, bukan?" usul Chuuya mengusir keheningan di antara mereka.
Dazai tersadar dari lamunannya. Ia berjalan menghampiri Chuuya dan menepuk pundaknya, "Tidakkah kau juga ingin mandi? Bermain di laut membuat tubuhmu lengket, bukan?"
Chuuya balas menatap si brunette skeptis, "Apa... maksudmu?"
"Sebuah undangan untuk mandi bersama," jawaban itu sukses membuat Chuuya merah padam. Ia mengusap tengkuknya sendiri malu.
"Apa kau akan menolaknya?" goda Dazai seraya mendekatkan wajahnya, memperhatikan sinoper itu tersipu. "Chuuya?"
Tidak ada sahutan. Chuuya hanya mendorong punggung Dazai ke dalam kamar mandi. Lelaki itu terkekeh sepanjang jalan. Ia merasa memiliki hobi baru selain memikirkan perasaannya yang digantung Chuuya, yaitu menggodanya.
Ekspresi Chuuya tampak lucu ketika mereka menggosok gigi bersama. Dazai selesai terlebih dahulu dan mengisi bak mandi dengan air hangat. Chuuya berdiam diri di pinggir, ragu untuk mengambil langkah. Sejujurnya ia bahkan tidak habis pikir mengapa dirinya menerima undangan lelaki itu.
Sejauh ini tidak ada hal aneh. Hanya saja Chuuya merasa geli saat Dazai mencuci rambutnya. Lelaki itu berkata bahwa ia menyukai warna mencoloknya. Chuuya ganti melakukan hal yang sama dan Dazai berkata bahwa ia bisa tidur dengan pijatan lembut di kepalanya.
Celetukannya memberi dampak besar untuk mencairkan kecanggungan yang dirasakan Chuuya. Selanjutnya ia bahkan tidak merasa gugup saat berada di bak yang sama dengan Dazai. Lelaki itu menceritakan hari-harinya di kantor, juga teman yang gemar memarahinya. Chuuya jadi penasaran dan ingin berkenalan dengan Kunikida Doppo dalam cerita Dazai. Si brunette tampak antusias setiap mendramatisir pengalamannya.
Mereka mungkin menghabiskan lebih dari satu jam di kamar mandi. Dazai yang pertama menyadarkan Chuuya dan menyuruhnya membilas.
"Kau akan masuk angin kalau terlalu lama di kamar mandi," omelnya sambil mengeringkan surai sinoper Chuuya.
Lelaki itu tengah memegang hair dryer. Meskipun awalnya Chuuya menolak, Dazai tetap mengambil alih alat pengering itu. Ia sudah mengeringkan rambutnya terlebih dahulu dan beralasan konyol bahwa ia merasa nyaman memegang hair dryer, jadi sekalian saja. Chuuya terpaksa menerimanya alibi aneh Dazai. Terlepas itu, ia merasa nyaman ketika Dazai menyentuh kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[√] kyrie eleison | soukoku
ФанфикThis world seems truly awful. Including life which has been given by God himself. [ dachuu, bxb, romance-angst ] pitike17©2019