I love your smile

871 74 38
                                    

Hari ini Jinyoung sangat senang sekali, selain usianya sudah bertambah satu tahun sejak dua hari yang lalu, ditambah banyak hadiah dari teman-teman, orang tua, para hyungnya dan tentu saja Mark Tuan, ia akan melewati akhir pekannya bersama JB, sambil merencanakan pendidikan lanjutannya di universitas nanti setelah SMA.

"Kamu jangan kemana-mana ya Jinyoung! Kalau sudah selesai main basketnya, langsung pergi ke ruanganku di atas!"

Pesan JB yang Jinyoung anggap membosankan tersebut dibalas dengan senyum dan anggukan kepala.

Walaupun akhir pekan, tetap saja hyungnya itu sulit meliburkan diri. Kini JB mengajaknya ke kantornya daripada harus tinggal sendirian di apartemen.

Jinyoung  bertemu dengan anak-anak seumurannya di lapangan belakang kantor perusahaan tempat JB bekerja, mereka adalah anak-anak trainee yang JB kenal baik. Bahkan ia sedang membuatkan mereka lagu agar bisa debut dalam waktu dekat.

'Setidaknya kalau mereka macam-macam pada Jinyoung-ku, aku bisa langsung mendepak mereka', pikir JB kejam.

Dari kaca jendela kantornya di lantai atas pun, JB tetap mengamati Jinyoung yang sedang bermain basket.

Rekan-rekannya yang bekerja bersama JB, selain Mark,  sempat berkomentar tentang perilakunya yang posesif.

"Bila kau sudah menikah nanti, aku yakin anak-anakmu akan dipasangi alarm anti maling"

"Sewakan adikmu itu bodyguard!"

"Bagaimana adikmu itu bisa punya pacar, kalau yang dilihatnya sehari-hari hanya dirimu saja?"

"Kalau aku Jinyoung, aku akan menggunakan tabung oksigen!"

"Perampok saja takut mendekati adikmu!"

JB tidak ambil pusing dengan komentar semua rekan kerjanya, karena mereka tidak pernah tahu apa yang sudah Jinyoung alami. Ia hanya tidak mau peristiwa buruk dialami Jinyoung lagi.

Akhirnya, JB larut dalam pekerjaannya. Sementara Jinyoung sibuk dengan bola basketnya.

"Jinyoung, oper!"

"....tangkap!"

"..kemari!"

Suara anak-anak remaja menghiasi lapangan olahraga siang itu, rupanya Jinyoung sangat senang hingga lupa waktunya makan siang. Tiba-tiba saat berlari hendak mengoper bola, ia terjatuh.

Buuggghh..."..awwww.."

"Jinyoung!"

Semua anak mengerumuninya. Wajah mereka panik. Bagaimana tidak, sudah berkali-kali Jinyoung terjatuh, namun kali ini kelihatannya luka di lutut dan sikunya sudah melebar dan berdarah.

Jinyoung meringis, "...aku berhenti dulu ya mainnya!", ucapnya masih terduduk di lantai.

"Aku antar ke ruang kesehatan ya?", tawar salah satu anak.

" ...tidak usah, aku tidak apa-apa, hanya lecet sedikit"

Tiba-tiba seorang pria berkacamata hitam muncul di tengah kerumunan tersebut.

"Apa yang terjadi?", tanyanya sopan.

Semua anak menoleh dan menatapnya, Jinyoung juga.

Pria tersebut membuka kacamata hitamnya.
Wajah tampan dan suara beratnya mendadak membuat suasana jadi hening.

"Oh Tuhan, Mr.Wang!", jerit semua anak, kecuali Jinyoung yang terpaku bingung melihat teman-teman barunya memanggil nama pria itu sambil membungkukkan badan.

"Kami senang bertemu denganmu Mr.Wang!"

"Aku juga. Tapi sepertinya temanmu butuh pertolongan segera", kedua matanya menatap tajam pada sosok Jinyoung yang sangat manis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adikku SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang