Berada pada di penghujung dekade cukup membuat Ariella dapat mengingat-ingat serangkaian kejadian yang ia lakukan selama nyaris dua belas bulan terakhir. Dari sekian banyaknya hal kegiatan yang Ariella lalui, kenangannya selama berlayar, menghirup udara segar di tengah lautan, hingga mengendalikan seisi kru kapal.
Ariella tidak berbohong ketika ia mengatakan mencintai lautan. Sekumpulan air yang sangat luas di permukaan bumi itu memberinya kesan bebas, kebebasan yang tidak berujung.
Selain alasan pribadi yang ia miliki, sejak kecil gadis ini telah dikenalkan oleh lautan sebab nyaris seluruh keluarganya pasti memiliki urusan pekerjaan yang mencakup laut di dalamnya. Kakek dan Ayahnya adalah seorang nakhoda handal, mengarungi lautan bukan sebuah tantangan baru bagi mereka melainkan telah menjadi sebuah hal yang teramat menyenangkan. Meskipun dalam perjalanannya terdapat ombak mengerikan, keduanya tetap menikmati pekerjaannya. Bibinya sempat menjadi menteri Kelautan dan Perikanan. Masa kepemimpinannya merupakan salah satu yang paling luar biasa sebab dalam urusan kapal asing yang sengaja memasuki batas teritorial negara selalu ditindak tegas.
Dan Ariella memilih menjadi seorang nakhoda.
Malam itu langit seolah sedang tersenyum pada bumi, memberikan hamparan bintang dan purnama sempurna, sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Ariella menunggu malam ini selama satu bulan penuh, sebab para media dan pakar ilmu dunia telah memberitahu bahwa malam ini untuk pertama kalinya dalam dua ratus tahun terakhir purnama biru kembali muncul. Percayalah ini bukan sesuatu yang kekanakan karna bukan Ariella bukan satu-satunya gadis berusia dua puluh tiga tahun yang rela duduk di halaman rumah selama lebih dari satu jam hanya untuk menanti perubahan warna dari sang bulan.
malam ini nyaris semua orang pada belahan bumi bagian Barat menatap langit dengan penuh harap, mereka ingin menyaksikan momen langka yang tak mungkin mereka saksikan lagi. Mengingatnya sebagai kenangan indah yang bisa diceritakan pada generasi penerus mereka.
Ariella telah melontarkan berbagai gumam-gumam kesal di dalam hatinya sebab kejadian yang ia nantikan tak kunjung datang. Berusaha menahan diri karna sebagian dirinya telah berubah sangat tidak sabaran sementara dirinya yang lain menjadi sosok pemurung. Namun tentu tidak bisa menyalahkan siapapun, sebab semesta hanya belum memerintahkan bulan untuk memunculkan warnanya.
Melangkahkan kaki mendekat pada tepian tebing, merentangkan kedua tangannya ke udara dengan perlahan menghirup napas. Sepi, malam ini kelewat sepi. Pandangannya tertuju pada deburan ombak pantai di bawah sana yang terlihat tenang, menghela napas sejenak kemudian ia menyadari sesuatu yang sebetulnya sudah menjadi hal yang kelewat biasa.
Rumah bermodel modern ini biasa sepi, terasa tak memiliki penghuni dan terlihat seperti rumah singgah. Ariella sejujurnya tidak merasa sedih lagi akan hal sejenis ini, namun disela-sela kebohongannya dalam setiap untaian kata yang berguna untuk menenangkan diri sendiri—dia merasa kurang. Kekurangan yang terkadang membuatnya merasa tidak bahagia.
Kadang manusia lucu, satu kesedihan mampu menghilangkan jutaan rasa bahagia yang pernah hadir dalam hidupnya. Manusia lebih berfokus pada satu titik yang membuatnya sedih sampai melupakan bahwa kesedihan bukanlah akhir dari segalanya. Manusia itu tamak akan kebahagiaan, maka dari itu ketika mereka mendapatkan satu kesedihan, hal tersebut bisa membutakan mereka pada rasa bahagia yang lain.
Sekitar sepuluh menit Ariella melamun di sana, hingga sebuah suara yang luar biasa merdu sukses mengalihkan perhatiannya. Dia menyanyikan sebuah lagu yang tak bisa Ariella dengar secara jelas. Samar namun rasanya terhipnotis dengan amat mudah. Suaranya memabukkan dengan cara yang teramat baik.
Hingga tanpa sadar warna bulan telah berganti secara perlahan, lambat namun pasti. Berwarna biru terang yang setidaknya mampu membuat lima puluh juta orang takjub karna menyaksikannya. Sementara Ariella sama sekali tidak bisa menyaksikan bulan tersebut dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] HELLO MY SIREN
FantasyAriella Beatrice tidak pernah percaya mitos. Namun sebuah kilatan kejadian menusuk dadanya begitu dalam hingga hendak membuatnya tenggelam bersamaan dengan realitas magis yang ia terima. Fantasi yang berubah nyata, menenggelamkannya dengan suka cita...