Prolog

196 31 26
                                    

"NATAAA!! AWAS!!"

Belum sempat Nata menoleh, tubuhnya telah terdorong dengan keras ke sisi jalan.

BRAKKK...

Pria yang mendorong Nata terhempas ke jalan. Darah keluar dari seluruh badannya, mengalir ke aspal hitam berkabut itu. Tubuhnya terjatuh dan seketika membeku di atas jalan.

Orang-orang berteriak histeris menyaksikannya. Para perempuan segera mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi rumah sakit. Para laki-laki berlari mendatangi pria itu untuk menyelamatkannya.

Mobil-mobil yang berlalu lalang perlahan melambatkan lajunya. Menengok apa yang terjadi di jalan itu.

Tempat itu langsung dikerubungi banyak orang.

***

Wiu...wiu...wiu...

Raungan sirine ambulan terdengar dimana-mana. Tenaga medis bergerak membawa tubuh pria itu ke dalam mobil putih milik mereka. Orang-orang berkumpul, penasaran siapa pria itu.


Nata?

Dia masih di sana, duduk di sisi jalan, setia memeluk boneka beruangnya.

Dia sama sekali tidak menangis, hanya menatap kosong ke arah jalan. Ya, gadis kecil itu menyaksikan semuanya. Matanya tak lepas dari jasad pria yang sedang diangkut ke dalam mobil ambulans.

Dia sama sekali tidak mengindahkan suara-suara di sekitarnya. Suara-suara itu seakan hilang dibawa bising angin.

Mobil ambulans segera pergi ke rumah sakit. Orang-orang juga segera pergi. Berlalu lalang di depan gadis kecil itu.

"A..a..yah," ucap Nata susah payah.

Beberapa bening air mata mengalir di pipinya. Ia ingin berteriak minta tolong, tetapi tenggorokannya seakan tercekat saat itu juga.

Ada yang menusuk ke dalam dadanya. Terlalu dalam, Nata tidak bisa menariknya lagi. 

Nata mempererat pelukannya pada boneka. Tubuhnya bergetar hebat. Air matanya meleleh tiada henti.

"Ayah."

"Itu ayahku."

***

Nata terbangun, ia membuka matanya lebar-lebar. Keringat dingin mengucur di pelipisnya. Nafasnya cepat tak beraturan seperti orang yang baru saja akan dilemparkan dari atas gedung.

Matanya menyusuri setiap sudut kamar berwarna putih itu. Syukurlah tidak ada ambulans, orang-orang, jalanan ataupun jasad yang tergeletak di hadapannya.

"Mimpi itu lagi," gumam Nata seraya kembali merebahkan tubuhnya. Ia hanya bisa menatap kosong ke plafon kamarnya.

"Sampai kapan aku akan terus dihantui rasa takut ini." 

***

Assalamualaikum.
Halo halo hai tems..

Gimana prolognya? Kira-kira aku boleh lanjut ke chapter selanjutnya gak nih? Hehe

Kalau suka, jangan lupa klik bintang ya. Jangan lupa kasih saran dan kritiknya juga, supaya Author lebih semangat bikin ceritanya.

Always happy ya.^_^

Hai Nata...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang